Akhirnya setelah 6 bulan lamanya, Dara dan kedua sahabatnya bisa kembali menghirup udara segar. Ujian akhir telah berlalu, ujian masuk universitas pun hanya tinggal menunggu hasil dan hasilnya hari ini maka disinilah mereka di Universitas Tunas Bangsa tidak sabar melihat pengumuman, mereka sengaja memilih universitas yang sama agar tidak susah cari teman katanya.
"Ga kerasa yah udah 4 bulan kita ga nyium-nyium bau korea." Ujar Naya sembari menatap layar ponselnya dengan foto Oh Sehun yang terpampang.
"Hooh, udah 4 bulan juga kita ga kee event dc." Ocehan asal oleh Raisa ternyata membuat Dara kembali memutar memori mengingat kejadian 4 bulan lalu di depan toilet saat dimana dia sadar akan perasaannya.
"Udah ah kita liat pengumuman dulu." Dara yang hanya berlalu menyembunyikan kerinduannya pada Dipta.
~~~
Dara dan kedua sahabatnya duduk di kantin UTB tengah bersedih mengingat hasil pengumuman yang mereka lihat beberapa menit yang lalu."Gimana dong, masa gue sendirian disini." Seru Dara tak terima namun dengan nada sedih di dalamnya. Iya, hanya dia yang diterima di UTB sedangkan kedua sahabatnya diterima di kampus yang lain.
"Ya gapapa, kita kan masih bisa ketemu di rumah lo ya ga Nay?" Raisa yang sedang mengusap bahu Dara, dia bingung kenapa Dara sangat sedih padahal yang tidak diterima di UTB kan dirinya dan Naya.
"Iya ih lo alay bat jadi cewe." Jawab Naya yang hanya mendapat tatapan sinis dari Dara.
"Lo gagerti ahh, lo berdua enak mah sekampus lah gue masa disini sendirian." Protes Dara dengan nada bicara yang dibuat-dibuat membuat kedua sahabatnya bergidik ngeri.
"Anjir Dara stop lo kek gitu, gue enek tau dengernya." Ucapan Naya membuat mata Dara membulat diikuti dengan bibirnya yang mengkerucut.
"Yaudah sih terima aja, masih syukur lo bisa keterima masih banyak tau yang pengen ngampus tapi gabisa." Tutur Raisa membuat bahu Dara semakin rendah.
"Iya deh iya, tapi kalau gue dapet sahabat baru jangan ngomel." Dara berdiri lalu menjauh dari kedua sahabatnya yang menggeleng melihat tingkah Dara yang kekanakan.
~~~~
Dara mengucek kedua matanya saat cahaya matahari menembus jendelanya membuatnya mau tak mau harus bangkit dari pulau kapuknya. Dara duduk di bibir kasur namun matanya tiba-tiba membulat ketika melihat jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 7.30.
"MAMPUSSSS!!" Dara menepuk dahinya dan berlari ke arah kamar mandi segera bersiap-siap. Namun dia tiba-tiba berbalik arah menuju poster besar diatas tempat tidurnya, lalu mengusapnya sebentar melakukan ritual nya setiap pagi.
"Pagi sayang-sayang aku, aku siap-siap ke kampus dulu yah udah telat." Dara yang menyapa poster V dkk itu kembali berlari dan berharap dirinya tidak terlambat.
Setelah mengebut di jalan dengan motornya, akhirnya Dara bisa sampai 5 menit sebelum acara penyambutan mahasiswa baru dimulai. Dara berlari menuju barisan mahasiswa baru tersebut namun terhenti karena suara yang menginterupsinya membuatnya berhenti dan berbalik.
"Heh anak baru!" Tegur lelaki yang sepertinya dia senior, dengan perawakan tinggi berkaus hitam dengan balutan almamater berwarna coklat membuatnya kelihatan manis dimata Dara apalagi dengan lubang di kedua pipinya.
Ya Allah berasa disurga, banyak banget malaikat ganteng. Batin Dara
"Heh! Di panggil malah bengong! Sini cepet!" Ucap senior tersebut dengan tangan yang dikibas-kibaskan pertanda dia ingin Dara berjalan lebih cepat.
"Kenapa kak?" Mata Dara membulat ketika sadar bahwa seniornya itu ternyata Devano Yudhistira.
Anjirr ini kan Kak Vano. Bego lo Dar! Bego anjir. Maki Dara dalam hati
"Lo tau kesalahan lo?" Tanya Vano membuat Dara otomatis menggeleng, hingga Vano menghela napas lalu menunjuk kearah kaki Dara dengan kedua matanya.
Dara mengikuti arah pandang Vano lalu tersadar bahwa daritadi dia hanya memakai sendal kuningnya dengan kepala chimmy sebagai hiasan membuatnya menatap Vano cengengesan. Melihat tingkah Dara membuat salah satu alis Vano terangkat.
"Saya buru-buru kak, makanya lupa pake sepatu." Dara menggaruk belakang lehernya dengan canggung berharap Vano bisa menerima alasannya.
"Entar deh, muka lo kok ga asing." Vano mengetuk dagunya menggunakan jari telunjuk miliknya sembari berpikir, Dara hanya menunduk dan berdoa agar Vano tak mnegingatnya sampai suara jentikan jari membuat kepalanya terangkat.
"Gue inget." Vano tersenyum miring lalu menoleh kesana kemari mencari seseorang hingga sosok yang ia cari akhirnya ketemu. Vano memberi isyarat kepada sosok itu agar mendekat karena penasaran Dara pun berbalik melihat siapa yang dipanggil oleh Vano membuat rahang Dara terjatuh tak percaya akan sosok yang dilihatnya.
Mampus, cobaan apa ini Ya Allah. Dara menepuk dahinya, entah apa yang akan terjadi kedepannya dengan mereka di kehidupan kampusnya. Sosok yang sedari tadi membuat Dara tersneyum canggung.
"Hai." Sapa sosok itu dengan senyum 5cm-nya
"Lo kenal kan?" Tanya Vano dengan tangannya yang berlabuh di bahu Dara membuat sosok tersebut mengerutkan dahi sebentar lalu tersenyum.
"Dara kan?" Tebak sosok itu sembari dua tangannya di masukkan kedalam saku celananya dengan gaya khas senior.
"Hai Kak Dipta." Dara hanya tersenyum canggung tidaktahu harus berbuat apa, dia sadar bahwa dengan kuliahnya dia di UTB akanmenjadi pertanda baik atau pertanda buruk akan perasaan yang ia tahan selama 4bulan terakhir ini.
Wah ternyata Dara sekampus sama Dipta nih, kalau kalian diposisi Dara bakal ngapain?
-caca
YOU ARE READING
DAMAI
Teen FictionDara, gadis yang hidupnya penuh dengan kehaluan kini harus menghadapi masalah yang sangat menguras kinerja otaknya. Bagaimana tidak? Dia terjebak oleh tiga lelaki yang menaruh rasa padanya dan anehnya lagi dia juga suka sama ketiga lelaki itu. "Aduh...