💊 5. Opname Hari Ke-1

1.8K 241 30
                                    

Dokter akhirnya visite dan yang datang memang residen. Lelaki. Muda. Sayang begitu melintas di depanku dengan cepat kulirik jarinya sudah ada cincin yang melingkar. Residen tersebut ditemani seorang Mbak perawat.

"Sudah tranfusi ya?" tanya residen tersebut. "Berapa kantong?"

Aku mengangguk. "Sudah, dok. Masih satu kantong. Nanti sore lagi katanya."

"Mbaknya ada pendarahan?"

Aku menggeleng.

"Lagi haid?"

Aku menggeleng lagi. "Kebetulan sudah. Jadi sekarang sedang enggak."

Residen tersebut mengangguk. "Haidnya gimana biasanya? Banyak atau apa?"

"Uhm...lancar sih. Cuma yang banyak dua atau tiga hari pertama aja. Selanjutnya sedikit-sedikit."

"Sudah berapa lama?"

"Selama ini sih gitu."

Residen tersebut mengangguk lagi. "Diobservasi dulu ya? Nanti setelah tranfusi diambil darah lagi."

Aku kembali mengangguk. "Iya, dok."

Mbak perawat mencatat sesuatu sambil mendengarkan ucapan residen tentangku.

Setelah residen dan perawat meninggalkan ruangan kami, aku kembali berbaring. Memutuskan tidur setelah minum sedikit.

Kemudian satu per satu mereka yang dioperasi kembali ke ruangan. Tampak kelegaan pihak keluarga karena sudah kembali ruang rawat inap biasa.

Aku yang tadinya sempat terbangun kembali tidur. Ngemil malas, minum nanti pipis terus. Repot deh.

Sorenya, menjelang maghrib tranfusi kedua dimulai.

"Mbaknya jangan banyak gerak dulu ya," kata Mas perawatnya.

Aku mengangguk. "Yang pertama tadi juga sempat berhenti. Soalnya kebelet pipis. Tapi ini tadi barusan dari kamar mandi. Sudah pipis."

Mas perawatnya yang setelah kuperhatikan setiap bertugas ke kamar rawat selalu mengenakan snelli lab dan handscoon itu mengangguk ramah. "Iya, Mbak, darah itu kan kental sekali. Netesnya juga masih disaring lagi. Ada gerakan sedikit biasanya nggak netes. Untung Mbaknya sudah pipis."

"Iya. Dingin gini suka nggak bisa nahan pipis," sahutku.

"Kalau gatal, berbintik merah dan sesak napas bilang ya?"

Aku mengangguk. "Iya, makasih, Mas."

Setelah Mas perawat itu pergi, nggak ada yang bisa kulakukan kecuali berbaring diam dan menikmati rasa ngilu dari aliran darah kedua yang milik pendonor siapapun aku berterima kasih padanya.

Aku berusaha memejamkan mataku. Kali ini betul-betul tak berani banyak gerak. Pengalaman sebelumnya yang sempat membuat aliran darah berhenti.

Baru saja kupejamkan mata dengan niat untuk tidur, tiba-tiba terdengar suara nenek yang memang menjadi salah satu penghuni di kamar kami. Dan si nenek termasuk salah satu yang tadi keluar untuk dilakukan tindakan.

"Enak ya, dokternya ganteng dan muda-muda," komentarnya dengan nada bahagia.

Jangankan aku yang spontan terkekeh tanpa suara, terdengar decakan dari anggota keluarga uang menunggunya dan tawa dari anggota keluarga pasien lain yang belum kembali dari ruang pemulihan pasca operasi.

Pikiranku pun berkelana. Ini yang dimaksud para dokter DPJP atau residen?

Yang menjadi lucu adalah si nenek terus mengulang pujiannya mengenaik dokter ganteng dan muda. Walaupun mataku kembali terpejam tapi masih bisa mendengar karena memang tidur tidak nyenyak.

LOVE in HOSPITALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang