23

781 58 1
                                    

Harapan Mac untuk kesekian kalinya adalah Ora melihat ke arahnya, memahami maksud segala emosi yang tak bisa dijabarkan dengan mudah begitu saja. Jika saja saat itu Mac bisa menjawab yang ditanyakan oleh Ora, mungkin berdebatan itu akan tetap memanjang dan rasanya menyenangkan karena ada bonus; Mac akan lebih lama bersama Ora walau beragumentasi tentang kalkun dan berganti dengan bahan pembicaraan lain.

Mac menatap suram gelas berisi Margarita. Cairan pembakar tenggorokan itu masih terasa dan Mac tidak perduli, malam ini alkohol adalah caranya melupakan perdebatan hebat dengan Ora beberapa jam lalu. "Habis. Robert tambahkan lagi," kata Mac. Robert berdecak sembari mengelap gelas-gelas tempat tampungan alkohol.

"Bung, kau mulai mabuk. Berhentilah," kata Robet.

Mac menyentak gelasnya di depan Robert. "Kubilang tambah ya tambah!"

"Ya Tuhan. Kau orang yang susah diajak berkompromi." Robert mendesah menyerah. Kerut-kerutnya yang mulai tampak tak mudah terlipat samar dan terukir di wajahnya. "Baiklah, tapi ini yang terakhir."

"Persetan, Robet! Jangan protes. Aku tahu tubuhku," gerutu Mac tak ingin dibantah.

Robert kemudian menuangkan Margarita untuk Mac. Dan setelah itu pria tersebut meneguk dalam sekali Margarita yang membakar tenggoran setiap orang. Keasamannya tentu sedang menari-nari di lidah.

"Sebenarnya kau ini kenapa?" tanya Robert.

"Dicampakkan." Mac tersenyum pedih. "Apakah kau pernah merasakan dicampakkan seseorang? Aku merasakan bagian ini sangat sakit." Mac bertanya seraya memegang bagian letak jantungnya.

"Maaf. Aku belum pernah mengalaminya jadi tak pernah kumerasakannya. Aku hanya merasakan sakit hati yang tercabik-cabik karena wanitaku, Isteriku, dan cintaku, telah tiada, dia telah direnggut oleh waktu." Robert tersenyum dengan ekspresinya yang sangat tegar.

Mac terdiam.

"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Dan aku turut sedih atas meninggalnya Isterimu," ujar Mac dengan nada lirih menyesal.

"Kita sepertinya bisa menjadi kawan yang baik, Mac. Jadi ...," Robert mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan menyodorkan sebuah kertas tebal. "..., aku menantikanmu di sini. Kau paling cocok melampiaskan kekesalanmu pada alat-alat Gym. Ada beberapa atlet petarung kadang-kadang hadir di Gym milikku."

Mac mengernyit. "Apa kau membicarakan tentang MMA, para petarungnya?"

Robert mengangkat bahu, pandangan menyantai menatap Mac. "Kukira kau hanya tahu dunia olahraga estafet?"

Mac mengernyit lagi dan kali ini dalam. Robert tadinya terlihat hanya sebagai Bartender biasa tetapi kali ini Mac mencurigai sesuatu tentang rahasia Robert yang mungkin belum ada orang di kota ini tahu.

Senyum santai Mac menarik di antara dua sudut bibir. Pembicaraan ini akan menarik. "Kau tahu tentang aku siapa?" tanya Mac.

"Harusnya profesimu. Ya, aku tahu, Mac. Atlet yang disukai orang-orang Amerika, kau telah menghilang, tak ada lagi berita teratas tentang Mackenzie South sang Atlet emas orang Amerika. Kau seperti legenda. Sayangnya kau telah mengalami suatu kecelakaan."

Mac tidak dapat menyembunyikan kecelakaan itu. Tapi berhentinya dirinya di dunia olahraga harusnya tidak diketahui publik. Harusnya orang-orang mengetahui Mac mengambil pensiunnya di dunia lari berganti melatih atlet junior dengan alasan kebohongan: mengganti suasana baru.

ONCE MORE | Novella #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang