8. Pak Chandra.

122K 6.1K 10
                                    

Senin pagi aku sudah duduk manis di seberang meja Pak Jonathan di ruangannya yang terasa sejuk. Harum aromatherapy menguar ke seluruh ruangan, ditambah lagi dengan adanya wajah tampan yang ada di hadapanku membuatku sedikit gugup. Berkas yang menampilkan data pengajuan produksi yang aku bawa, kini bertebaran di mejanya. Dengan sabar dan telaten Beliau meneliti satu per satu.

Kemarin sekilas Anggi bercerita, dibalik keramahan Pak Jonathan, sesungguhnya dia adalah pria yang tegas kepada anak buah di divisinya. Dia tidak menyukai kecurangan apalagi pengkhianatan. Yang salah akan ditindak tegas. Tetapi di sisi yang lain, dia juga sosok pimpinan yang royal pada anak buahnya. Setiap tiga bulan sekali, dia memberikan hadiah untuk sales terbaik di antara anak buahnya. Menurutnya, itu hanyalah hadiah kecil untuk memotivasi anak buahnya supaya lebih giat lagi untuk mencapai target yang ditentukan perusahaan.

"Kamu dulu kerja dimana, Sa?" tanya Pak Jonathan tiba-tiba yang memecahkan kebisuanku.

"Di PT. Indah Makmur, Pak!" jawabku cepat.

"Kenapa resign? Bukannya enak kerja di sana ya?" Tanya Pak Jo lebih lanjut. Akhirnya secara sekilas aku menceritakan alasanku keluar dan bergabung dengan Beliau. Pak Jonathan manggut-manggut mencoba memahami ceritaku.

"Kalo di sini, di setiap hari sabtu, di setiap akhir bulan, kita selalu mengadakan meeting untuk seluruh tim sales dan marketing. Dan kamu harus ikut loh, Sa!"

"Siap Pak!"

"Dan ini, pengajuan produksi yang kamu bawa ini, hanyalah susulan saja karena sifatnya yang urgent. Tetapi untuk selanjutnya, setiap selesai meeting dan evaluasi kerja selama sebulan, kamu segera membuat pengajuan untuk rencana produksi di tiga bulan mendatang. Di sini saya yang akan tanda tangani sebelum diajukan ke bagian PPIC. Tetapi jika saya tidak berada di tempat, dan ada hal yang sifatnya urgent untuk dilakukan, kamu bisa mengajukan langsung ke Pimpinan kita, Pak Chandra!" Jelas Pak Jo pelan sambil menatapku. Wajahnya terlihat serius.

Aku mengangguk dan masih terus menatap wajahnya yang sedang menjelaskan tugas-tugasku. Apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku hindari. Aku mencoba memahami secepatnya agar tidak mengecewakan Beliau.

"Pengajuan planningnya tiga bulan sebelum produksi untuk diberikan ke divisi PPIC. Baru ketika pihak PPIC menyetujui rencana kita, kamu segera membuat pengajuan lagi untuk produksi barang di dua bulan mendatang!" jelasnya lagi. "Sampai di sini kamu paham maksud Saya, Sa?"

Aku menganggukkan kepala. "Paham pak!"

Tiba tiba pintu ruangan Pak Jonathan terbuka, spontan aku menoleh, dan di sana sudah berdiri sesosok tubuh tinggi atletis, berkemeja lengan panjang warna biru muda bermotif garis warna abu, dan mengenakan celana denim warna biru. Masalah wajah, sebelas dua belas sama Pak Jo. Tetapi yang baru datang kali ini terlihat lebih gagah dan macho.

"Hai, Jo," sapanya ramah ke Pak Jonathan, dan kemudian Beliau tersenyum menatapku. Aku yang ditatapnya pun termangu.

"Pagi juga, Pak Chandra!" Sambut Pak Jo dan dia bangkit berdiri dari duduknya. "Ini Salsa, Pak! Penggantinya Mega yang resign."

Pak Jonathan memperkenalkan diriku dengan laki-laki yang disebut Pak Chandra itu. Aku berdiri dan menyalami dengan senyum yang tersungging di bibirku. Seminggu aku bekerja, aku memang hanya mengenal namanya, tapi baru kali ini melihat orangnya secara langsung. Akhirnya mereka berdua duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Duduk di sini sekalian, Sa! Ada yang ingin aku sampaikan sama kalian!" Perintah Pak Chandra. Aku menurut dan segera mengambil duduk di sofa kecil di seberang Pak Chandra.

Beliau melontarkan keinginannya untuk mengadakan perayaan ulang tahun perusahaannya dua bulan lagi, dan hal ini untuk yang pertama kalinya. Tujuannya adalah untuk berbagi kebahagiaan kepada para karyawannya yang selama ini telah menjadi salah satu asset untuk memajukan usahanya.

Aku terpaku dan terdiam menatap raut wajahnya yang penuh semangat itu. Alangkah baiknya dia, pikirku sekilas. Gayanya memang terlihat santai, tapi juga terlihat berkelas.

"Bagaimana menurutmu, Sa?" Aku yang sedang mengagumi sosoknya sedikit kaget dengan pertanyaannya yang tiba-tiba. Tak menduga dia bakal meminta pendapatku tentang rencananya.

Pak Jo tersenyum. "Apa di tempat kerjamu yang dulu juga ada acara seperti ini, Sa?"

"Ada sih, Pak. Tapi itu diadakan di kantor pusat. Kalo saya dulu di kantor cabang, jadi acaranya hanya kecil-kecilan, sekedar makan tumpeng dan rekreasi bersama." Jawabku dengan sedikit gugup karena ditatap oleh dua orang tampan dengan aura yang berwibawa.

"Kalo di kantor pusat, biasanya diadakan lomba antar karyawan, Pak. Ya kayak tujuh belas agustusan gitu. Balap karung, makan telor, dan yang sejenisnya gitu. Cuma untuk bikin ramai dan refreshing buat mereka." Sambungku setelah aku bisa menenangkan jantungku yang berdebar. Aku menghela napas dan menatap mereka berdua.

Pak Chandra manggut-manggut berpikir. "Kita adakan seperti yang diceritakan Salsa, Jo! Sekalian kita bikin panggung hiburan buat mereka. Memberikan kesempatan juga bagi siapa saja yang mau berpartisipasi mengisi acara. Kita seleksi dulu sebelumnya, dan kita berikan mereka imbalan. Daripada mengundang artis luar, mending biayanya buat kita berikan ke pengisi acara. Gimana menurutmu, Jo?"

Aku tersenyum, menurutku ide yang bagus. Karyawan lebih semangat untuk mengeluarkan kreatifitasnya selain bekerja dan bekerja. Istilahnya dari mereka untuk mereka juga. Hampir empat ratus karyawan pabrik yang ada, aku yakin akan ada banyak artis-artis dadakan nantinya. Pasti seru!

"Saya sependapat, Pak. Tapi saya juga mengusulkan untuk diberikan penghargaan untuk karyawan teladan di masing masing divisinya. Biar ke depannya mereka jadi lebih semangat bekerja dan berprestaasi!" Jawab Pak Jo kemudian.

Pak Chandra tersenyum mengiyakan. "Nanti kita adakan meeting lagi khusus membahas masalah ini bersama dengan divisi yang lainnya, Jo. Sebelum kamu kunjungan ke luar pulau lagi minggu depan."

"Beres, Pak! Ini Saya lagi membahas masalah planning produksi sama Salsa. Seandainya saya pergi nanti, setidaknya dia sudah bisa menghandle apa yang harus dia lakukan."

"Jangan khawatir, Jo! Nanti Salsa bisa nanya ke saya juga kalo ada yang kurang paham," kata Pak Chandra. Dia bangkit dari duduknya dan menatapku lagi. "Lanjutkan saja apa yang kalian bicarakan tadi, saya keluar dulu!"

Sepeninggal Pak Chandra, Pak Jonathan mengajakku kembali ke mejanya dan menjelaskan lagi apa saja yang perlu aku ketahui dan yang harus aku kerjakan. Sebenarnya tak jauh berbeda dengan pekerjaanku yang lama. Cuma sekarang aku berhadapan langsung dengan produksinya dan dengan jangkauan pemasaran yang lebih luas.

Pak Jo sangat sabar dan telaten menjelaskan kepadaku. Aku sangat berterima kasih kepadanya. Setidaknya Boss kecilku ini orang yang mau mengerti kondisiku yang masih beradaptasi. Dan aku sendiri juga akan berusaha untuk segera memahami semuanya, sehingga bisa membantu meringankan beban Beliau dengan pencapaian target dan peningkatan omset buat perusahaan.

Revisi : 28 Maret 2021

BOSSku ternyata JODOHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang