Dua Puluh Dua🐋

29 4 1
                                    

"Gib, gue tanya. Siapa orang yang lo suka?"

"Orang yang gue suka ada di sini"

.

.

.

Pertengkaran Biru kemarin membuat perang dingin antara Biru dan Gibran. Saat Biru memasuki kelasnya, ia melihat Gibran sudah berada di bangkunya. Membuat Biru enggan untuk duduk di bangkunya. Biru berhenti di depan pintu kelas. 

"Kenapa berhenti?" tanya Febrian berada di belakang Biru. Biru menatap Febrian. 

"Feb, kita duduk bareng ya?" Febrian mengerutkan dahinya bingung. 

"Anin?" Biru berpikir sejenak. 

"Lo bilang aja kalau dia suruh duduk dengan Gibran" Febrian menatap Biru aneh. 

"Tentang kemaren belum kelar?" Biru menatap Febrian, kemudian ia mengangguk. 

"Gue cape, mending lo turutin aja omongan gue" Febrian seperti berpikir sejenak. Anin hendak masuk kekelas bingung dengan Febrian dan Biru yang masih berada di ambang pintu. 

"Kalian berdua ngapain disini?" tanya Anin. Biru menatap Anin. 

"Nin, lo duduk dengan Gibran ya! Kita tukeran" Anin menatap Biru, kemudian menggeleng. 

"Ngga mau, kalian kalau punya masalah selesaiin kek, jangan kaya anak kecil" Biru membuang nafasnya kasar. 

"Lo tau kan gue gimana? Lagian gue udah cape" Anin menatap Biru kasian. "Please bantuin gue saat ini. Jangan debatin ini, ini juga akan membaik dengan berjalannya waktu" Biru bernada seperti memohon ke Anin, kemudian ia mengangguk. Biru tersenyum. "Makasi, lo orang yang terbaik mengerti gue"

🐋🐋🐋

Biru mencoret angka 31 di kalender kecilnya.  Biru menghembuskan nafasnya kasar. "Udah sekitar 4 minggu gue ngga bicara apapun dengan dia" Biru menatap kalender itu. "Dan, kurang beberapa hari ujian akhir semester. Apa ngga bisa damai gitu?" Biru menelungkupkan wajahnya. "Gue cape Gib, tapi gue juga ngga bisa gini terus" gumam Biru. 

"Biruuu... Bunda mau masuk!" teriak Kirana dari depan kamar Biru. Biru mengubah posisinya sedikit lebih tegak. 

Kirana menemukan Biru melihat sendu kalender kecilnya. Kirana meletakkan susu kesukaan Biru di samping Biru. 

"Kenapa?" tanya Kirana dengan mengusap puncak kepala Biru. Biru menggeleng. 

"Ngga papa bun" Kirana tersenyum. 

"Oh ya, liburan kali ini. Bunda udah ngerancanain untuk kita ke Surabaya. Tapi, kita jemput dulu kakak mu di Jogja" Biru menatap berbinar Kirana. 

"Beneran bun? Uh, Biru kangen banget sama Surabaya. Nanti kita juga ke makam papa mama juga ya bun" ucap Biru dengan senyum sumringahnya. 

"Iya-iyaa... Habis kamu terima rapor, Malamnya kita langsung kesana" Biru tersenyum lebar. 

"Beneran bun?" Kirana mengangguk. 

"Yaudah, sebenernya bunda kesini mau bangunin kamu. Ternyata kamu udah siap, sekarang kamu sarapan, terus sekolah" Biru mengangguk. Kemudian ia berdiri, dan bergegas.

🐋🐋🐋

Tentang Biru, ia juga tidak diantar Gibran pulang kembali. Biru selalu meminta jemput kepada bundanya. Sesekali ia juga bersama Sam. Noh, Gibran juga tidak akan tanya lagi kan?

Just a Friend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang