Kini, Dipta dan Iki tengah berada dibandara untuk menjemput Wira bukan Dara dan Vano pasalnya mereka berdua baliknya besok.
Mereka berdua kini berdiri menunggu sosok sahabat yang sangat mereka rindukan-kata Iki.
Namun setengah jam berlalu orang itu belum juga memperlihatkan batang hidungnya.
"Wira mana sih." Sewot Dipta sambil meregangkan kedua kakinya, soalnya dari tadi mereka berdiri ini ide Iki karena katanya entar kalau duduk ga keliatan sama Wira.
"Yaudah gue telfon dulu kali ya?" Iki mengeluarkan hapenya lalu menscroll layar hapenya mencari kontak Wira.
Dipta mengerutkan keningnya menatap sahabatnya itu. "Dari tadi lo ga nelfon si Wira emang?" Iki yang mendapat pertanyaan dari Dipta berhenti berkutat dengan hapenya menatap pria itu tanpa ekspresi yang sulit diartikan.
"Engga." Jawabnya santai membuatnya mendapat pukulan dibelakang kepalanya membuatnya hampir terjerembab berujung menatap tajam sang pelaku.
"Anjing, harusnya lo nelfon dia kampang biar dia tau kita ngejemput." Seru Dipta menggeleng.
Sedangkan Iki? Dia baru sadar dan otomatis terkekeh. "Lupa gue."
"Halo" Sapa Wira diseberang sana yang juga didengar oleh Dipta karena Iki mengaktifkan loudspeakernya.
"Lo dimana Wir? Kita ada dibandara nih." Ucap Iki membuat Dipta menatapnya penasaran.
Terdengar tawa diseberang sana membuat Dipta merubah tatapannya menjadi tajam.
"Pantes lo gada dirumah, lo dibandara? Kenapa gabilang goblok." Mendengar itu Iki langsung lari menjauh dari Dipta yang sudah siap menempelengnya.
"Yaudah tungguin ya gue sama Dipta otw." Iki memutuskan sambungan telfonnya sambil berlari secepat mungkin menuju mobil.
"IKI ANJING LO YA." Terdengar umpatan Dipta dibelakang membuatnya tergelak.
~~
Wira yang daritadi menjadikan kopernya sebagai kursi berdiri saat sebuah mobil yang dia kenali membuat senyuman mau tak mau terlukis diwajahnya.
Dua orang dengan ekspresi berbeda kemudian turun, Iki dengan ekspresi nyengirnya dan Dipta dengan ekspresi... kesal? Membuat Wira tergelak.
"Wirrr kangennnn." Iki langsung menghambur kearah Wira membuat pria itu tergelak senang.
"Muka lo kenapa Ta?" Wira beralih kearah Dipta yang mendapat putaran bola mata menunjuk Iki dengan dagunya.
"Tuh temen lo bego bener heran gue, untunga aja dia lari tadi kalo ga udah gue tempeleng." Dipta masuk ke dalam rumahnya mempersilahkan mereka berdua masuk. Ohiya rumah ini sebenarnya milik mereka berempat, bisa dibilang markas lah. Mereka lebih sering ada disini saat ada Wira karena berhubung orang tua Wira ada di luar negeri dia jadi sering tinggal dirumah ini.
"Eh Vano mana?" Tanya Wira membuat Dipta menghela napas.
"Korea." Jawaban Dipta membuat kening Wira membentuk garis tak mengerti.
"Ngedate." Dipta melayangkan tatapan tajam saat Iki mengatakan Vano ke korea untuk ngedate yang berarti datenya sama Dara dong.
"Serius? Udah punya cewe tuh anak?" Wira merebahkan tubuhnya di sofa.
"Iya, cewenya dibagi berdua lagi sama Dipta." Sahut Iki dan lagi kepalanya ditempeleng sama Dipta hingga dia harus berpindah kesebelah Wira, jaga-jaga siapa tau dia ingin mengatakan hal tentang Dara namun menyinggung Dipta. Dia tidak mau ditempeleng lagi.
YOU ARE READING
DAMAI
Fiksi RemajaDara, gadis yang hidupnya penuh dengan kehaluan kini harus menghadapi masalah yang sangat menguras kinerja otaknya. Bagaimana tidak? Dia terjebak oleh tiga lelaki yang menaruh rasa padanya dan anehnya lagi dia juga suka sama ketiga lelaki itu. "Aduh...