Laki-laki yang berdiri di depan kaca ini terlihat amat bahagia dan sangat percaya diri... Hari yang ditunggu-tunggu, dimana seorang wanita yang ia dambakan akan dilihatnya, untuk pertama kalinya. Apa yang ia nanti-nanti kan, kini saat nya semua itu terwujud, menghabiskan banyak waktu dengan wanita itu dan berbahagia dengannya. Bagi Dirga, pertemuan ini amatlah berarti. Cintanya, cinta pertama kalinya. Akan ia temui, dan apa yang ia pendam selama ini. Ia akan ungkapkan, betapa rindu dan cintanya ia terhadap wanita di kota seberang sana.
'Gak sabar rindu ini akan terbalaskan dengan menatap senyum Rhirin. Ah aku sungguh tidak sabar.' -batin Dirga.
"Eh anak mamah udah rapih" -sapa mamah Dirga dari balik pintu, "mamah masuk ya?" -lanjut mamahnya.
"Masuk aja mah hehe." -Dirga kembali menatap kaca dan sesekali menatap wallpaper ponselnya, wajah cantik Rhirin.
"Gimana, udah siap ketemu jodoh mu?" -mamahnya merangkul pundak Dirga dan menatap anaknya terpukau, Dirga hanya tersenyum malu. "Anak mamah ganteng banget."
"Sama kaya papahnya dong mah," -Papah dirga tiba-tiba sudah ada di depan pintu. "sama ganteng dan keren nya. Kan buah jatuh ga jauh dari pohonnya." -lanjut papah Dirga memasuki kamar si anak.
"Pah, mah... Aku ganteng, keren, dan kesempurnaan lainnya. Itu semua dari kalian." -senyum Dirga menghangatkan kedua orangtua. Kemudian Dirga memeluk papah dan mamahnya erat. "Dirga sayang banget sama mamah dan papah."
"ABANG! KOK GITU SIH, KALIAN GA AJAK NAY PELUKAN. SEBEL!" -Nayha yang tiba-tiba datang mengagetkan ketiga insan disana. Nayha mengentakan kakinya kesal lalu duduk di ranjang milik Dirga, memasang wajah cemberutnya.
"Eh anak mamah. Sini bangun, ikut pelukan bareng abang, mamah, dan papah sini sini." -tangan mamah Dirga terulur ke anak bungsunya itu. Awalnya Nayha tetap membuang muka karena kesal. Tapi lama-kelamaan ia luluh oleh papahnya.
"NAYHA SAYANG ABANG, MAMAH, PAPAH." -teriak Nayha di sela-sela pelukannya. Ketiga orang yang ia peluk hanya tertawa gemas.
****
Perjalanan mereka menuju Jakarta hanyalah 4jam. Yap mereka menggunakan mobil, tentu saja hanya itu. Toh jarak Bandung-Jakarta tidak terlalu jauh. Mobil papah Dirga memasuki lingkungan komplek. Dimana komplek itu terdapat rumah orangtua papah Dirga.
Setelah sampai, Kakek dan Nenek Dirga menyambut keluarga kecil itu. Nayha, Dirga, dan mamah papahnya berjalan bersungkem salaman dengan kakek neneknya itu.
"Cucu nenek udah pada besar ya, Nayha cantik sekali kamu... Dirga, tampan nya cucu ku ini." -ucap neneknya sembari mencubit-cubit pipi Nayha dan Dirga. Kedua anak yang di cubit itu hanya terkekeh geli. "Yuk masuk." -ajak neneknya.
Mereka semua duduk di sebuah ruang tamu yang cukup besar dan rapih. Rumah sederhana milik bapak dan ibu dari seorang Andhawira itu amatlah tenang, bukan rumahnya saja sederhana. Tapi nuansa rumah itu yang juga sederhana, hidup dan damai tanpa masalah.
"Bu, Pa. Wira, Yeslyn dan anak-anak ingin menginap disini selama satu minggu." -ucap papa Dirga, yang dibalas senyuman kedua orangtuanya.
"Boleh-boleh nak." -jawab kakek Dirga.
"Boleh banget itu Wir, kamu dan anak istri mu mau nginap disini satu tahun pun ibu ga apa-apa. Seneng banget jadinya, bisa bareng terus sama anak cucu." -jawab nenek Dirga yang dibalas kekehan anak dan cucunya.
"Gak bisa bu kalo satu tahun, satu bulan saja gak bisa bu. Dirga harus Ujian Nasional sebulan lagi. Nayha pun sama ikut ujian kenaikan kelas. Mas Wira juga nugas di bandung. " -jelas mamah Dirga, dan diangguki kedua orangtua dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kau Dan Jarak [2019, Jakarta]
Proză scurtăAku mengenal teman medsosku baru-baru ini. Dan aku memiliki perasaan padanya, dia membuat ku gila saat kami sedang melakukan chating, Canda, tawa, lolucon, dan curhatan sering kami ungkapkan satu sama lain. Perasaan ku padanya, ntah harus di katakan...