13

780 65 5
                                    

"Mac." Dray memanggil. Mac tersentak dari lamunan tadi.

"Oh, ada apa?" tanya Mac menatap Dray.

Dray tersenyum sekilas. "Kenapa melamun? Tunggu di sini. Kau jaga anak laki-laki ini. Aku yang akan membayar taksinya."

Dray melangkah menuju taksi. Tangan Dray bergerak menuju saku celana di samping kanan. Dray mengeluarkan uang dua dolar dari dombet. Lalu Dray membayar taksi tersebut.

"Terima kasih," kata Sopir taksi itu. Dray tersenyum ramah. Menepuk bagian atas kap taksi, dan kemudian taksi itu telah pergi. Dray kembali ke tempat Mac.

"Jadi, kenapa kau datang sendirian? Anak kecil tidak harusnya keluar sendirian," ujar Dray.

"Aku bukan anak kecil," ktaanak laki-laki itu, mendengus. Mac tertawa pelan, seorang anak kecil mendengus di depan Dray.

"Kau sangat suka melihatku dipermainkan, ya, Mac?" Dray menjawab ketus.

"Omong-omong namamu siapa?" tanya Mac.

"Allen Coppier."

"Nama yang bagus, Sobat," kata Dray. Tangan Dray mengucak kepala Allen seraya tersenyum lebar.

"Bisakah kalian mengantarku segera ke rumah Orabelle Coppier? Aku punya utang yang harus kubayar kepada ...," kata terakhir Allen menggantung.

Namun Dray dapat seperti dapat membaca isi pikiran Allen. "Drayton South." Dray menjawab dengan senyum hangat. Allen mengangguk pelan.

"Terima kasih, Tuan Drayton South, aku akan cepat membayar uang taksi yang tadi." Allen nampak malu-malu mengatakan kalimat tersebut.

"Kau bisa panggil aku Dray, itu lebih akrab," ujar Dray.

"Kita belum akrab. Aku baru saja mulai bertemu dengan Tuan South dan ...," kata Allen. Beralih tatapan Allen mengarah kepada Mac. "..., maaf aku belum tahu nama Paman."

Dray terkikih. Mac mendengus. 'Setua itukah diriku?' gumam Mac dalam hati.

"Mac. Senang berkenalan denganmu Allen." Mac berkata. "Rumah Ibumu tidak jauh dari sini. Mari kuantar."

"Kau tahu rumah Ora, Mac?" Dray bertanya dengan tatapan nampak serius.

Mac mengangguk. "Dia adalah tetanggaku. Aku jelas tahu, karena kami bertetangga."

Mac sudah mengetuk sekali banyak lima kali pintu rumah Ora.

"Apa kau yakin ini rumahnya?" tanya Dray.

"Aku sangat yakin. Kalau aku bermimpi seseorang akan segera membangunkanku," kata Mac. Menyebalkan mengetuk pintu ketika tidak ada yang menjawab. Mac mendengus dan ingin menyerah. Tapi Mac mencoba lagi. Tapi hasilnya tetap sama, tidak ada yang menjawab.

Allen menarik ujung baju Mac. "Paman-paman terima kasih sudah mengantarku sampai di sini. Aku akan menunggu di sini saja. Lalu uang biaya taksi tadi akan segera kukembalikan. Aku berjanji."

Mac tersenyum. Mac seperti bercermin melihat sifat tanggungjawab Allen, mengingatkan Mac pada rasa tanggung jawab yang sama. Mac tidak ingin mempunyai utang pada siapapun, hingga Mac memilih serabutan sebagai pekerjaan untuk mencari uang sehingga bisa melunasi utang orang yang pernah memberinya bantuan.

Mac berkata lembut. "Ibumu sepertinya sedang bekerja. Bagaimana kalau kau menunggu Ibumu di rumahku?"

Di siang hari bersama matahari yang mulai terasa melelehkan mentega karena uapan panas, Allen menggeleng kepala, pipinya memerah. "Aku tidak ingin menambah utang."

Dray merapatkan gigi lalu mengacak-acak rambut di kepala Allen. "Kau masih anak kecil, jadi jangan berpikir seperti orang dewasa."

"Aku bukan anak kecil! Umurku sudah tujuh tahun." Allen menyingkirkan cepat tangan Dray di atas kepala. Pipi Allen mengembung, wajahnya cemberut.

ONCE MORE | Novella #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang