3. Pekerjaan baruku

164K 7.8K 45
                                    

Dan di sinilah akhirnya aku berada sekarang, duduk di ruangan HRD sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur. Surat lamaran yang aku sampaikan sudah di respon positif dengan diterimanya aku bekerja, dan berlaku mulai hari ini juga setelah dilakukan interview singkat beberapa saat yang lalu. Rupanya berkat referensi dari Vani aku tidak terlalu kesulitan untuk diterima bekerja di sini.

Setelah selesai mengisi biodata resmiku di form yang aku tanda tangani, Mbak Nadya, asisten Manager HRD mengantarkanku ke ruangan yang berada di lantai dua. Ruangan berdinding kaca tembus pandang yang sudah dihuni oleh tiga orang. Mbak Nadya membuka pintunya dan mengajakku masuk.

"Permisiii, maaf mau ganggu sebentar nih!" Rupanya suara ramah Mbak Nadya membuyarkan konsentrasi ketiga orang yang sedang berkutat dengan pekerjaan mereka.

Aku tersenyum ketika melihat mereka menatap diriku dengan senyum tersungging.

"Kenalin nih ya, teman baru kalian sebagai pengganti Mbak Mega. Namanya Salsabila. Saya minta tolong sama kalian buat membantu memperjelas apa saja yang biasanya dikerjakan oleh Mbak Mega. Tadi sekilas saya sudah menjelaskan garis besar tentang perusahaan ini. Saya juga sudah kasih foto copyan job description dan juga alur kerja. Tapi dalam detail pekerjaannya kan kalian yang lebih tau, jadi tolong didampingi!" kata Mbak Nadya dengan instruksinya.

"Siap Mbak!" jawab ketiganya serempak. Aku tersenyum lagi melihat kekompakan mereka.

"Saya tinggal dulu ya. Semoga Mbak Salsa betah di sini dan bisa segera beradaptasi dengan pekerjaannya!" Mbak Nadya tersenyum sambil menepuk bahuku. Aku mengucapkan terima kasih sebelum dia pergi kembali ke ruangannya.

Setelah menutup pintu, aku segera mengenalkan diriku kepada ketiga teman baruku. Anggi, Weni dan Prita. Sepertinya usia mereka masih berada di bawahku, dilihat dari wajah dan sikap mereka yang sedikit kekanakan. Mereka mempersilahkan aku untuk menempati meja yang kosong. Ada segurat rasa lega di hatiku ketika duduk di kursi kerjaku, setidaknya aku sudah mendapatkan pekerjaan sebagai staff marketing sesuai dengan pengalaman kerjaku sebelumnya.

'Semoga aku betah bekerja di sini, dan semoga mereka juga akan menjadi teman-temanku yang menyenangkan, batinku mengucap doa.

***

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, jam di tanganku sudah menunjukkan waktunya makan siang atau istirahat. Dan menurut Mbak Nadya tadi pagi, untuk staff sudah disediakan catering makan siang di pantry, tetapi Anggi dan Prita mengajakku untuk menikmati bakso yang dijual di kantin, yang menurut mereka berdua katanya enak. Sementara itu Weni tidak tergoda, dia lebih suka makan nasi cateringnya.

Lokasi kantin terletak di lantai satu di pojok dekat parkir sepeda. Kami berbaur dengan para karyawan bagian produksi yang hiruk pikuk ramai kayak di pasar. Maklum sajalah, waktu yang terbatas membuat mereka juga saling berebut untuk mendahului. Jika aku hitung secara random, jumlah mereka ratusan mengingat perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur. Berbagai menu makanan Jawa Timuran pun dijual, aku melihatnya dari tulisan yang tertera di spanduk masing-masing kios. Fasilitas seperti ini dibuat agar karyawan tidak kesulitan untuk mencari makan siang.

Sebelum ke kantin tadi aku sempat berpapasan dengan Vani. Dua tahun tidak bertemu dengannya, ternyata dia sudah menikah dan memiliki satu anak. Dan seperti dulu, di sini dia juga berada di bawah naungan divisi Accounting. Aku masih sempat juga mengucapkan terima kasih sekali lagi kepadanya, karena dia sudah mengajakku untuk bergabung di perusahaan ini.

Sambil menikmati bakso khas Malang, Anggi dan Prita saling bercerita tentang perusahaan ini kepadaku. Mulai dari ruangan yang berada di lantai satu, hingga di lantai empat.

"Kalo musholanya ada dimana?" tanyaku, karena sedari tadi aku memang belum menemukan ruangan yang bertuliskan mushola, dan membuatku penasaran untuk pertama kalinya.

"Yang untuk staf, berada di samping kiri lift tadi, Mbak! Sedangkan yang untuk bagian produksi ada di belakang sana tuh, kayak Masjid. Lumayan gede!" Jelas Prita di sela-sela dia menyuapkan bakso ke mulutnya.

"Ooo, memang yang punya pabrik orang mana sih?"

Anggi dan Prita menjelaskan kepadaku secara bergantian tentang pemilik perusahaan ini. Aku mendengarnya dengan antusias. Apalagi cara keduanya menjelaskan kepadaku juga terkesan ramah dan sopan. Padahal kami baru bertemu beberapa jam yang lalu, tetapi seakan aku sudah mengenal mereka sejak lama.

"Jadi selain di sini, masih ada dua lagi usahanya Bos Besar? Di Surabaya dan Pasuruan?" Aku mengulang apa yang diceritakan mereka.

"Iya, tapi yang di Pasuruan kan dipegang adiknya Pak Chandra. Namanya Pak Reno." Aku manggut-manggut mencoba mengingat nama-nama yang disebutkan oleh Anggi dan Prita.

"Katanya Mbak Nadya tadi, Manager Marketing kita namanya Pak Jonathan ya? Cakep gak sih?" Tanyaku iseng. Karena sebagai staf, aku harus bisa mengenal atasanku dan memahami karakter dia, agar kerjasama yang aku lakukan nantinya bisa terjalin dengan baik.

Prita dan Anggi terkekeh, masing-masing saling berpandangan dan membuatku curiga.

"Memangnya kenapa sama Pak Jonathan?" Aku menaikkan alisku dengan rasa ingin tahu, karena kedua temanku ini sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu.

"Nanti Mbak bakalan tau sendiri. Kebetulan sekarang Beliau sedang dinas luar kota," jawab Prita dengan mengulum senyum.

Aku mengedikkan bahu

"Gak masalah juga sih, cuma senyum kalian tadi membuatku jadi penasaran. Boleh lihat fotonya gak?" Aku akhirnya tersenyum maklum ketika mendapat balasan gelengan kepala dari Anggi.

Setelah aku tidak mendapat jawaban untuk memuaskan rasa ingin tahuku mengenai sosok yang bernama Pak Jonathan, akhirnya dengan cepat aku menghabiskan baksoku. Benar kata mereka, bakso Malang memang tiada duanya, rasanya enak dan membuat melek mata. Karena aku menambahkan dua sendok sambal di dalamnya. Lumayan pedas..

Revisi : 28 Maret 2021

BOSSku ternyata JODOHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang