Kesepuluh

5.5K 377 71
                                    

Setelah kejadian beberapa jam yang lalu, Lisa masih setia mengurung dirinya di dalam kamar. Gadis itu seakan tuli dengan teriakan sang ibu yang memanggilnya untuk makan malam.

Pikirannya sedang kacau saat ini, kejadian itu terus berputar di otaknya seperti kaset rusak. Bagaimana teriakan ibunya yang penuh amarah, bagaimana suara pukulan yang terus beradu, dan bagaimana sakit hatinya saat mengetahui fakta bahwa ayahnya-- Suho memang tak menganggap Lisa sebagai putrinya.

Kalian pernah merasakan bagaimana rasanya tak diakui hm? Sakit.... Sakit sekali

Tok tok tok tok tok

"Lisa... Ayo makan malam sayang"

Lisa terbangun dari tempat tidurnya dengan keadaan mata sembab, ia membuka pintu dan mendapati Irene yang menatapnya dengan penuh khawatir. "Kenapa menangis hey?"

Gadis berponi itu tak menyahut, ia terus menunduk sembari mengusap mata bulatnya yang sialnya terus mengeluarkan cairan bening yang rasanya asin itu.

Irene maju dan menggenggam tangan putrinya lalu menarik Lisa ke dalam pelukannya. "Apa yang mengganggu pikiranmu Lisa? Ibu akan mendengarkan"

"Kenapa?"

Hanya satu kata itu yang Lisa lontarkan membuat Irene mengerutkan dahi tidak mengerti.

"Ibu tak menger--"

"Kenapa ibu melakukannya?" potong Lisa cepat.

"Kenapa ibu melakukannya? Kenapa harus menggantikan ku bu? Tolong pikirkan lagi keputusan mu hiks" Lanjut Lisa kembali menangis dalam dekapan sang ibu. Sementara ibunya mengusap punggung Lisa dengan sayang.

"Karena ibu menyayangi mu"

Lisa melepaskan pelukannya, lalu menatap Irene dengan mata ber air, "Maka jangan sayangi aku"

"Apa yang kau katakan huh?"

"Bu... Biarkan aku yang menikah dengan Yang Hyun Suk! Aku tak apa, sungguh"

"Siapa yang kau bohongi? Siapa yang kau bodohi? Ibu melakukannya karena ibu tak ingin kau terluka, ibu tak ingin hidupmu menderita Lisa, jalan hidupmu masih panjang! Kenapa kau tak mengerti akan hal itu?" Irene berkata dengan penuh penekanan, matanya memerah dan urat di keningnya menonjol. Bagaimana mungkin anaknya memiliki pemikiran yang begitu dangkal?

"Tapi bu... Hidupku sudah tak ada artinya. Aku pembawa sial hiks, ibu dan ayah berpisah karena aku bu"

"JANGAN KATAKAN ITU LALISA"

Lisa kembali terkesiap dengan teriakan marah ibunya. "Apa ibu tak berarti di kehidupanmu?" tanya Irene dengan suara parau.

"Kau alasan ibu tetap bertahan di saat dunia membenci ibu. Ibu masih hidup sampai saat ini hanya karena dirimu Lalisa hiks. Jangan katakan hidupmu tak berarti lagi nee?" Irene pergi dari depan kamar Lisa, ia berbalik dan melangkah menuju kamarnya sendiri.

Baru beberapa langkah beranjak, pinggangnya sudah di peluk dari belakang oleh seseorang.

"Ma--maaf hiks"

"Maaf bu hiks... Maafkan aku hiks"

༻◆ ⃟ ⃟ ⃟ ⃟ ⃟ ⃟ .  𝖎𝖙𝖘 𝖍𝖚𝖗𝖙    ⃟ ⃟ ⃟ ⃟ ⃟ ⃟◆༺


Lisa berangkat ke sekolah terlalu pagi hari ini. Jarum jam baru menunjukkan pukul enam lebih dua puluh menit tapi Lisa sudah berada di sekolah. Lisa melangkahkan kakinya dengan gusar. Pagi ini moodnya tidak terlalu baik. Kejadian kemarin masih dengan senantiasa menghantui pikirannya, ditambah lagi dengan percakapannya kemarin dengan sang ibu.

IT'S HURTS lizkook (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang