>> 14. Sang Pengendali Api <<

2K 166 14
                                    

"Bakar semua! Bakar! Hahahaha!"

"Terimalah! Terimalah api ini! Ahahaha!"

"Akan ku bakar seluruh pulau ini..."

"Tidak ada... Tidak ada yang bisa mengalahkan aku!"

.
.
.
.
.

Balas Dendam

Matahari sudah terbit dari ufuk timur. Di rumah Boboiboy yang awalnya tentram dan damai, kini semuanya menjadi sangat berisik akibat beberapa jam weker yang berdering nyaring untuk membangunkan majikannya.

Netra merah menyala pun bangkit dari tidurnya, sesekali ia berkedip untuk mengumpulkan kesadarannya. Ia menyambar jam weker miliknya yang sedari tadi berdering lalu mematikannya. Tanpa mengeluh atau bergumam, ia segera beranjak pergi dari kamarnya. Kakinya membawa ia ke depan ruang kamar dengan hiasan di pintu yang bertuliskan nama 'Gempa'.

Tangan kanannya mengetuk pintu kamar tersebut sebanyak dua kali, sambil menyebut nama sang pemilik kamar.

"Gempa, sudah saatnya untuk bangun." Ucapnya.

Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki dari dalam kamar, selang beberapa detik pintu kamar yang sebelumnya tertutup kini pun terbuka. "Oh Hali... Pagi Hali!" Sapa sang pemilik kamar.

"Pagi juga, Gem." Balas Halilintar dengan senyuman tipis.

Gempa melangkah maju ke depan Halilintar dan Halilintar pun melangkah mundur untuk memberikan ruang pada Gempa. Gempa kembali menutup pintu kamarnya.

"Mau sarapan apa?" Tanya Gempa kepada saudaranya yang lebih tua itu.

"Apa pun itu, asal kau yang memasaknya akan ku makan." Jawab Halilintar.

"Baiklah.." ucap Gempa sembari merenggangkan otot-ototnya. "Kamu tolong bangunin yang lainnya."

"Baik, nyonya Gempa.." bisik Halilintar sambil mengusap-usap rambut saudaranya yang tidak dilindungi dengan topi kesayangan. Lalu setelah itu ia segera pergi melangkahkan kakinya menuju kamar-kamar saudaranya.

Gempa pun juga pergi melangkahkan kakinya menuju lantai dasar. Ia sangat berharap bahwa hari ini akan sama hangatnya dengan sang mentari pagi.

Gempa, sang koki andalan di rumah pun segera menyiapkan bahan-bahan yang akan ia masak. Tanpa mengeluh atau bergumam, ia segera melakukan pekerjaannya pagi hari ini. Memasak, sudah menjadi kebiasaan bagi Gempa. Jadi, ia tidak perlu mengeluarkan otot-ototnya hanya untuk itu.

Lain hal nya dengan Halilintar. Membangunkan para Saudaranya pada pagi hari ini adalah pekerjaan yang sangat merepotkan baginya, ia harus menyiapkan kesabaran ekstra untuk itu. Apalagi jika yang dibangunkannya itu adalah Ice.

"Ice bangun! Sudah pagi!" Teriak Halilintar dan terus mengetuk-ngetuk pintu kamar Ice.

"Ish... Ini anak!" Tanpa segan-segan Halilintar membuka pintu kamar Ice yang memang tidak dikunci lalu masuk kedalam. "Ice! Bangun!"

Ice, sang pemilik nama sekaligus pemilik kamar ini tidak sama sekali bangun. Ia malah terus memeluk erat boneka paus kesayangannya.

Oke, kali ini Halilintar benar-benar tidak bisa menahan amarahnya.

Dan terjadilah,

bzzttt...

"Huaa! Ka Hali!" Teriak Ice sampai-sampai teriakannya itu sampai ke lantai dasar.

In One BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang