Part 24

328 19 5
                                    

Hingar bingar dan musik dari disk-jockey ternama terdengar sangat keras. Bau alkohol dan asap rokok menyeruak diruangan VVIP sebuah club elit ternama.

"Kemana aja lu sat?" Sungut Stevan saat melihat Devan yang baru saja datang.

Devan mengedikan bahunya, tatapannya jatuh pada Arga yang sedang bermain ponsel dengan wajah yang terdapat beberapa luka lebam.

"Lu tau gue ke apartemennya Nathan?" Tanya Devan.

"Tau" balas Arga singkat tatapannya masih fokus pada room chatnya dengan Agelsha.

Uhukk..uhukkk

Lucas melotot tak percaya "Lu ngapain kesana? Nikung Arga?" Tanyanya absurd.

Devan mendengus lalu mematik api pada rokoknya.

"Serius lu ngapain? Agelsha baik-baik aja kan?" Tanya Lucas mengabaikan tatapan tajam Arga padanya.

"Cas lu tau kalo Arga belum puas matahin tulang musuhnya tadi" kata Stevan dengan nada serius.

Lucas menelan ludahnya lalu menatap Arga yang sudah mengalihkan tatapannya kembali ke ponselnya.

"Just kudding dude" kekeh Lucas yang tak ditanggapi oleh mereka.

"Nathan pergi. Agelsha sendiri diapart" kata Devan membuat Arga langsung menoleh padanya.

"Kakek lu udah tau keberadaan Agelsha" lanjut Devan.

Seketika Arga langsung berdiri seraya memakai jaket kulit hitamnya.

"Diluar ada Mario" kata Devan saat Arga akan mengambil kunci motornya.

Arga menyeringai aura membunuhnya kembali terasa.

"Gue belum puas" kata Arga seraya meninggalkan ruangan VVIP itu.

"Dia gak ada niatan ngancurin club mami kan?" Tanya Stevan ragu.

"Gue liat Arga bawa handgun dijaketnya" kata Devan santai.

Lucas melotot "Cegah Arga bangsatt sebelum kakeknya ngamuk" Teriak Lucas panik.

Seketika Stevan dan Devan berdiri dari duduknya saat mendengar perkataan Lucas yang tumben berfaedah.

Mereka berlari keluar dari sana menyusul Arga yang mungkin sudah berada dilantai satu.

Mereka menahan nafas sesaat saat Arga sudah mencengkram erat leher Mario yang wajahnya sudah hampir pucat pasi. Bisa gawat jika Arga membunuh Mario.

"Arga. Agelsha nunggu lo" kata Devan mencengkram lengan Arga untuk menghentikan aksinya.

Seketika Arga melepas cengkramannya pada leher Mario. Arga mendengus menatap Mario yang pingsan lalu berjalan meninggalkan Club tersebut menuju apartemen Agelsha.

***

Agelsha menatap kosong layar tv yang menayangkan acara kartun kesukaannya, ditangannya terdapat semangkuk nutella. Pikirannya memikirkan percakapannya tadi dengan Devan. Dia sudah berjanji pada Devan agar tidak meninggalkan Arga. Agelsha ragu jika ia bisa menepati janji itu.

Agelsha menghela nafas tatapannya jatuh pada ponselnya melihat chat terakhir darinya hanya dibaca oleh Arga. Agelsha mengembungkan pipinya kesal lalu bangkit dari sofa membawa mangkuk tadi menyimpannya dipantry. Nathan pergi satu jam yang lalu ditelpon bundanya entah untuk apa.

Agelsha menatap cangkir bening ditangannya. Jika cangkir itu jatuh pecah seketika dan tak mudah menyusun kembali pecahan itu menjadi utuh sama seperti sebuah kepercayaan. Apakah Arga akan memaafkannya jika ia melanggar janji pada Devan?.

ARGA'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang