Gib -🐋2

34 6 2
                                    

'Maafin gue yang terlambat. terlambat tau perasaan lo'

.

.

.

Gibran dengan jas hitamnya audah siap. Ia memetik senar gitarnya sebagai pemanasan.

"Jadi keinget Biru" ucap Gibran.

Gibran sedikit bosan. Ia memainkan ponselnya, ia membuka akun sosial medianya. Di beranda, yang ia temukan pertama adalah foto Biru yang tertawa lepas. Foto itu memang seperti doambil secara tidak sengaja. Gibran menyukai postingan tersebut.

"Ini postingan pertama lo" Gibran melihat komentar yang diberikan pengikut Biru. Banyak yang mengatakan dirinya cantik. 'Emang cantik dia'

Ddrrttt... Drrrtttt

Gibran mengeluarkan kembali ponselnya. Ia mendapat panggilan dari Anin. Gibran langsung menakan tombol hijau.

"Iya Nin ada apa?" tanya Gibran.

"Gib, gue emang ngerasa aneh. Cepet lo lihat postingan pertama Biru di instagram" Gibran tersenyum kecil.

"Iya, cantikkan?" Gibran mendengar Anin berdecak.

"Bukan itu bego! Lihat captionnya! Lo dimana sih? Di belakang panggung? Gue otw"

Tut.. tut..

Gibran membuka kembali instagramnya. Kemudian ia melihat postingan Biru. Lebih tepatnya captionnya.

"Goodbye?" Gibran menatap seseorang yang tiba-tiba masuk.

"Gib, Biru pergi!" ucap Anin.

Rasanya seperti ada guncangan hebat. Khawatir, takut, semua campur aduk didalam diri Gibran. 'Ada apa Biru? Lo kemana? Lo kenapa bilang gitu?' Gibran langsung naik motornya. Dan mengendarainya dengan sangat cepat.

Saat berada di kediaman Biru. Gibran melihat Ayah, Bunda, dan kakak Biru baru mau masuk ke dalam rumah. Gibran ngos-ngosan.

"Gibran?" panggil bunda Biru. Gibran melihat bunda Biru yang matanya membengkak seperti menangis.

"Bunda, biar Rama urus. Rama kenal dia" ucap Rama. Kemudian Abraham dan Kirana masuk.

Gibran melihat ke Rama. "Biru dimana?" tanya Gibran pelan. Rama tersenyum kecil.

"Lo terlambat" Gibran menatap Rama lekat.

"Biru Mana!!!" tanya Gibran keras.

"Udah berangkat, ke negara lain" Rama mengusap pundak Gibran. "Asal lo tau, adek gue suka ke lo. Dan itu udah lama"

Deg...

'Apa itu benar? Biru pergi. Dan gue baru tau tentang perasaannya. Itu pun dari kakaknya'

Gibran menatap Rama. "Apa lo bilang?" tanya Gibran.

"Adek gue terjebak friendzone. Dan itu dua kali" Gibran menghembuskan nafasnya kasar.

"Dimana dia?" Rama mengedikkan bahunya acuh.

"Dia akan bahagia. Dengan seseorang yang tepat. Gue pastiin itu" Rama masuk kedapam rumahnya. Dengan meninggalakan Gibranyang masih terdiam.

"Biru suka gue??? Maafin gue Bir, yang terlambat peka" Gibran menatap kediaman Abraham.

❤️❤️❤️

Menyesal? Iya. Kenapa ia tidak menuruti kata hatinya seoama ini. Kenapa ia tidak berjuang. Mengapa Gibran tidak mengambil labgkah satu pun. Malah, ia masih diam.

"Pasti lo dulu sakit sendiri kan? Nganggep semua sepihak padahal ngga, kenapa dulu gue ngga peka sih?" Gibran menatap langit dengan bintang yang bertaburan diatasnya. "Bir, jika gue bisa mengembalikan waktu. Mungkin saat ini gue ngga akan semenyesal ini. Dan lo ngga sesakit itu. Maafin gue yang terlambat akan segala hal Bir, termasuk mengetahui perasaan lo"




End, apa belom ya? Belom kok!

Just a Friend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang