26

664 58 1
                                    

"Ora?" suara dari belakang memanggilnya. Punggung Ora menegang, kepalanya memutar ke belakang, menatap seseorang yang memanggilnya.

"Mac." Ora tersendat-sendat. Tangisnya masih ada, matanya sembab. Cepat-cepat Ora menghapus air mata yang menetes itu.

Ora bergerak cepat menyelesaikan tugas menyuci alat-alat makan.

Langkah kaki terdengar. Suara langkah kaki itu mengarah ke tempat cuci piring.

"Apa Al sudah tidur?" tanya Ora. Mac telah disampingnya. Pria itu menatap dengan kening yang bertaut.

"Ya. Kenapa dengan matamu?"

"Abu tak sengaja masuk ke mataku." Ora menjawab dengan senyum. Melewati Mac, ekspresi Ora mendatar, topeng pertahanan dirinya tidak boleh lepas. Mac adalah orang berengsek yang membuatnya memakai topeng dingin.

Mac menahan. Mencengkeram pergelangan tangan Ora. Memutar badan wanita itu menghadap ke aranya. "Apa lagi yang berusaha kau sembunyikan?"

Ora melihat wajah Mac meneras. Rahang kokoh mengatup, lalu mata pria itu mengilat marah.

"Apa? Menyembunyikan apa?" Ora bertanya balik. Tampak acuh tak acuh kepada Mac.

"Kau menangis," kata Mac. Gumpalan kemarahan di mata hijau Ora memberikan keterangan: itu bukan abu, itu hanya dalih. Mac tahu itu, mudah bagi Mac memvalidasi kebohongan Ora.

"Aku tidak menangis."

"Matamu sembab. Jangan berbohong lagi."

"Aku tidak berbohong!" sentak Ora.

Mac tertawa pedih dan menatap terluka kepada Ora. "Berapa banyak lagi kebohongan yang ingin kau sembunyikan dariku?" Mac bertanya, dengan nada suara berserak. "Di New York, toko roti, tentang Al, Dray, Mills, Justin, selanjutnya apa lagi?"

Ora menghempas tangan Mac dengan kuat. Tapi pria itu bersikukuh tak ingin melepaskan tangan Ora. Mac tetap mempertahankan cengkeram di tangan Ora.

"Mac, lepaskan. Kau membuat tanganku sakit."

Mac tertawa pelan. Bibir pria itu menyungging miring. "Kau masih bisa merasakan sakit?" tanya Mac pelan. "Aku ada di New York dan kau pun ada di sana bersama Al. Apakah kau akan terus memberikan hukuman padaku? Menyiksaku pelan-pelan, Ora? Membuat diriku menggila setelah itu kau akan tertawa puas?"

Ora terdiam.

"Aku memang berengsek, tolol. Aku telah meninggalkan kehidupan tolol yang lalu. Sekarang aku di kota ini, tapi kau masih tetap menghukum diriku."

"Aku tidak menghukummu. Ini adalah karma, Mac. Aku bahkan tidak berpikir ingin membuatmu gila. Tidak sedikit pun, Mac." Ora menghela napas pendek. "Aku akan jujur padamu, Mac. Meskipun ada Al diantara kita dan kemarin kita melakukan seks, di sini tidak ada hubungan khusus di antara kita. Aku memiliki duniaku—"

"Persetan! Hubungan khusus?!" Mac meniggikan suara, uap emosi marah pria itu tampak jelas. "Jangan membuatku semakin gila, Orabelle! Kita memiliki hubungan khusus! Aku telah jatuh cinta padamu! Bahkan kehadiran Al, salah satu alasan kau masih memiliki perasaan padaku."

ONCE MORE | Novella #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang