Kini Dara dan kedua sahabatnya sedang berada di cafe dekat UTB, namun kedua sahabat gadis itu malah merasa bingung. Pasalnya daritadi Dara terus menatap ponselnya sambil tersenyum.
"Lo liat apasih anjir." Naya menarik ponsel Dara membuat gadis itu tersentak namun karena sadar ekspresi sahabatnya berubah Dara hanya menggaruk tengkuknya cengengesan.
"Sa? Lo liat nih temen lo." Raisa menerima sodoran ponsel Dara untuk melihat apa yang mebuat Dara dari tadi tersenyum hingga akhirnya matanya membulat sempurna hingga apa yang dia minum malah disemburkan.
"Sialan lo Sa, untung aja gue ga kena." Ucap Dara datar.
"Gila, lo pc-an sama kak Dipta?!" Seru Raisa setengah berteriak.
"Ya terus?" Dara hanya meminum green tea kesukaanya, melihat respon Dara kedua sahabatnya hanya menganga.
"Apaan nih? gue lagi di cafe deket kampus nih kak". Raisa menatap Naya yang juga penasaran hingga mereka memperhatikan Dara lalu kembali membaca pesan Dara dan Dipta.
"serius? Gue deket nih, gabung boleh ga?" ucap Naya serius.
"bolehJ" sambung Raisa
"yaudah tunggu gue." Ucap Naya dan Raisa bersamaan.
"Udah kan?Sini ponsel gue." Dara menengadahkan tangannya meminta ponselnya kembali.
"Gila lo Dar, sejak kapan lo deket sama kak Dipta?" tanya Naya dengan mengembalikan ponsel Dara.
"Seminggu yang lalu hehe." Dara cengengesan membuat kedua sahabanya menggelengkan kepalanya.
"Kok bisa?"
"Halo cecann." Baru saja Dara ingin membuka mulutnya namun Vano menginterupsi mereka dengan Dipta dan Iki dibelakangnya. Baru saja Dipta ingin duduk di samping Dara namun Vano langsung mendorong Dipta lalu mencuri start membuat Dipta melemparkan tatapan tajamnya ke Vano namun lelaki itu hanya cengengesan.
"Loh ada kalian juga?" pertanyaan Naya sukses membuat Vano dan Iki mematung dengan kentang goreng yang berada beberapa senti di depan mulut mereka yang menganga.
"Oh jadi kita ga boleh gabung nih?" Vano mengembalikan kentang goreng yang hampir saja dia santap dan bersiap untuk berdiri membuat Dipta bersemangat mempersiapkan dirinya agar bisa duduk di samping Dara jika Vano sudah pergi.
"Eh eh, kalian apaan sih. Gapapa kak duduk aja lagi mereka bercanda doang kok hehe." Dara menahan lengan Vano membuat lelaki itu tersenyum senang sedangkan Dipta? Kalian pasti tahu bagaimana rasanya jika ada di posisi Dipta saat ini.
"Iya nih kak Vano gitu doang ambekan, kak Iki aja nerusin makan kentangnya." Kata Raisa.
"Siapa bilang gue ambekan? Orang sengaja kok biar ditahan sama Dara hehe." Vano menggaruk kepalanya yang tidak gatal membuat Dara dan kedua sahabatnya cengo' sedangkan Dipta, dia menyesal mengajak Vano. Anak itu hanya merusak mood-nya saja.
"Yaudah kalian pesen deh." Dipta melempar menu kearah Iki dan Vano dengan malas.
"Di talangin ga nih?" Tanya Iki yang mendapat anggukan malas dari Dipta.
"Yes makan gratis." Vano dan Iki ber-highfive ria mereka memang sering membuat Dipta merasa kesal, apalagi Dipta yang notabene nya cowok yang gasuka ngomel jadi saat mereka jahil Dipta pasti hanya memasang wajah malasnya seperti sekarang ini.
"Kalian bertiga kalau masih mau pesen, pesen aja gapapa." Akhirnya Dipta tersenyum setelah perkataannya sukses menarik perhatian Dara yang daritadi hanya berbicara dengan Vano.

YOU ARE READING
DAMAI
Novela JuvenilDara, gadis yang hidupnya penuh dengan kehaluan kini harus menghadapi masalah yang sangat menguras kinerja otaknya. Bagaimana tidak? Dia terjebak oleh tiga lelaki yang menaruh rasa padanya dan anehnya lagi dia juga suka sama ketiga lelaki itu. "Aduh...