💊 2. Masih Di UGD

3.1K 268 30
                                    

Nasi goreng sudah habis. Alhamdulillah perut terisi. Titi sedang membuang bungkus nasi goreng kami. Aku masih duduk sambil minum teh hangat yang tinggal setengah. Mataku sendiri masih mengawasi pergerakan di depanku alias apa yang terjadi di nurse station.

"Orang-orang itu kalau maskernya dibuka, beneran cakep nggak?" komentarku saat Titi sudah kembali. "Pakai masker aja cakep gitu."

Titi meringis. "Tata, Tata...kamu kok bisanya deh..."

Kemudian, seorang bapak yang ada di bed sampingku duduk dan sepertinya bersiap pindah.

"Sudah dapat kamar ya, Pak?" tanyaku.

Si Bapak yang usianya jauh di bawah Ayahku mengangguk. "Iya, Mbak. Mbaknya sudah?"

Aku menggeleng. "Masih nunggu. Panjenengan kamar apa? Umum apa BPJS?"

"BPJS kelas 1. Sakit apa, Mbak?" Si Bapak balik tanya sembari membetulkan sarungnya.

"Saya kelas 3," Aku nyengir, "Kelas 1 saja antre ya apalagi kelas 3. Tapi dinikmati saja. Saya anemia. HB turun. Disuruh tranfusi sama dokternya. Panjenengan?"

"Tensinya naik."

"Owalah..." Aku manggut-manggut. "Nunggu dari jam berapa, Pak?"

"Pagi tadi."

Tepat saat itu perawat yang akan mengantar bapak tadi ke kamar rawat inapnya datang bersamaan dengan panggilan atas namaku.

"Keluarga Mentari Cahyaning Bumi. Mentari Cahyaning Bumi di mohon ke meja perawat..." disambung dengan beberapa nama lainnya.

Terdengar panggilan atas namaku. Titi segera melesat menuju meja di ruang depan bukan di nurse station depanku. Agak lama ia kembali dan memberitahu bahwa aku sudah mendapatkan kamar. Alhamdulillah. Penantian ini akhirnya berakhir juga.

"Kamu tidur deh. Kayaknya masih lama," Titi menyuruhku.

Dia tahu sebetulnya aku tipe pelor, nempel molor. Tapi...

"Ngantuk, nggak bisa tidur. Kamunya juga capek pulang kerja lagian di depan mata ada yang seger-seger gitu mana bisa tidur coba?" sahutku.

Titi memutar kedua bola matanya malas. "Beneran deh kamu kayak bukan orang sakit."

Aku nyengir. "Lah iya, aku berangkat sehat. Niat hari ini mau konsultasi aja di dokter gigi. Hasil foto thorax oke eh begitu lihat hasil lab darah...HB turun. Seketika dirujuk ke poli penyakit dalam. Eh laaah di poli penyakit dalam sama dokternya disuruh tranfusi. Kan aku mikirnya masih nanti atau dijadwal kapan gitu...ternyata sama Mbak adminnya langsung dicarikan kamar. Kaget dong harus opname hari ini juga untuk tranfusi."

Sambil menunggu waktu masuk ke kamar rawat inap, akhirnya aku dan Titi ngobrol. Salah satunya masih topik seputar perawat dan dokter yang lalu lalang di depan kami.

"Ini beneran deh...kalau nggak lagi wabah Corona, itu dokter tetep pakai masker nggak ya?" tanyaku penasaran.

"Coba tanya," usul Titi asal.

"Yeee..."

"Sudah, tidur gih," suruh Titi lagi.

"Kamu sini yang tidur." Aku menggeser tubuhku agar dia bisa berbaring juga.

"Kamu nih! Yang ada diusir dong kan bukan pasien," omel Titi.

Iya sih. Selain pasien sebetulnya dilarang ikut duduk atau berbaring di bed atau kursi pasien. Pasti ada petugas yang keliling mengingatkan.

🏥🏥🏥

"Eh tapi yang shift ini muda-muda ya?" celetuk Titi.

Aku mengangguk. "Yang wajah senior banget bisa dihitung. Dari tadi tuh aku mikir apa masuk kedokteran dan keperawatan harus cakep ya? Soalnya koas yang aku lihat tiap konsultasi ke sini dan dokter-dokter di klinik kan lumayan cakep tuh."

LOVE in HOSPITALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang