20 | Rumah sebenarnya

32 13 28
                                    

Now playing: Nyaman—Andmesh Kamaleng

Tempat yang tidak mengandung unsur kepalsuan adalah rumah yang benar-benar rumah.

—PREUVE—

"Eyang-eyang jangan ngomong gitu ih, Nura sayang sama eyang-eyang,gak mau kehilangan kalian."

"Nura gak sayang sama nak Rehan begitu?" pertanyaan dari eyang Era membuat Nura bungkam seketika. Kalau dijawab 'sayang' ia dia tidak enak dengan Arel dan kalau menjawab 'tidak' maka sama saya dia berbohong dengan dirinya sendiri.

"Ah sudah,sudah. Kalian ini sudah tua malah ngurus kehidupan anak muda." Nura tersenyum kearah eyang Sri. Ah! Eyang Sri memang selalu bisa diandalkan kalau Nura sedang dipojokkan eyang yang lain.

Setelah itu beberapa dari mereka kembali makan, eyang Sri dan eyang Nani mengajak Nura bercerita tentang hari-hari mereka di panti jompo ini, eyang Era izin untuk pergi mandi dan eyang Yanto,eyang Hadi dan eyang Matu ditemani oleh Arel duduk disebuah meja dan bermain catur bersama sebagai tes kelulusan agar resmi menjadi pacar Nura. Tes kelulusan katanya.

Panti jompo kasih Anura ini adalah kepemilikan Nura dan Rehan. Mereka menabung sendiri untuk membeli bangunan sederhana ini,setidaknya ada tawa yang benar-benar tawa yang bisa Nura dengar. Mereka mendapatkan lima suster yang secara sukarela mau menghabiskan waktunya untuk menjaga eyang-eyang yang ada disini. Eyang-eyang yang ada disini memiliki cerita kehidupannya yang berbeda satu sama lain.

Eyang Sri,yang dibuang oleh anaknya sendiri karena sakit-sakitan,Nura dan Rehan dulu melihatnya saat berjalan dijalanan sambil memegang dadanya yang sesak dan karena tidak tega Nura membawanya untuk check up ke dokter dan disitulah penyakit eyang Sri pertama ia ketahui,kanker paru-paru. Nura memutuskan untuk membawa eyang Sri menginap dirumahnya dan disitulah asal mula keinginan Nura ingin membuat panti jompo.

Nura sangat ingat eyang yang pertama kali menempati panti jompo ini adalah eyang Hadi. Eyang Hadi memiliki cerita yang hampir sama dengan eyang Sri tapi eyang Hadi versi lebih tangguhnya. Dia di usia mudanya dihabiskan untuk bekerja agar bisa memenuhi semua kebutuhan keluarganya tapi suatu hari dia terkena depresi yang lumayan parah juga bermasalah tenggorokan hingga tidak bisa bicara dalam waktu yang agak lama dan alhamdulillah sejauh ini sudah membaik,dia dibawa oleh supir keluarganya atas keinginannya sendiri ke panti jompo ini,pernah sekali ditanya, "eyang kenapa ingin disini?" lalu eyang Hadi menjawab, "Eyang—gak mau nyusahin keluarga eyang—karena penyakit eyang. Eyang juga—mau cari temen jadi kesini."

Ada eyang Nani,sebenarnya eyang Nani tidak dibawa oleh siapapun kesini. Dia pergi sendiri. Katanya, "eyang mau cari tempat yang tawanya benar-benar asli dan tempat dimana orang-orang mau neriman eyang apa adanya,tanpa mandang harta eyang." Eyang Nani itu penuh kejutan dan sangat bertalenta. Dia hebat dalam tarik suara juga suka menulis,sama dengan Eyang Sri yang suka menulis juga. Eyang Nani itu kalau bertemu dengan eyang Era kebiasaannya itu ribut terus,seperti tom and jerry apa saja mereka perdebatkan,tapi dari itu semua Nura tahu mereka hanya bercanda. Dan eyang Nani juga yang merupakan salah satu inspirasi untuk Nura menulis.

Nura melirik ke eyang Era yang baru saja selesai mandi. Eyang Era itu mulutnya pedas,dia sendiri yang mengakuinya. Diantara semua eyang disini eyang Era lah yang paling tua,umurnya sudah sembilan puluh enam tahun dan alhandulillah masih sehat walafiat. Dia dulu dibawa oleh menantunya ke panti jompo ini,menantunya kaget karena tahu bahwa Nura pemilik panti ini yaitu berarti anak temannya,Noura.

"Eyang Eraa! Kesini dong!" panggil Nura.

"SEBENTAAAR. EYANG LUPA BEHA MERAH EYANG ADA DIMANA!" teriaknya,membalas. Nura dapat melihat eyang Yanto,eyang Hadi dan eyang Matu melongo mendengar teriakan dari eyang Era. Nura tertawa. Kebiasaan eyang Era,beha merahnya adalah kesayangannya.

"Kamu itu Era,kalau ngomong gak dipikir dulu. Banyak laki disini,kau itu ah!" celetuk eyang Nani. Mereka semua kecuali Arel sudah sangat hafal apa kelanjutan dari itu.

"Ah! Terserahku lah,kenapa kamu yang protes. Mereka saja tidak protes." Eyang Era menyilangkan tangannya didepan dada setelah menunjuk eyang Yanto,eyang Hadi dan eyang Matu.

"Ya terserahku juga! Mau protes apa tidak."

"Yasudah,kamu itu cari masalah terus denganku Nani."

"Kamu itu! Ya biar rame!" mereka semua kemudian tertawa. Entah bagian mana yang lucu, intinya tawa mereka membuat hati Nura selalu tenang setelah mendengarnya. Gadis itu langsung flashback ke masa-masa dirinya sendiri dirumah dan ketika ada orang tua,mereka berdebat. Dan hanya memiliki Rehan sebelum ada panti jompo ini.

"KAMU ITU MAS! BISANYA HAMBURIN UANG DOANG! KAMU GAK KERJA,APA GUNAMU SEBAGAI SUAMI!" teriak Noura kala itu,tidak peduli didepannya ada gadis yang masih berusia masih tiga belas tahun.

"KAMU KIRA AKU GAK TAU APA?! KAMU EMANG KERJA TAPI SORE KAMU PERGI BERSAMA HARRY UNTUK BERPACARAN!" balas Afif dengan suara yang oktafnya lebih tinggi.

Noura saat itu langsung pergi dari rumah setelah perdebatan mereka juga Afif yang ikut pergi setelah mengambil uang segepok dibrankas Noura.

Nura memandang kepergian orang tuanya yang ditemani oleh Bi Tina yang sedang menenangkannya.

"Bi Tina jangan marah juga ya? Nura gak mau Bi Tina pergi juga." ucap gadis itu dengan lirih.

Nura saat ini bersyukur masih memiliki eyang-eyang yang sangat peduli padanya. Panti jompo ini adalah tempat kedua untuk Nura kembali tertawa yang sesungguhnya.

Nura mendapati Arel yang memandangnya sambil tersenyum, Nura membalasnya dengan senyum juga.
Nura melirik ke arah jam tangan hitam ditangannya yang menunjukan angka 17.26 ditengahnya. Waktu memang terasa sangat cepat berjalan jika bersama orang terkasihkan?

"Eyang,Nura harus balik,masih ada urusan." pamit Nura lembut.

"Yah,cepat sekali." ujar eyang Sri.

"Kan nanti balik lagi." balas Nura dengan senyuman. Dia tidak bisa menunda untuk senyum ditempat ini.

"Yasudah,kamu hati-hati. Pacarmu ini siapa tadi namanya? Eyang lupa,"

"Arel eyang." Balas Arel sopan.

"Nah iya! Nak Arel, jaga cucu eyang baik-baik awas kamu jahatin dia tak jadiin kamu sasaran tinju." ucap eyang Nani dengan jenaka. Dan yah, eyang Nani juga suka tinju semasa mudanya.

"Hahaha siap eyang,saya pasti akan selalu jagain Nura."

"Yasudah eyang,kami duluan."

Saat ini dua insan itu telah berada didalam mobil dan saat ini kesunyian didalam mobil ini belum juga pecah. Mereka saling diam.

"Panti jompo itu milik aku dan Rehan. Kami yang buat." ucap Nura,membuka pembicaraan sewaktu mobil mulai berjalan.

"Rehan?" ada rasa cemburu yang terselip didada Arel setelah mendengarnya.

"Iya. Itu sebenarnya keinginanku tapi Rehan yang wujutin."

"Ada berapa hal yang enggak aku tahu tapi Rehan tahu?" tanya Arel.

—PREUVE—

Ada pelajaran sangat berharga yang saya selipin di chapter ini,semoga faham<3

Dipublikasikan pada Minggu,7 Mei 2020.

PREUVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang