30

999 58 1
                                    

A/n:
Lebih indah adalah menerima kekalahan atas cinta yang memang tulus pada kita :')

_______________________

Mac berlari, lengannya menutup hidung. Asap ada di mana-mana. Elevator mati, setelah sampai di lantai 5 menggunakan tangga darurat, Mac telah sampai dengan keringat bercucuran pada badannya.

Mac membuka pintu kamar. "Allen!" teriaknya.

Sekali lagi Mac memanggil, meninggikan suaranya. "Al! Allen? Kau di mana? Allen?!"

Api di kamar membesar, tirai jendela hangus terbakar, kaca jendela telah pecah, asap keluar namun Mac yang di dalam tidak dapat menemukan Al.

Suara gonggongan Anjing terdengar di sayap kanan.

"Mars tetap di sana." Mac berkata pada Mars, seolah Mars dapat mendengar perkataannya. Mars bersembunyi di bawah meja rias. Berjalan hati-hati, sesekali Mac langit-langit kamar yang berkayu runtuh. "Ya Tuhan, sangat berbahaya."

Mac mengambil napas, membuangnya lalu menutup kembali hidungnya dengan lengan tangannya. Sampai di tempat Marsh duan tangan Mac menyulurkan ke kolong meja, memberikan tanda kepada Mars untuk keluar dari tempat itu. "Ayo ke luar, Mars, tidak apa-apa, ini aku, Mac."

Mars keluar dari tempat itu, melompat ke arah Mac. "Bagus, Sobat. Kau pintar dan aku bangga padamu," ujar Mac.

Mars telah aman bersama Mac. Namun Mac masih memikirkan Al. Mac menelitikan pandang ke sudut ruangan.

"Allen! Oh Tuhan, kau di mana, Al?" teriak Mac. "Allen?"

Mac beralih melangkah ke kamar mandi. Kosong. Al tidak ada di tempat itu. "Allen?!" Mac berteriak sekali lagi.

Guncangan seperti gempa terasa, Mac hampir jatuh. Namun lemari di sebelah kanan tiba-tiba rubuh, Mac masih dapat menahannya tetapi hal itu hanya sebentar, asap dari api mengganggu saluran pernapasan Mac. Beberapa kali Mac berbatuk dan atap di atas langit kamar datang menimpa lemari, Mac masih berusaha menahan lemari itu dengan lengan kanan.

Tapi keseimbangan Mac mulai tidak baik, kuda-kuda kakinya melemas, keringat semakin banyak keluar dari tubuhnya.

Mac menatap Mars di sisa tenaga yang menipis. "Mars, aku sudah tidak kuat lagi. Kau harus keluar dan lari sekuat mungkin,"

Hanya terdengar gonggongan dari Mars. Bagi Mac suara gonggongan itu adalah jawaban Mars menyetujuinya. Mac melempar Mars, api telah menyebar dan membesar. Mac tidak kuat lagi, seluruh tubuhnya lemas tak mampu lagi Mac untuk bertahan. Mac tidak melihat apa-apa lagi. Keruntuhan yang menindih Mac seolah tak terasa, kesadaran pria telah direngut, tangan Mac bergerak pelan dan terakhir bersama penglihatan mengabur seperti embun.

Gonggongan Anjing terus-menerus terdengar, makhluk hidup itu terus mengeluarkan suaran yang tak henti-hentinya.

Setengah jam tak sadar, dan menyerah, kehidupan memberikan kembali rasa hidup yang tidak dapat diberikan kedua kalinya.

Suara orang-orang terdengar. Dorongan kuat dari kognisi begitu kuat oleh efek suara dari orang-orang yang terdengar berteriak bercampur emosi.

Terdengar lagi, suara gonggongan Anjing.

"Tetap berbaring, Tuan. Anda telah banyak menghirup asap kebakaran. Beruntung Anjing Anda ini pintar," kata sosok pria berjubah oranye bersama helm berwarna sedana.

"Ayah!!!"

Dari sebelah sayap kanan, suara lain berteriak, suara yang sangat akrab.

"Ayah!"

"Al? Oh Tuhan, syukurlah, kau selamat." Al mendekat. Menggenggam erat tangannya.

"Mac! Oh Tuhan, terima kasih."

Wanita di belakang Al sangat terguncang, mata wanita itu membengkak bersama wajah basah oleh air mata. "Ora, kemari," ucap Mac lemah, berbaring di brankar dengan masker oksigen yang terpasang pada hidung.

Setelah Ora mendekat, tangan Mac bergerak menuju saku celana bagian kanan. Mac mengeluarkan cincin dan menyodorkannya pada Ora. "Lingkaran kepercayaan untuk menjadi kita. Orabelle, menikahlah denganku. Membangun sekali lagi cinta kita. Kisah kita."

Mac menunggu. Ora tampak ragu-ragu menerima lamaran Mac.

Ora menatap lamat-lamat kepada Mac mencari kesungguhan di mata Mac.

Mac mengerjap lemah beberapa kali dan masih sabar menunggu jawaban Ora.

"Aku sudah tidak kuat lagi," ucap Mac dengan susah payah.

"Jangan katakan yang tidak-tidak, jangan mengeluarkan kata terkutuk. Ya! Aku mau menikah denganmu, Mackenzie," jawab Ora.

Mac tersenyum lembut, senang mendengar jawaban Ora. Hati Mac terasa hidup bersama jiwa baru. []

F.I.N.

_______________________

Support me with vote or comments.
Thank you ...

Salam dan peluk hangat,
Ennve.

ONCE MORE | Novella #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang