Dua🐋

98 15 0
                                    

'Kita temen'
.

.

.

Biru keluar dari rumahnya dengan senyum mengembang. 'Tuhan... semoga hari kedua Biru di sekolah, baik-baik saja. Ngga ada yang ganggu' ucap Biru dalam hati.

"Neng Biru kok senyum-senyum sendiri, neng Biru ngga papa?" tanya bapak-bapak saat membukakan gerbang untuk Biru.

Biru menggeleng. "Biru ngga papa kok pak Bejo" ucap Biru kemudian tersenyum simpul.

'Mungkin, bahagianya gue ini terlalu berlebih' batin Biru. Kemudian, ia berhenti tersenyum. Tapi, hatinya sekarang menitahkan untuknya kembali tersenyum.

"Neng beneran ngga papa kan?" tanya Pak Bejo mengulang.

'Kan? Tapi gue emang Bahagia sekarang, jadi ngga bisa berhenti senyum!'

"Iya, ngga papa kok Pak. Biru seneng aja sekolah disini" ucap Biru meyakinkan Pak Bejo.

Pak Bejo mengangguk. Dan sedikit bergumam, Biru tidak tahu apa yang Pak Bejo gumamkan.

Pak Bejo mengeluarkan mobil keluarga untuk mengantarkan Biru ke sekolahnya. Biru menunggu di depan gerbang, tapi senyumnya tidak pudar.

'Gibran, udah dateng belum ya?' pikir Biru dengan melihat langit.

"Kok gue mikirin dia sih?" Biru menepuk jidatnya sendiri. "Dasar Biru gila!" umpatnya kepada diri sendiri.

Mobil keluarga sudah berada di depan Biru. Biru, masuk ke dalam mobil penumpang. Ia membuka ponselnya. Ia membuka aplikasi sosial medianya.

gibran.__ mulai mengikuti anda.

"Ini ngga mimpi kan?" gumam Biru. Biru merasa senang dengan pemberitahuan yang muncul di ponselnya. Ia sedikit melihat profil milik Gibran, senyum Biru masih mengembang.

"Non, udah sampai" ucap pak Bejo. Biru mengangguk, kemudian ia menyalami pak Bejo.

"Pak Bejo, Biru berangkat dulu yaaa" ucap Biru kepada Pak Bejo. Pak Bejo masih tidak percaya bahwa majikannya mencium punggung tangannya.

Biru keluar dari mobil itu. Masih dengan senyum mengembang, Biru memasuki kelas. Mata Biru membulat. "Lo udah dateng?" tanya Biru ke Gibran. Biru menaruh tasnya di bangkunya.

"Sepagi apa lo dateng? Jam segini-" Biru melihat jam tangannya. '06.45'

"Pagi?" tanya Gibran. "Emang lo bangun jam berapa nganggap ini pagi?" Gibran tersenyum mengejek.

Biru merasa jengkel ke Gibran. "Gue bangun pagi kok!" ucap Biru.

Gibran mengangguk. "Iya kok, gue percaya. Jangan cemberut gue ngga suka" Biru tersenyum kembali.

"Oh ya, gue... mau minta ajarin ke lo tentang tugas yang kemarin lo kumpulin ke Bu Ninda. Di sekolah gue sebelumnya, gue belum diajarin" Gibran mengangguk. Ia mengambil buku paket Matematika peminatan di rak buku. Kemudian, ia mengambil pensil di tasnya.

Gibran mulai mengajari Biru tentang apa yang ia mengerti. Biru hanya mengangguk-anggukkan kepala saat Gibran menjelaskan sesuatu kepada dirinya. Biru, sedikit tersenyum saat melihat wajah Gibran.

"Udah ngerti?" tanya Gibran. Biru mengangguk.

"Makasih, untuk yang sekian kali"

Gibran tersenyum simpul. "Gue bosan dengar lo selalu ngomong itu. Makasih, makasih" ucap Gibran dengan memasukkan pensilnya ke tasnya. Biru pun memasukkan bukunya ke tasnya. Biru menatap sekelilingnya.

Just a Friend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang