7 | Maaf

76 33 2
                                    

"Usaha dan pembuktian yang diperlukan seorang wanita,tunda dulu janji-janji bullshitmu jika ingin serius." —Adriella Anura.

—PREUVE—

"Kenapa Na?" tanya Nura.

"Gapapa,ada urusan mendadak,btw thank yo Han,"

"Yoi,sama-sama," jawab Rehan.

"Sekalian aja yuk Na kita juga udah selesai," Ayla berdiri dan mengambil barangnya. Dan diikuti oleh yang lainnya.

—PREUVE—

Pagi ini Nura dan Riana secara kebetulan datang bersamaan dan melakukan tos kecil ala keduanya. Nura dengan roti selai strawberry ditangannya yang baru saja memasukkan botol minumnya kedalam tas dan Riana dengan hoodie hitam yang ia kaitkan di rok putih khas Rabu dan Kamis Smatusa yang sengaja ia kecilkan. Saat ini mereka menjadi sorotan kaum adam yang baru saja datang dan kaum adam yang memang berada digerbang besar Smatusa.

"Btw ada acara apa kemarin Na?" tanya Nura yang memang dari kemarin sudah penasaran dengan Riana.

"Biasa..keluarga," Nura terdiam dan tidak bertanya lebih lanjut,dia faham.

"Yaudah,siapa tau lain kali lo mau cerita gue,gue siap denger kok beb," Nura mengelus punggung sahabatnya.

"Lain kali ya beb." jawab Riana sekenanya. Dia sebenanrnya bukan tak ingin bercerita tapi Riana tidak ingin menambah beban sahabat-sahabatnya. Dia takut merepotkan orang lain.

Memang baik keduanya ataupun sahabat-sahabatnya yang lain mereka jarang bahkan tidak pernah ingin membahas masalah keluarga kecuali Rian yang masalah keluarganya sudah diketahui oleh mereka. Rian anak yatim dan sekarang hanya tinggal bersama ibu dan adik kecilnya. Ayah Rian meninggal dunia pada saat almarhum sedang melaksanakan tugas di Makassar dan pada saat itu seorang Rian kecil yang sangat ceria seketika berubah.

Memang ada beberapa hal yang akan membuat seseorang menjadi bukan dirinya sendiri yang sebagian besar disebabkan oleh kecewa dan kehilangan.

"Eh Ra,Arel tuh," Riana menunjuk seorang cowok dengan hoodie marah maroonnya dan sepatu sneakers casualnya yang sedang memarkir motor Kawasaki Ninja H2 berwarna hitamnya diparkiran Smatusa.

"Ya teruss?" tanya Nura acuh dan kembali berjalan namun dengan langkah lebih cepat. Namun,sedetik kemudian ada seseorang yang mencekal tangannya.

"Ra,maaf," suara serak dan berat khas Arel menggema telinganya.

"Maaf buat?" ucap Nura tanpa berbalik kearah lawan bicaranya.

"Maaf buat pertengkaran kecil gue sama Rehan waktu itu," sambung Arel tanpa melepas genggamannya pada tangan Nura.

"Jangan ke gue,ke Rehan," balas Nura masih dengan acuhnya.

"Maaf juga sudah lancang mencintai kamu," ucap Arel lagi.

Deg.

"Gila..gila..itu Arel yang bilang?"

"Huaaa,ada yang patah tapi bukan kayu"

PREUVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang