>> Epilog <<

2.5K 162 12
                                    

Setelah sekian lama tak berjumpa, mereka semua pun saling menyapa. Mereka memberitahu Solar, kalau mereka sangat senang karena dapat bertemu kembali. Tidak! Lebih tepatnya kesempatan kedua, untuk mereka memperbaiki kesalahan mereka waktu itu dan kesempatan untuk selalu menjaga ikatan yang telah mereka buat sejak lama.

Setelah saling menyapa, Solar pun ikut serta dalam kegiatan berkemah mereka. Seperti mencari kayu bakar untuk membuat api unggun dan pergi memancing ikan. Ya~ lebih tepatnya sih, Solar hanya mengikuti mereka tanpa membantu sama sekali dan hanya memotret semua kejadian yang terjadi disana.

Berbagai kegiatan di hari pertama berkemah, semuanya berjalan dengan lancar. Hingga akhirnya, hari pun semakin gelap. Cahaya rembulan sudah bersinar menerangi malam ini serta bintang-bintang yang menambah kesan indah menghiasi langit malam ini.

Mereka semua berkumpul mengelilingi api unggun yang telah dinyalakan. Masing-masing dari mereka membakar ikan yang mereka tangkap. Sambil menunggu ikannya matang, mereka mendengarkan sebuah cerita yang dibawakan oleh Solar.

Bukan cerita horor, dongeng, maupun sebagainya. Melainkan sebuah cerita, yang membahas tentang bagaimana Solar bisa terselamatkan. Cerita berawal dari kejadian disaat-saat Solar terhisap oleh lubang hitam, yang ternyata terselamatkan oleh kedatangan Kaizo yang secara tiba-tiba. Awalnya mereka pun tidak mempercayai akan hal itu, apalagi mereka sama sekali tidak melihat keberadaan Kaizo sama sekali waktu itu. Tetapi mengingat semakin canggih teknologi, mereka pun percaya. Tapops membuat teleportasi buatan dengan mengcopy kuasa teleportasi Ochobot menggunakan Power Sphera 'CetakBot' dan 'RompakBot', hasilnya pun tidak begitu mirip dengan teleportasi sungguhan. Tetapi karena Tapops mempunyai Nut disana, semuanya pun selesai. Dengan adanya teleportasi buatan tersebut dapat mempermudah Tapops untuk menjalankan sebuah misi dan dengan itupun Solar terselamatkan karena Kaizo dikirim ke lokasi.

Lalu Solar menjelaskan kenapa waktu itu Tapops tidak memberitahu keberadaannya disana kepada mereka, yang semua itu terjadi karena ulah Sang Ayah, Amato. Lalu Solar juga menceritakan misi rahasia yang ia dapatkan dari Sang Ayah, yaitu menyerang keenam saudaranya dan juga teman-teman. Pada saat menceritakan bagian ini, Solar merasa bersalah dan terus meminta maaf karena dirinya tidak langsung pulang ke rumah. Dari lubuk hati yang paling terdalam, waktu itu Solar benar-benar ingin segera pulang ke rumah tapi apa daya, Ayahnya melarangnya. Mau kabur pun tidak bisa, karena ada ketiga anak yang membantu Solar waktu itu yang sekaligus menjaga Solar agar tidak kabur dari misi yang diberikan Sang Ayah.

Gempa mengacak-acak rambut saudara terkecilnya itu, yang kebetulan berada di samping kanannya. "Tidak apa-apa. Tidak perlu merasa bersalah seperti itu, kami semua tahu perasaan mu kok." Ucapnya.

"BETUL TUH!" Tiba-tiba saja Blaze berpindah posisi kebelakang Solar, dan dengan seenak jidatnya ia memukul punggung Solar.

"A-ADUH..." Mendengar ringisan Solar yang cukup kencang, membuat semuanya mengalihkan pandangannya ke Solar.

"Solar kenapa?" Tanya Thorn khawatir.

"E-eh?!! Apa aku memukulnya terlalu keras?" Tanya Blaze yang juga panik. "Padahal aku memukulnya seperti biasa aku memukul mu dirumah loh... Hehehe..."

"A-ah... Aku tidak apa-apa kok." Jawab Solar.

"Kami yakin? Kamu berteriak kesakitan loh..." Tanya Ice.

Taufan segera bangkit dari duduknya lalu pergi kebelakang Solar. "Daripada penasaran, lebih baik kita lihat!" Kata Taufan lalu langsung menarik paksa baju Solar, hingga baju yang Solar kenakan terlepas dari tubuhnya.

Semuanya pun langsung terpaku pada tubuh Solar, yang tidak mengenakan pakaian itu. Dari dada hingga perut Solar, semuanya tertutupi oleh perban.

"Ke–kenapa badan Solar dibalut perban semua?!" Tanya Thorn setengah berteriak.

"Oh... Ini kudapatkan dari misi ke dua yang diberikan oleh Ayah, yaitu membantu ketiga orang yang kemarin bersama ku." Jawab Solar sejujurnya. Padahal dari awal ia tidak ingin memberitahu hal itu kepada siapapun tapi karena sudah terlanjur ketahuan, mau bagaimana lagi?

"Misi ke dua? Apa itu?" Tanya Gempa.

"Aku membantu ketiga orang yang kemarin bersama ku untuk menyelamatkan tempat tinggal mereka. Lalu di akhir peperangan yang terjadi aku terkena serangan dari belakang tepat di badan ku yang terluka ini." Jawab Solar menjelaskannya.

"Kenapa—" belum sempat Taufan menyelesaikan kalimatnya, Solar sudah berbicara duluan.

"Aku tidak bisa menceritakan sedetail-detailnya kepada kalian, karena itu sangat rahasia. Itu sudah menjadi amanat bagiku untuk menjaga rahasia tersebut, jadi maaf aku tidak bisa memberitahu kalian sedetail mungkin." Ucap Solar, melanjutkan kalimatnya.

Gempa kembali mengacak-acak rambut adiknya itu. "Kalau memang begitu kami mengerti kok. Tapi Solar, aku mohon kepadamu lain kali jangan kamu sembunyikan luka atau masalah yang kamu dapatkan, yah..." Kata Gempa.

"Iya, maaf. Aku hanya tidak ingin kalian khawatir saja dengan luka ku ini." Ucapnya.

Gempa tersenyum kecil, lalu ia bangkit dari posisi duduknya. "Baiklah karena sudah semakin malam, lebih baik kita segera tidur. Solar, kau hanya bisa setenda dengan Fang atau Gopal. Itu terserah mu." Ucap Gempa.

"Gopal? Tidak-tidak aku tidak mau." Ucap Solar, sambil membayangkan bagaimana jadinya kalau ia setenda dengan temannya yang berbadan besar itu.

"Hahaha... Bagus Solar. Aku jadinya bisa tidur dengan luas tanpa ada orang tambahan. Dah.. aku pergi tidur duluan... Hehehe..." Ucap Gopal, lalu segera pergi menuju tendanya.

"Kalau begitu, berarti kamu dengan Fang." Kata Gempa.

"EH!!! Tidak ada pilihan lain selain bersama landak ungu itu." Ucap Solar sembari menunjuk ke arah Fang.

"Ck.. Aku juga tidak ingin setenda denganmu, bensin!" Balas Fang.

"Tidak ada pilihan lagi! Sudah sana cepat pergi ke tenda kalian masing-masing!" Perintah Gempa tegas.

Setelah mendengar perintah dari Gempa pun mereka langsung pergi menuju ke tenda masing-masing. Tapi sebelum itu,

"Solar, janji ya untuk tidak pergi lagi dari kami." Kata Thorn. Thorn menjulurkan tangan kanannya, lalu menunjukkan jari kelingkingnya.

Solar tersenyum kecil, lalu menganggukkan kepalanya. "Hm... Solar janji." Jawabnya, lalu mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Thorn.

Setelah itu barulah mereka pergi ke tenda masing-masing.

"Kenapa coba, harus setenda dengan si landak ungu ini."

"Ck.. dasar bensin. Kalau kau tidak ingin setenda dengan ku pergi sana. Lagipula ini tenda ku."

"Grr... Iya-iya! Dasar landak ungu."

"Dasar bensin!"


——————————

"Semakin lama orang menetap di satu tempat, semakin erat ikatan emosionalnya terhadap tempat tersebut. Salah satunya, yaitu Persahabatan. Persahabatan bukanlah sebuah kesempatan, tetapi merupakan tanggung jawab yang manis. Karena itulah jaga dan rawatlah ikatan tersebut, agar tidak ada kata penyesalan di akhir."

——————————



🌷   🌷   🌷

Ok guys! Terimakasih untuk kalian semua yang sudah mengikuti cerita ini dari awal sampai akhir☺️

See you next time!!!

Oh ya guys, aku mau ngasih tau nih. Akun ini kemungkinan akan jarang aktif. Jadi, kalian bisa ke akun nakazurhin untuk membaca karya-karya ku yang lain^_^

Salam hangat,
Ejensolar

In One BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang