[9]Know you

48 6 2
                                    

Mereka pun duduk di meja lalu memesan makanan dan setelahnya Si Penjual Rumah pun membuka percakapan.

"Jadi, maaf sebelumnya bagi kalian karena kami-"

"Jangan berminta maaf seperti itu, Pak. Kami lebih muda daripada kalian." Potong Alethea karena sungkan.

"Ah, baiklah andai saja semua anak orang kaya itu seperti kalian. Jadi, dikarenakan perusahaan saya bangkrut dan saya tidak memiliki apa-apa lagi saya memutuskan untuk menjual rumah itu." Mulai si bapak penjual rumah sambil melirik sedih ke arah istrinya yang sedang memegang tangannya.

Lalu ia pun menjelaskan tentang rumah yang akan dijual "Saya akan menerima tawaran harga paling tinggi untuk menjualnya. Rumah itu di design dengan modern style serta memiliki fasilitas yang pastinya anak-anak muda seperti kalian akan menyukainya."

"Contohnya?" Tanya Levin antusias.

"Kolam renang sekaligus mini waterfall, billiard table, perpustakaan, mini bar, mini studio, dan golf yard." Jawab si ibu ramah.

"Wah, ada perpustakaan juga?" Sahut Lexa.

Levin membulatkan mulutnya terkagum, karena seingatnya jika dilihat dari luar rumah itu tampak sedikit minimalis namun siapa sangka terdapat banyak ruang didalamnya?

Adriel tak membuka mulut daritadi karena ia hanya memperhatikan Thea yang sedaritadi menatapnya tajam.

"Dua ratus juta, DP."

"Transfer." Tiba-tiba Thea berkata lalu tersenyum kepada Ibu Penjual.

Merasa tertantang Adriel lalu menjawab "Lima ratus juta, DP. Cash." Dan menatap si Thea dengan smirk nya.

"Oke, tidak ada lagi nona? Jadi rumah itu jatuh pada-"

"Eits tidak bisa, delapan ratus juta, dibayar sekarang." Cetus Levin memanaskan suasana yang menyebabkan Thea menginjak kakinya, karena saat ini mereka hanya membawa masing-masing black card mereka yang terakhir diisi sekitar satu bulan yang lalu.

Levin mengira mereka akan menang dalam perebutan rumah itu. Namun, dengan semangat Lexa kembali mengajukan penawaran.

"Satu milyar, untuk DP! Kalau bapak tidak percaya saya akan menjemputnya ke bawah." Adriel pun langsung menjitak kepala Lexa yang menyebabkan Lexa meringis.

"Aww! sakit tau!"

"Makanya kalau ngomong pikir dulu, kutu ondel." Bisik Adriel ke telinga Lexa.

Sementara melihat perdebatan itu bapak dan ibu penjual rumah jadi dibuat bingung. Sungguh gila anak jaman sekarang, pikir mereka. Bahkan untuk DP sudah mengeluarkan sebanyak itu.

Terhening sejenak, makanan mereka pun tiba.

"Ya, sebaiknya kita pending dulu perdebatan ini karena akan lebih baik jika kita makan dulu." Ucap bapak sambil berterimakasih kepada pelayan yang telah mengantar makanan dan minuman mereka semua.

"Mari makan."

~~~

"Setelah kami memutuskan, karena ini kesalahan kami juga. Jadi kalian dari kedua belah pihak dapat mendapatkan rumah tersebut." Kata si bapak penjual rumah setelah selesai makan.

"HAH?!" Tentu saja keputusan itu membuat mereka ber-4 terkejut.

"Iya, saya tahu masing-masing dari keluarga kalian memilikinya hubungan yang baik, bukankah Pak Arthur dan Pak Bryan bersahabat? Pasti mereka memaklumi jika kalian tinggal dirumah yang sama." Tutur bapak itu yang membuat mereka mengernyitkan dahi bingung tentang hal itu.

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang