>> 19. Permainan dimulai <<

1.5K 138 16
                                    

"yang jelas, Kami hanya ingin bermain dengan kalian." Ucap si pemimpin, dengan menekan kata 'bermain' seakan-akan meremehkan.

Ke-enam saudara ini sangat kesal dengan ucapan si musuh. Ternyata sang musuh lah yang sangat meremehkan kekuatan mereka.

Halilintar dan Blaze, bukanlah tipe orang yang penyabar, dan saat itu juga api kemarahan menyelimuti mereka. Tapi untungnya, ada Gempa dan Ice yang menenangkan mereka berdua walau hanya sedikit mengurangi sedikit amarah tersebut.

"Ada apa? Kalian tidak ingin menyelamatkan teman-teman kalian ini?" Ujar si musuh yang memakai jubah berwarna cokelat, mulai memprovokasi mereka.

Tentu itu membuat Halilintar dan Blaze semakin marah namun Gempa dan Ice kembali menenangkan mereka berdua.

"Baiklah, kita akan menyerang mereka sekaligus dengan kemampuan kita masing-masing." Ucap Gempa.

"Kau yakin? Kita bisa langsung menyerangnya dengan serangan combo bukan?" Tanya Halilintar memastikan.

"Mereka itu berempat, dan itu sudah pasti kalau mereka juga punya serangan combo. Kalau kita langsung menyerangnya langsung dengan serang combo itu akan sia-sia." Ucap Gempa, kedua matanya masih mengamati keempat musuh barunya.

"Tapi jumlah kita lebih banyak daripada mereka, kak." Ucap Thorn.

"Jangan naif, Thorn. Kita tidak bisa menilai lawan hanya karena jumlah mereka kalah dari kita." Ucap Gempa.

"Aku setuju dengan kak Gempa, lagipun kelihatannya mereka bukan musuh sembarangan." Sambung Ice.

"Baiklah kalau begitu, aku akan melawan si jubah merah itu." Ucap Blaze sedikit meremehkan musuhnya.

"Tidak. Si merah biar aku yang melawannya, sepertinya dia orang kuat." Kata Gempa serius.

"Dia kuat, dan kau ingin melawannya sendirian? Aku ikut dengan mu!" Ucap Halilintar yang mulai serius.

Gempa mengangguk, menyetujui ucapan Halilintar.

"Blaze, kau 'kan tukang jahil. Aku tahu siapa yang cocok jadi lawan mu." Ucap Ice, membuat Blaze penasaran.

"Hah... Siapa?"

"Lawan kau adalah si jubah putih. Lihat jubahnya itu begitu bersih." Kata Ice.

"Maksud mu?" Tanya Blaze yang tidak mengerti dengan ucapan Ice.

"Maksudku, dia itu seperti Solar. Mengenakan jubah warna putih, dan juga sepertinya dia sangat menjaga kebersihan sehingga jubahnya tidak kotor sedikit pun." Ucap Ice, yang perlahan membuat Blaze mengerti.

"Aahh... Begitu rupanya. Baiklah... Aku mendapatkan bahan prank lagi, sekarang saatnya untuk bersenang-senang." Ucap Blaze mulai jahil.

"Terus aku kak?" Tanya Thorn.

"Kamu sama aku. Kita lawan si jubah cokelat itu, sepertinya dia tidak bisa dikalahkan satu orang saja." Ujar Ice.

"Lalu si jubah hitam itu?" Tanya Thorn lagi.

"Ahh... Si jubah hitam itu akan menjadi lawannya Kak Taufan, sepertinya Kak Taufan tertarik melawannya." Ucapan Ice seketika membuat saudaranya yang lain menatap Taufan, Taufan sendiri ternyata sedari tadi hanya memperhatikan musuhnya yang berjubah hitam itu.

"Taufan! Kau dengar kami berbicara tidak?!" Ucap Gempa.

"Ah-ya... Aku dengar koq... Hehehe..." Jawab Taufan dengan cengirannya.

Mereka pun kembali menatap lawan mereka, bersiap untuk menyerangnya.

"Heh... Tatapan yang mengerikan. Tapi... Itu tidak berarti kami akan kalah dengan kalian!" Ucap si jubah cokelat, membuat Blaze muak mendengarnya.

In One BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang