[part 15] - Jatuh hati?

898 79 7
                                    

Follow before reading. Vote and comment after reading, please ❤

Satu Minggu telah berlalu setelah seorang gadis berusia dua puluh satu tahun menyerahkan sebuah proposal pada dosennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu Minggu telah berlalu setelah seorang gadis berusia dua puluh satu tahun menyerahkan sebuah proposal pada dosennya. Kini hari Jumat malam, dan besok hari Sabtu. Besok adalah hari di mana kegiatan panahan yang diselenggarakan oleh tim rohis fakultas itu di mulai.

Dibukanya mushaf Al-Quran, dibacanya surat Al-Kahf karena kebetulan ini hari Jumat dan pria yang sedang terduduk di atas sajadah itu baru sempat membacanya pada malam hari karena kesehariannya hari ini cukup padat.

"Innamaa ana basyarum mislukum yuuhaa ilayya annamaa ilaahukum ilaahuw waahid, fa mang kaana yarjuu liqaa'a rabbihii falya'mal 'amalan saalihaw wa laa yusrik bi'ibaadati rabbihii ahadaa"

Ditutupnya mushaf itu dan diletakkannya di tempat semula. Seharusnya hatinya jauh lebih tenang sekarang, tapi mengapa hati ini masih agak sedikit kacau? Tidak biasanya Arvi seperti itu. Ada sedikit rasa yang mengganjal, tapi apa? Sungguh ia tidak mengetahuinya betul.

Disapunya rambut yang masih basah karena air wudhu itu ke belakang. Ia sendiri bingung dengan perasaannya sekarang. Mengapa bayang-bayang gadis itu kembali lagi di benaknya? Ah iya, jangan lupakan senyumannya yang membuat debaran jantung tak bekerja pada normalnya. Apa ini yang dinamakan-- ah sudahlah.

Arvi melipat sarung yang biasa dikenakannya untuk shalat. Melangkahkan kaki menuju jendela kamarnya yang memang di buat sedikit lebar. Menghirup dalam-dalam udara malam kota Semarang yang tengah memasuki musim penghujan. Teringat ucapan Abinya tadi sore.

"Abi, Arvi mau tanya sesuatu"

"Ada apa, nak?"

"Kalau ada Ikhwan yang tiba-tiba deg-degan gak jelas ketika bertemu akhwat, merasa ingin selalu dekat dengannya, itu pertanda apa, Bi?" tanyanya setelah melawan kegugupan yang amat luar biasa. Mendengar itu membuat Lukman meledakkan tawanya.

"Wah, ternyata anak Abi udah mulai jantuh cinta nih"

"Jatuh cinta?" beo Arvi.

"Iya itu namanya jatuh cinta, nak" Lukman masih terkikik geli melihat putranya yang tampak kebingungan.

"Terus Arvi harus ngapain, Bi?"

"Istrikharahkan akhwat itu kepada Allah. Setelah itu, temui orang tuanya" terang Lukman membuat Arvi sedikit ketar-ketir di tempatnya. Apa? Bertemu orang tuanya? Apakah Arvi tidak salah dengar?

"Itulah cara seorang pria mencintai paling elegant, Kak. Istrikharahkan, lalu temui orang tuanya. Bukannya menggombal gak jelas, berikan harapan palsu, lalu ditinggalkan begitu saja"

On The Way Halal (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang