Keluarga Baru (2)
Aku dan ayahku pergi menuju koperasi untuk mengambil seragam yang sudah di bayar dan membeli barang barang yang kubutuhkan di asrama, sampainya di koperasi yang berlantai dua dengan cat kuning tersebut terlihat sangat banyak santri baru yang sedang berbelanja bersama orang tuanya.
Yang paling banyak santri perempuan pasti elah, buat aku ragu masuk aja ,tapi mau nggak mau harus masuk
Ayahku langsung masuk ke dalam koperasi, aku hanya mengikutinya dari belakang.
"Mba , kalau mau ngambil seragam sekolah dimana yah?" Tanya ayah kepada kasir yang berada di samping kiri pintu masuk.
"di lantai dua pa, lewat tangga yang di sana" jawab kasir tersebut dengan sopan sambil menunjuk ke arah tangga yang terletak agak di belakang
"Makasih mba" ucap ayah
Kami langsung menuju ke atas dengan menaiki anak tangga, sampainya di atas, di sebelah kanan tangga terdapat rak besi yang di penuhi dengan seragam, kami berjalan ke belakang rak tersebut,
Disana terlihat ada empat orang yang sedang duduk di atas lantai keramik , salah satunya perempuan sedang mencari baju, mungkin dia juga salah satu orang yang kerja di koperasi pondok, dan di hadapannya ada tiga orang yang sedang mengetes pakaian, sepertinya aku mengenal mereka.
Yaps, dia Arya Deko, dia dan adiknya juga sedang mengambil seragam sekolah ditemani dengan ayahnya.
Karena sadar, ada orang yang datang mereka langsung melihat ke arah kami
"Mau ambil seragam pak?" Tanya perempuan yang baru saja selesai mencari pakaian tersebut.
"Iya mba" jawab ayah
"Tunggu dulu yah pa habis yang ini" ucapnya dengan sopan.
Kami duduk di lantai sambil menunggu Arya Deko dan adiknya selesai.
"Ini sudah yang namanya Arya Deko yah, yang sama sama aku dari berau masuk sini" bisikku pada ayahku
" Owh ini yang namanya deko" jawab ayah dengan pelan
"Dari Berau juga yah pa?" Tanya ayahku pada ayah Deko yang sedang memperhatikan kertas nota pengambilan baju
" Iya pak, bapak juga dari Berau?" Jawab ayah deko dan balik bertanya
"Iya pak, anak saya temen satu sekolah anak bapak juga dulu" jawab ayahku
"Owh, ya itu nah temenmu"ucap ayah deko sambil melihat Deko yang sedang mengetes baju tapak suci.
"Ron" ucap Deko sambil tersenyum ke arahku
Aku hanya membalas dengan senyuman.
"Baju yang ini kebesaran bah " keluh Deko yang tidak puas setelah mencoba pakaian tapak sucinya.
"Kan kamu semakin hari semakin besar bukan segitu gitu aja" ucap ayah deko
"ko....ko...." Ucapku sambil tersenyum melihat kelakuan deko
Setelah aku berkata seperti itu, aku bingung kenapa ayah deko tiba tiba langsung melihat ke arahku.
Amma, aku lupa kalo nama bapanya Deko itu Eko, beda dikit sama nama belakangnya Arya Deko pantesan waktu aku bilang gitu bapanya langsung melihat ke aku, kayaknya salah paham deh
Karena merasa malu aku nggak berani menatap ke arah ayah deko hingga mereka selesai mengambil seragam.
setelah selesai mengambil seragam, mereka langsung pamit ke asrama.
"Duluan pak" ucap ayah deko sopan dan meninggalkan kami.
Aku masih merasa bersalah sama kecerobohanku tadi, di MTs dulu memang nggak pernah ada yang memanggil Arya Deko dengan panggilan Deko selain aku ,itupun ada sebabnya.
Setelah mengambil seragam , kami langsung kembali menuju asrama.
Turun tangga lagi deh, kalo kayak gini tiap hari bakalan jadi deh otot kakiku
Sampainya di asrama, aku melihat beberapa orang yang belum ada sebelum kami ke koperasi tadi, dua orang tua dan satu remaja seperti kami, ibunya sedang menyusun pakaian di dalam lemarinya, dan ayahnya memasangkan spray nya, remaja dengan tubuh kurus tinggi dan berkacamata tersebut terus menunduk dan tak memperhatikan kami sama sekali.
Setelah beberapa menit, ayahnya telah selesai merapikan spray tempat tidurnya dan disusul dengan ibunya yang juga telah selesai merapikan pakaian di lemarinya.
"Nih saya titip anak saya, namanya Irfan Atha" ucap ayah Atha sambil melihat ke arah kami
"Kenalan dulu fan" ucap ibu Atha
"Atha" ucap Atha sambil mengajak bersalaman.
"Zahron" ucapku sambil bersalaman dengannya
"Diki" lanjut Diki setelah ku
"Cahya" lanjut Cahya setelah diki
Setelah itu ayah dan ibu Atha langsung pamit untuk pulang
"Ayah sama mama pulang yah " ucap ayah Atha sedangkan Atha masih menunduk
Ayah Atha pun keluar dari asrama dan menuju ke atas, baru saja orang tuanya pergi tiba tiba Atha terlihat meneteskan air mata dan berlari keluar.
"Mama...." Teriaknya sambil berlari terisak-isak menuju orang tuanya yang baru saja sampai di pertengahan tangga.
mungkin orang tuanya nggak ingin dia selalu jadi anak yang bergantung pada orang tuanya terus, mangkanya dia di paksa buat masuk pondok , sedih juga sih liatnya.
Bersambung.......
By Zahron Gafur Amir
_______________________________
Buat rider :
Tolong aja di comment supaya semangat gitu nulisnya ,nggak garing yekan ,terserah mau komen apa aja(up to you)*Nb : Kalau komennya banyak aku bakalan cepet updatenya
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Bucin
Literatura FaktuGimana jadinya jika ada seorang santri putra yang masuk pondok pesantren karena mengikuti seorang perempuan yang dia suka dari sekolahnya dulu. Cerita ini adalah nonfiksi bila ada nama yang sama berarti aku pakai nama aslinya dan bila yang ku cerita...