"I'm a perfectionist girl, and I
Fierce. So, what?"
-Vanesha Alethea Agatha.oOo
"Loh, tidak bisa begitu dong bu. Kan kami duluan yang mesen."
"..."
"Hah? Kokbisa gitu sih bu."
"..."
"Oke, Kita ketemuan aja bu, iya biar jelas gimana."
"..."
"Selamat siang juga."
Tut.
"Iiish! Gajelas banget sih! Masa iya bisa barengan, udah gue suka banget lagi sama eksterior rumahnya." Gerutu Alethea setelah berbicara dengan penjual rumah yang akan ia dan adiknya tempati.
"Kenapa lo?" Tanya Levin yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Itu, rumah yang bakal Kita beli! Masa udah Ada juga yang mesen samaan bareng kita!"
"Lah, kokbisa? Ibunya kok baru kasihtau?"
"Jadi katanya suaminya itu juga terima telepon dari orang yang mau beli rumah itu samaan waktu kita juga lagi nelpon si Ibu buat beli rumah itu. Nah pas itu suaminya udah langsung iyain aja sama Kaya ibu itu iyain Kita. Eh, pas mereka sama-sama kasihtau baru deh mereka bingung Mau gimana." Jelas Thea panjang lebar.
"Ooh. Jadi?" Tanya Levin.
"Ya Kita harus selesein lah minggu depan kita ketemuan sama mereka."
"Ribet banget lo. Cari rumah yang lain aja kan bisa." Usul Levin.
"Gak! Pilihan gue udah jatuh ke rumah itu! Gakada yang lain!" Bantah Thea dengan mentah.
"Serah lo ah, Batu." Lalu Levin pergi keluar dari kamar hotel yang mereka tinggali.
"Eh, kutil. Mau kemana lo?"
"Mau cari tai semut, bye!" Jawab Levin asal lalu berlari menjauhi kamar hotel menuju Lift sebelum kakak cerewetnya itu memberi ceramah singkat kepadanya.
"Bego! Adek siapa sih."
~~~
Lexa sedang santai bermain dengan ponselnya sampai Adriel datang dan mengganggu ketenangannya.
"KITA HARUS GIMANA??!!" Teriak Adriel tiba-tiba.
"Astagfirullah!"Ucap Lexa terkejut lalu memukul kepala Adriel dengan ponselnya.
"Aduh! Lexa kok lo pukul gue sih!"
"Kakak mikir dong! Emang ini tempat tongkrongan biasa kakak sama geng kakak! Seenak jidat aja teriak-teriak." Kata Lexa menjelaskan kepada kakaknya itu.
"Ya B aja Kali."
"Syuh-syuh jauh-jauh." Usir Lexa dan mengibas-ibaskan tangannya.
"Ntar dulu." Tunggu Adriel.
"Mau apa?"
"Ada yang mau gue bilang."
"Apa? Berantem?" Tebak Lexa.
"Ya enggalah gue kan anak baik-baik."
"Bullshit teros."
"Eh, languange ya tolong."
"Biarin, Lo aja biasa gitu."
"Dih songong, gue balikin ke perut mama lagi barutau rasa lo!" Lexa hanya merotasikan kedua matanya malas melihat tingkah abangnya ini. Ngaku-ngakunya garang, gentle, preman, tapi masih saja childish.
"Jadi kakak mau bilang apa?" Tanya Lexa lembut akhirnya.
"Rumah yang mau kita beli kemaren ituloh." Jawab Adriel.
"Kenapa dengan rumah itu?"
"Udah Ada yang mesen samaan kaya kita juga."
"Ooh."
"Ooh? Ya jadi GIMANA ADIKKU TERCINTAH." Geram Adriel.
"Gausah norak ya, please. Rumah ga itu doang. Rekomendasi yang lain kan juga banyak kemaren." Jawab Lexa santai.
"Ga ah! Yang paling mahal kan cuman itu doang!"
"Ininih, gue timpuk lagi ya lo kak. Belagu banget jadi orang."
"Pokoknya harus kita yang beli rumah itu. Minggu depan Kita jumpa sama yang punya dan rival kita itu, setelahnya kalau mereka gamau ngasih rumah itu buat kita liat aja gue bakal teror mereka terus, GAMAUTAU! HAHAHA!" Ucap Adriel dengan semangat yang menggebu-gebu.
"Yakan Le?" Sampai tak menyadari bahwa kawan bicaranya sedaritadi sudah tidak ada lagi di sampingnya.
"E-anjir kemana anaknya. Woy! Lele pak Ujang! Kampret ya lo! Awas aja entar!" Teriak Adriel kesal.
"Berisik banget dasar tukang rumput! Gue cari abang baru ah!" Balas Lexa tak mau kalah.
"BENERAN GUE BALIKIN KE PERUT MAMAH YA LO." Lalu Adriel pun beranjak dari duduknya dan mengejar Lexa yang sudah lari terlebih dahulu.
oOo
Voment nya ya kakak-kakak🙂🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold
Genç KurguKarena hidup tidak seindah cerita yang selalu didongengkan ibumu. Let's enjoyed!