Bagian 1•[Perjodohan]

178 26 23
                                    


"Nggak papa apaan sih masak tega banget sama aku!..."ucap Vika kesal saat Fahri yang notabenenya adalah ayah biologis nya mengatakan ia akan di jodohkan guyonan macam apa itu.

Vika sangat tidak bisa menerima kenyataan harus di jodohkan. Oh ayolah apa maksud nya ia juga kan masih SMA kenapa harus memikirkan tentang jodoh apalagi di jodohkan.

"Pa aku masih SMA, tentang jodoh aku bisa cari sendiri kalau papa takut aku gak pacaran deh yang penting jangan di jodohin"bujuk Vika dengan mata berkaca-kaca Eva yang berada di samping Vika mengelus punggung putri nya untuk memberikan kekuatan.

"Vika ini semua di kebaikan kita percaya sama papa"ucap Fahri berusaha menyakinkan putrinya ia tahu akan sulit meyakinkan putrinya.

Vika hanya berdecak malas kebaikan apa nya,"Pa aku gak bisa aku aja gak kenal dia kayak apa main di jodoh jodohin aja"ujar Vika tak bisa menutupi kekesalan nya ia tetap pada pendiriannya tak mau di jodohkan.

"Tolong Vika kali ini jangan keras kepala"ucap Fahri berusaha menahan emosi nya kenapa sangat susah meyakinkan putri nya.

"Enggak aku tetep nggak mau"ucap Vika mempertahankan keras kepalanya. Ini akan sulit ayah dan anak itu sama-sama keras kepala.

"Kamu gak mau pilih aja mau terima perjodohan ini, atau kamu hidup di jalanan HAH PILIH"Vika kaget saat di akhir kalimat Fahri papannya menggunakan nada tinggi ia tak pernah di bentak karena ia adalah putri kesayangannya.

"Mas yang sabar"peringat Eva saat Fahri menggunakan nada tinggi ia tak menyangka suaminya akan membentak Vika.

Fahri yang sudah emosi memilih pergi sebelum emosinya semakin tinggi. "Ma aku gak mau"Vika menangis dan memeluk Eva, Eva sebenarnya tak tega tapi ia bisa apa.

"Mama tahu nak andai mama bisa bantu kamu sayang nya mama gak bisa"ucap Eva dan mencium puncak kepala anak semata wayangnya.

"Ma, kenapa sih kenapa aku harus dijodohin?."tanya Vika menuntut jawaban tapi Eva malah diam saja.

Eva terlihat bingung harus menjawab apa,"Maaf sayang mama harap kamu mau ya"mendengar ucapan Eva Vika menjadi kecewa ia pun melepaskan pelukannya.

Vika pergi menuju kamar nya dan tangis nya tak bisa di tahan. Ingin rasanya ia kabur tapi mau kemana ia tak ingin egois apalagi ini semua demi orang tuanya tapi,memang ia berani kabur juga.

Ia mengacak rambut nya."Kenapa harus gini jadi serba salah kan"ucap Vika kesal dan menghapus paksa air mata nya dengan tangan.

Tapi, bagaimana dengan perasaan nya apa ia hanya harus menurut dan tak memperdulikan perasaan nya. Sungguh Vika jadi bingung sendiri ini nih gak enak nya jadi orang gak enakan.

"Sayang turun makan malam yuk"ajak Eva dan mengetuk pintu Vika menghapus air mata nya kasar.

"Iya ma bentar"jawab Vika, Eva pun pergi dari kamar Vika. Ia menatap pintu kamar Vika dengan sendu ia sangat tidak tega tapi, ia tak bisa apa-apa juga.

Eva yang sudah ada di meja makan duduk di samping Fahri suaminya. "Mas emang gak ada cara lain apa aku kasian sama Vika?."ucap Eva ia sangat tidak tega kepada putrinya.

"Aku juga gak tega tapi ini juga demi kita bersama aku juga takut kita akan hidup di jalanan dan yang paling aku takuti masa depan Vika gimana"ucap Fahri lemah ia hanya memikirkan masa depan Vika.

𝐓𝐫𝐮𝐞 𝐋𝐨𝐯𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang