Dara mulai menikmati hari-harinya di kampus, kini dia tengah berbaris menunggu antrian untuk mendaftar salah satu ukm di kampusnya. Apalagi kalau bukan ukm korean earth, salah satu ukm yang menjadi wadah bagi anak kpopers serta mahasiswa yang ingin mengenal tentang korea selatan.
Gila antriannya panjang amat. Batin Dara ternyata populasi kpopers makin banyak. Lanjutnya.
Hingga tiba gilirannya namun yang membuatnya kaget adalah panitia registrasi korean earth adalah orang yang ingin dihindarinya, Dipta dan orang itu tengah menatapnya dengan sebuah senyuman yang mampu membuatnya meleleh sekarang juga.
"Hai." Sapa Dipta dengan senyum sumringah membuat Dara melambaikan tangannya canggung.
"Ha..Halo kak." Dara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Lo mau daftar juga?" Dipta masih menatap Dara dengan senyuman yang masih terlukis di wajahnya.
"Iya kak." Dara mengisi form registrasi dengan cepat agar bisa pergi sesegera mungkin. Dia takut jika berlama-lama akan berbahaya bagi kesehatan jantung dan mentalnya, dia tidak ingin jika usahanya melupakan lelaki di depannya ini akan berakhir sia-sia.
Akhirnya. Dara berlalu namun tangannya dicegah membuatnya memaki dalam hati. Dipta menahan tangannya entah ada tujuan apa, tapi dirinya berusaha menggerakkan tangannya agar dilepas oleh Dipta namun cegahan pada tangannya malah semakin kuat.
"Jun? Gantiin gue bentar ya." Lelaki bernama Juna itu pun mengangguk membuat Dipta menatap gadis yang daritadi berusaha lepas darinya.
"Ikut gue yuk." Dipta menarik tangan Dara yang menahan diri dari tarikannya namun gadis itu tidak berdaya membuat Dipta tersenyum.
"Kemana sih kak?" Dipta menghela napas lega karena sudah tidak ada penolakan dari gadis itu.
"Ikut aja." Dipta merasa senang entah mengapa, dirinya hanya merasa penasaran dengan gadis yang kini dia seret- ralat yang mengikutinya menuju suatu tempat. Dirinya merasa gemas saat melihat Dara yang selalu gugup saat berada di dekatnya, Dara yang selalu salah tingkah saat dirinya memperlihatkan senyumannya. Dipta tidak tahu mengapa dia bisa tahu, mungkinkah Dipta memperhatikan gadis itu? Entahlah hanya saja hal itu menarik baginya.
"Loh ini dimana kak?" Dahi Dara berkerut, sesekali melihat sekeliling tempat yang gadis itu tidak kenali.
"Ini kan taman fakultas kita." Jawab Dipta membuat dahi Dara semakin berkerut.
Wait. Fakultas kita? Oh my godd, jangan bilang gue sefakultas sama kak Dipta.
"Fakultas kita?" Tanya Dara penasaran membuat alis Dipta mengangkat alisnya pertanda dia bertanya 'iya, kenapa?' namun sedetik kemudian Dipta menyadari sesuatu.
"Oh iya, lo belum tau kalau kita sefakultas? Eh seprodi juga sih." Dipta tertawa setelah jawabannya mendapat respon cengo' dari Dara, dia tidak tahu jika Dara selucu ini.
"Kok bisa?" Pertanyaan dari Dara membuat Dipta menghela napas lalu duduk di bangku taman yang ada. Dara hanya menatap Dipta yang menatapnya tanpa bisa Dara tebak apa yang ada dipikiran Dipta sekarang, Dara kesal karena Dipta tidak menjawab pertanyaannya.
"Sini" Dahi Dara kembali berkerut melihat Dipta yang menepuk bangku yang kosong tepat disamping lelaki itu membuat Dipta berdecak sebal. Dia tidak tahu apakah Dara memang sepolos itu atau gadis itu hanya gugup karena bersama dirinya.
"Ck siniii." Dipta menarik tangan Dara agar duduk disampingnya sehingga Dara sedikit terpekik.
"Gue mau nanya sama lo Dar." Ucap Dipta lirih, membuat Dara hanya mendengarkan dengan pikiran kemana-kemana menebak apa yang ingin Dipta tanyakan.
"Hari itu.." Dipta menggantung ucapannya lalu menoleh melihat Dara, namun gadis itu hanya menatap kosong kedepan membuatnya menghela napas kemudian melanjutkan ucapannya.
"Lo berniat ngehindar dari gue?" Pertanyaan itu sukses membuat Dara menoleh kearahnya membuat mata mereka bertemu, Dipta juga tidak tahu kenapa dirinya menanyakan hal ini tetapi dia tidak ingin ada yang membuatnya gelisah. Tbh, sejak hari itu dia merasa ada sesuatu yang berbeda dari gadis disampingnya ini. Dara yang awalnya sangat bersemangat saat pertama kali mereka bertemu seperti membatasi diri, hal ini sangat mengganggu Dipta apalagi saat penerimaan mahasiswa baru Dara terlihat lebih memilih berbicara dengan Vano dibanding dirinya. Bukannya lebay namun Dipta tidak suka jika ada yang mengabaikan dirinya.
"Maksud lo apa kak?" Dara sangat terkejut karena pertanyaan dari Dipta, hanya saja dia mencoba menyembunyikannya.
"Yah abis lo beda pas pertama ketemu. Lo kayak ngehindar dari gue." Mata Dara membulat sempurna, dia tidak menyangka Dipta akan menyadari jika dirinya memang berusaha menghindar agar rasa tak wajar yang dia rasakan bisa lenyap namun gadis itu merasa seakan semuanya akan sia-sia.
"Ga gitu kok." Dara mengalihkan pandangannya agar bisa menarik napas untuk menyembunyikan betapa gugupnya dia saat ini namun ternyata Dipta melihatnya.
"Gue Cuma pengen bilang, apapun yang terjadi gue mau lo gausah ngehindar. Lo easygoing aja sama gue. Gue bakal bantu kok kalau lo lagi ada kendala apalagi masalah kampus, kita kan sejurusan jadi gue pasti bantu sebisa gue. So the last, I don't accept a rejection. Ok?" Jelas Dipta dengan sebuah senyum diwajahnya, senyuman yang Dara tidak tahu apa artinya membuat gadis itu hanya diam menatap tangan yang menggantung di hadapannya.
"Oke." Setelah mempertimbangkan banyak hal Dara pun menyambut tangan Dipta dengan senyuman yang terlukis diwajahnya. Dipikir berapa kali pun Dara tidak akan bisa menolak perkataan Dipta yang terasa mengintimidasi baginya namun tetap manis kedengaran.
"Deal." Dipta tersenyum karena respon Dara,ia meregangkan tangannya lalu dengan sengaja melampirkan tangannya dibahu gadis yang juga tersenyum menatapnya.
Kira-kira caca baper ga nih sama Dipta? Kalian penasaran ga sama visualisasinya Dipta sama Dara? Kalau banyak yang penasaran nanti aku post deh visualisasinya.
-caca
YOU ARE READING
DAMAI
Fiksi RemajaDara, gadis yang hidupnya penuh dengan kehaluan kini harus menghadapi masalah yang sangat menguras kinerja otaknya. Bagaimana tidak? Dia terjebak oleh tiga lelaki yang menaruh rasa padanya dan anehnya lagi dia juga suka sama ketiga lelaki itu. "Aduh...