"KAU! Kau apakan jubah ku ini, hah?!" Ujar si Jubah Putih kesal karena jubah putih nya yang bersih tersebut, kini telah ternodai dengan tanah.
"Hahaha... Hanya memberikan sedikit ukiran agar jubahmu itu tidak terkesan polos." Jawab Blaze dengan nada jahil.
"Sial! Tidak ku maafkan, kau!" Si Jubah Putih itu segera menyerang Blaze. Ia menyerangnya dengan tonjokan-tonjokan, yang bahkan Blaze tidak tahu seberapa kuat tonjokan tersebut.
Si Jubah Putih terus melancarkan serangannya tetapi dengan mudahnya Blaze berhasil menghindar. Sesekali Blaze juga membalas nya dengan 'tonjokan berapi'nya yang juga berhasil dihindari oleh si Jubah Putih.
"Aku memang tidak mengenali wajahmu, tetapi dari suara mu saja sudah pasti kalau kau ini perempuan." Ujar Blaze disela-sela pertarungannya.
"Jika iya, kenapa? Kau meremehkan ku?" Jawab si Jubah Putih.
"Ntah lah.." balas Blaze. Membuat si Jubah Putih berdecih kesal.
Mereka berdua masih dalam pertarungan jarak dekat. Tidak ada yang berhasil dalam melakukan penyerangan dan tidak ada juga yang mengalah dalam menyerang.
"SEMBURAN BERAPI!"
Blaze mengambil jarak yang jauh dari si Jubah Putih setelah mendengar suara tersebut. Blaze melihat bagaimana api yang keluar dari mulut si Jubah Merah menyerang kedua kakaknya. Ia ingin menyelamatkan kakaknya tetapi jaraknya terlalu jauh, untungnya ada anyaman dari daun-daunan yang melindungi kedua kakaknya.
"Bagus Thorn! Ternyata kamu cekatan juga, ya." Batin Blaze bersyukur karena kedua kakaknya terlindungi oleh anyaman daun-daun milik Thorn.
"Tapi, bukannya si Jubah Merah itu pengendali pasir? Kenapa ia juga bisa mengendalikan api yang sama seperti ku?" Pikir Blaze yang tidak mengerti kenapa musuhnya itu dapat mengendalikan dua kekuatan sekaligus.
"SIALAN KAU! KALAU SEDANG BERTARUNG, JANGAN MENGABAIKAN MUSUH MU!"
Blaze terkejut dengan teriakan tersebut, baru ia akan kembali fokus terhadap musuhnya. Ia langsung mendapatkan tonjokan yang sangat kuat sehingga dirinya terpental sangat jauh.
"Ughh.."
Blaze berusaha untuk bangkit, ia baru menyadari bahwa dirinya sedari tadi hanya meremehkan lawan nya. Blaze menyeringai kecil, tonjokan yang tepat mengenai wajahnya tersebut begitu sangat kuat. Blaze mengelap cairan berwarna merah yang keluar dari hidungnya, kedua sudut bibirnya pun begitu terasa nyeri saat dipegang. Wajah tampannya kini sudah babak belur hanya dengan satu pukulan.
"Kekuatannya sama seperti Kak Gempa!?" Batin Blaze.
Blaze kembali berdiri dengan tegak, ia merasa semakin bersemangat setelah mengetahui kekuatan lawannya tersebut.
Taufan terengah-engah menghadapi si Jubah Hitam itu, ia merasa jika dirinya sedang menghadapi dirinya sendiri karena si Jubah Hitam itu memiliki kemampuan yang sama dengannya. Ditambah rasa penasarannya terhadap si Jubah Hitam itu, semakin membuat dirinya tidak dapat berfikir dengan baik.
"Sebenarnya kau ini siapa?!" Tanya Taufan dengan nada kasar nya.
"He... Kamu itu tidak diajarkan sopan santun kah?" Ujar si Jubah Hitam, "Jika sedang bertanya, bersikaplah dengan baik agar lawan bicaramu ingin menjawab mu."
Taufan sangat geram dengan lawannya ini, setiap kali ia bertanya tentang siapa diri mereka yang sebenarnya, dia selalu menghindari pertanyaan tersebut. Bahkan dirinya sudah berbicara dengan baik-baik tetapi tetap saja tidak ada respon.
"Baik suara dan kuasanya, sudah jelas kalau dia bukan Solar. Tapi, kenapa seperti ada yang janggal?" Pikir Taufan.
"Kalau sedang berlawanan dengan musuh, jangan melamun.." bisik si Jubah Hitam yang tiba-tiba berada di samping Taufan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In One Bond
Fanfiction[Boboiboy Fanfiction] Setelah melakukan beberapa pertarungan, ke-tujuh kembar Boboiboy dan teman-temannya kembali hidup dengan damai. Mereka disibukkan dengan kegiatan masing-masing layaknya manusi normal, bukan sebagai pahlawan. Walau begitu, merek...