Jika hidup adalah sebuah lalu lintas, maka setiap orang yang ada di atasnya adalah tingkah laku yang kita lakukan dengan berbagai arah untuk menciptakan sebuah capaian. Dan berbagai macam kendaraan yang mereka tumpangi adalah sebuah harapan. Lalu tempat yang mereka tuju adalah mimpi mimpi. Kemudian kemacetan yang terjadi adalah sebuah masalah yang menimpa. Serta lampu lalulintas dan berbagai rambu adalah petunjuk dan aturan yang harus dipatuhi.
Pagi ini udara terasa begitu segar. Dengan hawa dingin menyelisik pori-pori kulit. Menusuk-nusuk kejam tanpa hati. Namun di luar sana daun-daun dan rumput-rumput bergoyang dihiburnya. Menggelayutkan embun yang berada di atas permukaannya. Lalu ketika tiba di ujung daun diteteskannya embun itu ke atas permukaan daun lainnya. Berkali-kali siklus ini terjadi. Dan akan berakhir apabila sang embun telah mendarat dengan anggun di atas permukaan tanah dan diserap olehnya.
Sepagi ini masih terlalu awal untuk memulai mengukir kisah baru. Alarm jam weker saja belum mau menggerung. Ayam jantan pun masih malas membuka mata dan suara. Ia merasa belum ada malaikat datang membangunkannya.
Namun bagi sebagian ibu rumah tangga, ini adalah waktu yang tepat untuk mereka memulai kisah baru. Ketika anak-anak dan suaminya masih terlelap tidur berbalut selimut tebal. Di saat seperti inilah mereka akan melakukan berbagai hal untuk keperluannya dan keluarganya menyambut hari. Mulai dari memasak sarapan hngga meyiapkan perlengkapan sekolah dan ngantor anak dan suaminya. Dan itulah yang dilakukan oleh wanita paruh baya di sebuah rumah megah pagi ini.
🍁🍁🍁
" Bekalnya jangan sampai ketinggalan di mobil!" peringat seorang laki-laki paruh baya kepada anaknya
" O iya, hampir aja Kamil lupa. Makasih Yah udah ngingein." sahut anaknya yang sedang menarik tuas pembuka pintu mobil. " Ya udah, Kamil masukin dulu ke tas deh" sambungnya seraya mengurungkan sejenak niatnya membuka pintu mobil.
" Belajarnya yang bener. Nanti kelasnya Kamil cari sendiri ya. Maaf Ayah gak bisa nemenin"
" Iya Yah, no problem"
Dah Ayah!" Teriaknya setelah pintu mobilnya tertutup kembali.Hari ini adalah hari hari pertama tahun ajaran baru. Bagi Kamil ini adalah hari pertama ia memasuki ranah SMP. Ia berjalan menuju gerbang sekolah itu dengan gugup. Perasaannya bercampur aduk. Pikirannya melayang ke mana-mana. Seluas mata memandang ia hanya melihat manusia-manusia berseragam putih biru dengan muka yang asing baginya. Perasaannya makin gugup ketika ia tak tahu harus melangkah ke mana setelah memasuki gerbang itu. Yang pertama karena ia belum mengenal sama sekali lingkungan itu. Dan yang kedua karena ia tak tahu harus bertanya pada siapa untuk mengetahui tujuannya. Ia tak mengenal satu pun manusia dari sekian banyak manusia yang ia lihat pagi ini. Keadaan ni tentunya sangat berbeda dengan keadaan ketika ia masuk SD pertama kali dulu. Kali ini ia tak ditemani satu pun dari orang tuanya.
" Aduh, gimana ya caranya aku tahu kelaslu?" gumam Kamil bingung.
" Udahlah bismillah aku pilih jalan ke kanan aja. Siapa tahu di sana ada sebuah petunjuk atau apa gitulah." Kamil mencoba memutuskan.
"Woy, permisi!" seru seorang siswa- mengagetkan Kamil dengan nada sengak.
"M...m...maaf" Jawab Kamil semakin ciut.
"Anak baru ya?!"
"Iya Kak" Kamil membenarkan posisi kacamatanya.
"Oh, ya udah. Awas!"
Kamil sedikit menggeser tubuhnya. Kakak kelas itu seketika melenggang pergi. Namun belum ada satu langkah kakak kelas itu pergi, Kamil tiba-tiba mencegatnya.
"Maaf kak, mau tanya, kelasku di mana ya?" tanya Kamil dengan lugunya. Dan pastinya dilengkapi dengan kegugupan.
"Mana taulah aku. Kelas juga kelasmu!" sergah kakak kelas itu.
"M...m...maksudnya gimana caranya Kamil tau kelas Kamil?" melas Kamil
"Liat aja di papan mading depan perpus!" jawab kakak kelas itu ketus
"Makasih kak"
"Hm"
"Eh, tapi Kak, Kamil gak tau perpus di mana"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Kita
Genç KurguJika keluarga adalah tempat kita pulang, maka sahabat adalah kendaraan yang menyertai dan menjaga kita di pengembaraan. Penuh petualangan sebelum akhirnya pulang ke pelukan keluarga.