[part 3] Bimbingan

1.2K 120 1
                                    

FOLLOW DULU KARENA BEBERAPA PART AKAN DI PRIVATE
vote and comment setelah membaca

Seperti pagi-pagi setiap harinya, sehabis sholat subuh Ayanna selalu menyempatkan diri untuk menambah hafalannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti pagi-pagi setiap harinya, sehabis sholat subuh Ayanna selalu menyempatkan diri untuk menambah hafalannya. Bukan karena tekanan dari orang tuanya, tetapi Aya sendiri ingin menjadi penghafal Al-Quran untuk membanggakan kedua orang tuanya di Surga kelak. Sebenarnya itu adalah cita-citanya semenjak SMA, tetapi dirinya baru memiliki niat untuk menghafal semenjak kuliah karena sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan rohis di universitasnya.


"Zurriyata man hamalnaa ma'a nuuh, innahuu kaana 'abdan syakuuraa--"

"Dek!"

"Shadaqallahul-adzim" baru saja ingin memasuki ayat berikutnya, hafalannya terpotong karena seseorang memanggilnya agak berteriak. Mau tidak mau, terpaksa ia mengakhiri hafalannya.

"Apa ih, jangan teriak-teriak" ucapnya sebal .

"Ini di tanyain sama temen Abang"

"Apa hubungannya sama Aya?" Tanyanya heran.

"Pembimbing kamu dek"

"Hah? Apa? Siapa? Kenapa?"

"Hahaha mau ketemu orang ganteng jadi nge blank kan" ucap Salman terkikik.

Bagaimana perasaan kalian saudara-saudara? Siapa lagi pelakunya kalau bukan Salman. Iya, pagi-pagi Abangnya itu sudah membuat Aya geram. Terkadang Ayanna merasa sebal sendiri, tetapi apa boleh buat, bagaimanapun itu tetap saudaranya.

"Jam sepuluh di tungguin di cafe lestari" lanjutnya

"Oh... Laki-laki apa perempuan?" Tanya Aya kembali.

"Ya laki-laki lah, masa iya perempuan ganteng" jawab Abangnya enteng, sontak membuat Aya membulatkan matanya.

"Siapa suruh laki-laki?" Protesnya.

"Tenang, kalo dia macem-macem sama kamu bilang aja ke Abang" ucapnya kemudian berlalu pergi meninggalkan kamar adek bungsunya itu.

Brak..........

"Siapa yang naruh pintu di sini sih" Astagfirullah, minta dicuci nih bola matanya.

"Salah siapa gangguin orang lagi hafalan"

•  •  •

Ayanna telah sampai di cafe seperti yang ditunjukkan Abangnya tadi pagi.
Memakai gamis berwarna nude dan hijab syar'i nya dengan warna senada.

Ia tanpa ragu masuk ke dalam cafe bernuansa cokelat tersebut, lalu memilih duduk di kursi dekat jendela, baginya di situ tempat paling nyaman. Baru saja meletakkan totebag miliknya, ia sudah dikagetkan oleh suara handphone nya sendiri.

082xxx  calling

Ayanna begitu ragu saat melihat layar handphone miliknya menampilkan panggilan dari nomor tak dikenal. Tak heran jika zaman sekarang banyak kejadian yang tidak-tidak bisa hanya melalui sambungan telepon. Membayangkan saja membuatnya bergidik ngeri.

Dia ragu, tetapi di satu sisi ia sangat ingin mengangkat panggilan itu. Siapa tahu penting? Entah itu temannya yang baru saja mengganti nomor? Kan bisa saja.

Terlalu banyak berpikir membuat handphonenya berhenti bersuara dengan sendirinya. Entah mengapa Aya merasa lega. Ia berpikir jika itu adalah orang terdekatnya, pasti akan menghubungi kembali menggunakan pesan teks mungkin.

Baru saja ia meletakkan handphonenya, benda pipih itu kembali berdering.

082xxx  calling

Dia memanggil lagi, siapa ya? Gumamnya lagi

Ia dengan segera menepis pikiran negatifnya tadi, sejurus kemudian ia sudah menggeser tombol hijau di sana.

"Dimana?" Tanya orang di sebrang telepon mengawali pembicaraan.

"Maaf, siapa ya?"

"Saya lebih dahulu bertanya" ucapnya ketus.

"Di cafe lestari"

"Meja nomor berapa" tanya orang itu dengan ekspresi sama.

"Ti-ti-ga be-las" jawab Aya terbata-bata

-sambungan terputus

"Ih Astagfirullah... Ada ya orang kaya gitu" ucap Aya meratapi handphone miliknya dan berusaha menetralkan emosinya.

"Siapa?" Sahut seorang laki-laki berkemeja Navy lengan panjang dengan style di gulung sampai siku, tanpa izin ia menarik kursi dan langsung duduk bersebrangan dengan Aya.

"Ini tadi ada orang gak kenal nelpon saya, judes lagi orangnya" jawab Aya yang belum begitu memperhatikan sekelilingnya.

"Jangan suka ghibahin orang" kata itu langsung menusuk indera pendengaran seorang Aya. Dengan segera ia mendongakkan kepalanya.

Kedua netranya tepat tertuju kepada lelaki itu. Melihat style lelaki itu, menggambarkan lelaki idamannya kelak. Entah mengapa Ayanna sangat menyukai lelaki berkemeja lalu digulung sampai siku seperti itu. Aya menatapnya takjub, terkecuali matanya, Aya berikrar tak akan pernah menatap mata seseorang selain mahramnya.

Deheman keras lelaki di depannya membuat ia tersadar akan hal yang dilakukannya lima detik lalu.
Dengan segera ia membuang pandangannya ke arah jendela lalu beristighfar.

Kacau deh image seorang Ayanna

"Bapak siapa? Ngapain di sini? Awas aja bapak macam-macam sama saya" selidik Aya karena merasa sedikit tak nyaman. Ini memang kali pertamanya ia bersama seorang laki-laki terkecuali keluarga nya.

"Pertama, saya orang yang baru saja menghubungimu kurang dari tiga menit yang lalu. Kedua, Nama saya Muhammad Arsyad Arvian, orang yang diutus kakak kamu untuk menjadi pembimbingmu. Ketiga, apakah ada pertanyaan?" Ucapnya jelas tanpa ekspresi sekalipun.

Aya mendengar itu hanya melongo, ia mengerutuki ucapannya sendiri. Aya malu tolongggg....

Mungkin ini adalah karmanya karena tadi pagi ia berdoa agar Salman tidak jadi bertemu dengan Feby. Padahal Aya cuma bercanda, dan sekarang ia benar-benar percaya bahwa setiap ucapan pasti berbalik kepada dirinya sendiri.

Siapapun tolong bawa Aya jebur Samudera sekarang. Aya malu yarobb.....

"Saya bertanya Areesa Martha Ayanna" ucapnya penuh penekanan. Jangan pernah lupakan ekspresi temboknya.

"Eh itu, maaf pak. Sepertinya tidak ada" ucap Aya bergidik ngeri.

"Bagus!"

-

-

-

-

-

-TBC-

Jangan jadi pembaca gelap ya. Tekan vote dan komen agar aku tambah semangat updatenya :)

Yang post chapter, jangan lupa tag Instagram di bawah ya. Insyaallah di repost.

Follow Instagram :
@nadahz11_
@karyanada_

On The Way Halal (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang