Ketika Chenle Beraksi

1.3K 94 330
                                    

•••

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Anak-anak Ayyara sudah berangkat kuliah dan sekolah sejak tadi. Tersisa Chenle yang hari ini libur.

Ah, iya. Sekadar informasi saja. Chenle ini baru memasuki semester tiga Business Management di Seoul National University. Walau ia tipikal laki-laki yang sering menghambur-hamburkan uang, ia juga tahu bagaimana cara berbisnis untuk mengahislkan uang. Otaknya lumayan cerdas, setidaknya beberapa persen sikap Ayahnya menurun padanya.

Chenle itu, walaupun menyandang predikat rich men dari teman-temannya dan juga savage karena ia benar-benar tak peka dengan perasaan wanita, Chenle termasuk pemuda yang baik dan penyayang. Apalagi dengan Ayyara. Kalau boleh dibilang, Chenle itu sangat posesif terhadap Ibunya. Kedua Ayahnya kalah protektif dari anak satu itu.

Seperti sekarang ini. Berhubung Chenle sedang libur kuliah, jadi ia memutuskan akan menemani Ayyara di rumah. Dimulai dengan membantu Ibunya itu menyiram tanaman di halaman belakang rumah. Kebetulan di sana ada kebum mini kesayangan Ayyara.

Tapi, namanya juga Chenle. Selain savage, ia juga tak pandai menyelesaikan pekerjaan seperti menyiram tanaman. Lihat saja, Chenle malah mencabut pohon bonsai yang masih masa pertumbuhan itu --kecil.

"Ya! Astaga Le, kenapa dikeluarkan dari potnya? Nanti dia bisa mati." Ayyara memprotes karena Chenle benar-benar tak memahami bagaimana cara merawat tanaman.

Bukannya meletakkan kembali pohon bonsai mininya, Chenle malah melemparnya dan berkata, "itu sudah rusak mom. Nanti akan ku belikan yang baru." Setelahnya ia melanjutkan menyiram tanaman lain.

Sedangkan Ayyara dibuat melongo tak percaya dengan kelakuan putranya itu. "Le! Kau ini malah merusak kebun mini mommy. Sudah lebih baik kau melakukan hal lain!" protesnya dengan sebal.

"Bisa hancur semua tanaman mommy kalau kau yang mengurus. Tidak seperti Jisung dan Jeno, mereka tahu caranya menyayangi bunga-bunga ini" lanjut Ayyara mengoceh.

Merasa tak terima dibandingkan dengan kedua saudaranya, Chenle menghampiri bunga-bunga yang ditunjuk oleh Ayyara. Sontak saja hal itu membuat Ayyara berteriak agar Chenle menjauhi tanaman kesayangannya itu.

"Kau mau apa? Jangan dilempar. Oke, mommy minta maaf. Kau yang paling pengertian sungguh!" oceh Ayyara sedikit asal.

Chenle mengernyitkan dahinya. Lalu melanjutkan niatnya, dan mengambil satu pot berisi bunga matahari. "Aigoo~ kau cantik sekali. Bagaimana caramu tumbuh dengan cepat, hm? Apa diberi bubuk berlian? Atau serpihan batu safir? Ah atau kau meminum air suci dari gua?" ucapnya sambil menatap bunga tersebut.

"Bagaimana kalau warna kuningmu ini, aku ubah menjadi warna emas? Kau pasti akan lebih bersinar. Bagaimana?" lanjutnya mengoceh.

Ayyara hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia berpikir, Chenle itu anak siapa? Apa tertukar saat di rumah sakit? Kenapa kelakuannya sangat luar biasa?

Chenle menoleh ke arah Ayyara. "Bagaimana? Apa aku lebih menyayangi tanaman mommy ketimbang Jisung dan Jeno?" tanyanya memastikan.

"Ya Tuhan, apa salahku selama ini. Le tolong kau letakkan itu dan segera mandi." Ayyara tak ingin banyak bicara karena akan percuma. Sebab Chenle hanya meyakini apa yang ingin dia yakini.

Chenle membuat ekspresi senang, lalu berkata, "mommy mau mengajakku pergi?"

"Ya, kita akan belanja bulanan. Semua kebutuhan saudaramu sudah habis. Belum lagi krim malam mommy habis dipakai Haechan. Astaga itu anak!" sahut Ayyara.

Dreamies Familie | NCT DREAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang