60. Hari Bahagia.

105K 4.4K 58
                                    

Aku berjalan mondar mandir di kamarku dengan mengenakan pakaian kebaya muslimah warna putih tulang. Rambutku sudah tertutup oleh hijab yang dibentuk indah dan dihiasi dengan bunga melati yang menjuntai hingga ke dada kiriku. Make up tebal memenuhi kulit wajahku yang mulus. Hari ini telah tiba..... hari yang bersejarah sepanjang dua puluh sembilan tahun usiaku.

"Duduk diam gitu apa susahnya sih Sa?" gerutu Melisa pelan yang merasa gemas dengan sikapku yang tidak jelas. Sejak jam enam pagi tadi ke empat sahabat tercintaku sudah standby di rumah. Mereka ikut mendampingi sekaligus menyaksikan kegalauanku.

Aku menatap Melisa tanpa membalas ucapannya. Aku sedang gelisah, Mas Chandra dan rombongannya belum tiba, memang jadwal acaranya masih kurang setengah jam lagi. Tapi entahlah menunggu dirinya setengah jam seperti satu tahun saja.

Sejak Mas Chandra mengantarkan aku pulang sebelum lebaran, hingga sampai saat ini kami belum bertemu lagi secara fisik, tapi hampir setiap malam Mas Chandra tidak pernah absen untuk melakukan video call. Tidak bisa dipungkiri kalau kami memang saling merindukan.

Sejak kemarin siang Dia dan rombongannya sudah tiba di kotaku dan menginap di hotel yang tidak jauh dari rumah agar tidak terlambat datang ke acara pagi ini. Khawatir jalanan macet atau terjadi hal-hal lainnya yang sulit untuk diduga dan tidak diinginkan.

Beberapa saat kemudian terdengar suara MC menyampaikan kalo rombongan mempelai pria sudah tiba di rumahku. Aku bertambah gelisah. Duduk...berdiri...melangkah sebentar dan duduk lagi.

"Istighfar Sa...istighfar", seru Sonna yang ikutan gemas dengan sikapku. Rara, Rindang dan Melisa melotot seperti mau menerkamku. Aku akhirnya duduk lagi dan beristghfar.

Ku tarik nafasku pelan dan menghembuskannya berulangkali... hingga dadaku terasa lega. Aku menatap ke empat sahabatku satu persatu..dan tersenyum lebar ketika melihat raut wajah khawatir mereka akan sikapku.

"Sorry my sist..."

"Lama-lama kita ikutan gila Sa..." gerutu Rara menggelengkan kepala sambil mengelus perut hamilnya.

Acara akad nikahpun dimulai dengan susunan acara yang disebutkan oleh MC. Dari mulai pemberian seserahan hingga tiba saatnya acara ijab qabul. Aku mengikuti rangkaian acara tersebut dengan bibir yang tak berhenti bergumam mengucapkan sholawat berulangkali.

Hingga tiba saatnya terdengar di telingaku suara Bapak sebagai wali nikahku bergetar ketika menyerahkan dan menikahkan aku dengan Mas Chandra. Aku menunduk menunggu detik-detik selanjutnya...kamarku hening.. aku seperti berhenti bernafas...

"Saya terima nikah dan kawinnya Salsabila Rahma binti Johan Indrayanto dengan mas kawin sembilan puluh sembilan gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai", suara Mas Chandra terdengar lantang dan tegas dalam satu tarikan nafas.

"Bagaimana saksi?" terdengar suara Pak penghulu yang dijawab dengan teriakan..

"Sah...sah..", selain saksi rupanya para undangan ikut berteriak mensahkan ucapan Mas Chandra

Alhamdulillah, ucap syukurku diiringi dengan helaan nafas legaku. Statusku kini sudah berubah menjadi seorang isteri dari Chandra Adhitama. Semua tanggung jawab diriku sudah beralih dari Bapakku ke Mas Chandra.

Bibirku tersenyum ketika menatap ke empat sahabatku dengan mata yang berkaca-kaca tanpa bersuara. Dan mereka berhamburan memelukku bergantian dengan rasa haru. Sungguh mereka berempat adalah sahabat sejati yang sangat membantuku di saat aku membutuhkan kekuatan.

"Hati-hati bunga melatinya rontok Mbak!" seru perias yang berniat menjemputku untuk bergabung dengan Mas Chandra di meja akad.

Jantungku berdebar tak karuan. Aku keluar kamar diiringi oleh perias dan juga ke empat sahabatku yang berada di belakangku. Aku melihat ibuku yang menangis bahagia di samping Mbak Lena di ruang tengah. Sedangkan aku bertahan untuk tidak menangis, khawatir make up ku rusak sedangkan posisiku di depan orang banyak.

BOSSku ternyata JODOHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang