[part 5] Gegara Freezer

1K 102 0
                                    

FOLLOW DULU, KARENA BEBERAPA PART AKAN DI PRIVATE
Vote and comment after reading❤

FOLLOW DULU, KARENA BEBERAPA PART AKAN DI PRIVATEVote and comment after reading❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan mengeluh, Allah tidak suka orang yang mengeluh. Jangan pernah merasa sendiri, Allah senantiasa bersamamu. Bangun, kejar mimpimu. Tidak ada orang sukses berasal dari tempat tidur.

-Areesa Martha Ayanna-


Sudah dua jam, akhirnya tugasnya selesai juga. Tugas yang amat banyak dengan deadline yang begitu singkat membuat Ayanna sebal. Baru kali ini ia mendapat tugas seperti yang Arvi berikan pada waktu itu.

Ia menghela napas lega, menutup laptopnya, lalu merenggangkan otot-ototnya yang semula terasa sangat pegal. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dengan segera ia membereskan segala alat tulisnya lalu masuk ke dalam rumah. Belum sempat melangkah, handphone miliknya sudah berdering terlebih dahulu, membuat gadis itu menghela napas panjang.

082xxxx calling

"Assalam--" Ayanna memulai dengan mengucapkan salam, tetapi ucapnya terhenti saat orang di sebrang sana mengucapkan kalimatnya terlebih dahulu.

"Besok jam sepuluh saya tunggu di taman dekat fakultas kamu, jangan lupa tugasnya dibawa"

Sambungan terputus

Baru sekali bertemu, tetapi Ayanna sudah begitu familiar dengan suara berat itu. Iya, siapa lagi kalau bukan lelaki freezer itu. Seperti biasa ia selalu mematikan sambungan telepon secara sepihak, bahkan tak ada niatan mengucap salam terlebih dahulu.

Ayanna menghela napas panjang entah ke sekian kalinya. Ia sangat jengah sekali untuk bertemu dengan pembimbingnya itu. Bukan apa-apa, hanya saja ia sangat kesal akan sikap dinginnya. Bagaimana bisa bekerja sama dengan balok es yang menjelma menjadi manusia seperti itu?

•  •  •

Minggu pagi, Ayanna sudah di sibukkan oleh kegiatannya. Mulai dari merapihkan kebun, merapihkan kamar dan rumahnya, serta mencuci bajunya sendiri. Iya, meskipun ia bisa menaruhnya di laundry, tetapi Aya tetaplah Aya, ia akan melakukanya sendiri selagi masih sanggup mengerjakannya.

Pagi ini Ayanna tak bisa bersantai ria, mengingat agendanya hari ini mengharuskannya untuk bertemu pembimbing yang dianggapnya menyebalkan itu. Mau tidak mau Ayanna harus menemuinya, toh ini juga bersangkutan dengan skripsinya nanti.

Gadis itu menghela nafas lega, akhirnya pekerjaan mingguannya selesai juga. Dengan segera ia bergegas untuk mandi lalu bersiap diri.

•  •  •

Tepat pukul sembilan lebih lima puluh menit, Ayanna sudah menempatkan diri di salah satu bangku taman fakultasnya. Memakai gamis berwarna maroon, serta hijab lebar dengan warna senada membuatnya tampak cantik. Meskipun ia hanya memakai sedikit pelembab di wajah dan juga lipbalm tipis, tetap saja tak akan merubah penampilan asli nya. Sangat cantik.

Ayanna tadi diantar oleh Salman. Katanya ada perihal yang harus diselesaikan olehnya, kebetulan jalannya searah. Aya menerimanya dengan senang hati, tak lupa kan jika dirinya tak suka mengendarai kendaraan sendiri.

Baru saja gadis itu mau mengambil handphone nya, sudah ada lelaki duduk tepat bersebrangan dengan dirinya.

"Maaf, saya terlambat" ucap lelaki berkemeja hitam itu membuat Ayanna terkejut. Ayanna bingung, ini belum tepat jam sepuluh, kenapa bisa lelaki itu mendeskripsikan dirinya terlambatt? Ah iya, dia kan disiplin.

"Ah iya, gak apa-apa pak" Ayanna merasa canggung, ia tak pernah se gugup ini.

"Kemarikan tugas kamu" ucapnya tanpa ekspresi, membuat gadis itu gelagapan menyerahkan tugasnya yang sudah diketik rapi semalam.

Five minutes pased

Keduanya diam. Lelaki itu sibuk membolak-balikan kertas demi kertas yang baru saja ia serahkan tadi.  Sedangkan Aya, tak ada yang ia lakukan sedari tadi selain meremas ujung hijabnya.

"Kenapa tidak di jilid?" Tanyanya memecah keheningan.

"Hmm... itu pak, saya pikir masih ada yang perlu direvisi, jadinya saya tidak menjilidnya terlebih dahulu" ucap Aya pada akhirnya.

"Tidak ada yang perlu direvisi. Next, saya akan kirim beberapa file ke alamat email kamu untuk tugas selanjutnya. Saya permisi,  Assalamualaikum" ucapnya sembari menaruh kembali map miliku, lalu berjalan pergi begitu saja. Jangan pernah lupakan ekspresi temboknya.

Ayanna menghela nafas panjang setelah menjawab salam dari lelaki tersebut. Ia merasa sangat kesal. Ayanna sangatlah gemar untuk bertanya, hampir setiap saat. Baru saja ia mau menanyakan serangkaian kalimat yang membuat otaknya bertanya-tanya, tetapi tidak sempat.

"Ini mah namanya gak bimbingan" gumamnya kesal.

Mau tak mau Ayanna harus bisa berusaha bersahabat dengan sikap pembimbingnya itu. Menyangkut tentang keberhasilan skripsinya  kelak, apa sih yang tidak untuk itu.

Ia membereskan semuanya ke dalam ranselnya, sebelumnya ia telah menghubungi Abangnya untuk menjemput dirinya.

•  •  •

Ayanna memasuki mobil Abangnya dengan wajah yang tak bisa diartikan.  Selama perjalanan tidak ada yang membuka suara di antara keduanya, membuat Salman heran, ada apakah dengan adiknya satu ini? Ini momen langka, sangat jarang seorang Ayanna tidak mengeluarkan argumennya saat bersama dengan Salman.

"Dek?" Tegur Salman pada akhirnya.

"Hm"

"Tumben gak ngajak ribut" ucap Salman terkekeh.

"Udah capek" balas gadis itu sekenanya, membuat Salman semakin heran.

"Kenapa sayang?" Ucap Salman lembut. Mungkin cara itu yang Aya mau, tidak ada yang bisa menebak alasan adik perempuannya itu seperti ini.

"Abang tadi jemputnya lama" ucap gadis itu seadanya.

Salman mengerutkan keningnya "kamu yang kecepetan dek, belum ada sepuluh menit, masa iya sudah selesai"

"Tanya aja sama temen Abang tuh"

"Arvi?"

"Iyalah, siapa lagi coba" ucap Aya.
Iya, memang Aya tak begitu tahu teman Abangnya itu, paling hanya seberapa saja.

Tanpa dijelaskan lagi, Salman sudah tahu persis alasan sebenarnya. Tolong di sini yang mengatakan bahwa Salman seseorang yang tidak peka, buang jauh pikiran kalian sekarang juga.

"Iya nanti Abang bilang" ucap Salman, membuat Aya membelakan matanya seketika.

"Jangan! Nanti dikira Aya ngadu lagi"

"Terus?"

"Mana saya tahu, saya kan ikan" ucapnya membuat Salman geleng-geleng kepala.

Ia menarik napas panjang "memang perempuan selalu benar" batinnya.

-

-

-

-

-

Jangan lupa vote dan komen agar aku semangat updatenya!

Follow Instagram
@nadahz11_
@karyanada_

SPONSORED :
✓Order face mist saffron, rose water, lemon water serba 15k di @zaorganicmask.id
✓Order masker organik murah di @zaorganicmask.id
✓Order hijab di @zahijab.id
✓Order desain vector art di @naddesain
✓Jasa edit video digital di @naddesain
✓Jasa edit katalog/greeting card di @naddesain

On The Way Halal (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang