Semakin hari Dipta dan Dara semakin dekat, kalian mengerti kan maksudnya? Mereka jadi sering pulang bersama, makan bersama, bahkan saat ke event dance cover mereka juga bersama. Dipta seringkali menghampiri Dara yang selalu sendirian saat makan siang di kantin, tentu saja dengan kedua temannya Vano dan Iki seperti sekarang ini.
"Gue berasa jadi obat nyamuk Ya Allah." Ucap Iki membuat Dara dan Dipta yang sedang bercanda menoleh menatap Iki.
"Lo berdua jangan mesra-mesraan depan gue deh. Panas gue liatnya." Iki melanjutnya omongannya
"Apasih kak?" Kadang Dara heran dengan kelakuan seniornya ini, bagi Dara percuma mereka memiliki paras tampan tapi terlihat seperti orang idiot.
"Dar gausah pikirin, mereka pikirin gue aja hehe." Dipta cengengesan, geli sendiri dengan apa yang baru saja dia ucapkan.
"Ih lebay banget lo kak hahah." Dara tertawa dibawah lengan Dipta membuat semua orang iri melihatnya.
Brak~
Vano yang dari tadi hanya menonton tiba-tiba menggebrak meja membuat semua tatapan tertuju padanya.
"Ta, ikut gue dulu kesono." Vano berdiri setelah meneguk Coca-Cola miliknya menunjuk pintu keluar kantin dengan dagunya.
Dipta memiringkan kepalanya, mencoba memikirkan maksud Vano namun sebuah tangan terlampir di bahunya membuat dia mengangguk lalu berdiri menghampiri Vano.
"Apaan No?" Tanya Dipta kepada Vano yang sedang membelakanginya.
"Gue mau lo jauhin Dara." Jawab Vano tanpa membalikkan badannya.
Mendengar jawaban Vano membuat dahi Dipta berkerut. "Lah kenapa emang?"
"Lo gaperlu tau, yang penting lo jauhin Dara." Kini Vano membalikkan badannya menghadap Dipta, bisa Dipta sadari bahwa Vano terlihat menahan emosinya Dipta tau itu karena Vano mengepalkan tangannya dengan kuat meski ia berusaha menyembunyikannya.
"Lo harus kasih gue alasan dan kalau menurut gue alasan yang lo kasih make a sense, ok im agree. I will stay away from Dara." Dipta mengangkat sebelah alisnya untuk meyakinkan Vano agar bisa memberi alasan yang masuk akal namun Vano malah terlihat makin emosi.
"Gue gasuka lo deket sama Dara." Vano mencoba mengatur napasnya agar tidak kelepasan, disisi lain Dara dan Iki yang melihat semua itu hanya menatap mereka kosong.
"Kak? Kok Kak Vano gitu?" Dara harap dia tidak salah menanyakan ini pada Iki.
"Gue gatau, gue udah temenan sama mereka hampir tujuh tahun baru kali ini gue liat Vano semarah itu sama Dipta." Iki pun heran, sebenarnya ada masalah apa sehingga Vano menyuruh Dipta menjauhi Dara dengan alasan dia tidak suka jika Dara dan Dipta dekat. Apakah Vano menyukai Dara? Tapi menurut Iki jika itu memang alasannya Vano bukanlah Vano yang dia kenal. Karena yang Iki tau meski Vano menyukai seseorang dan tenyata temannya menyukai gadis itu maka dia tidak akan semarah ini. Dimasa lalu Vano dan Wira pernah menyukai gadis yang sama, namun saat gadis itu memilih Wira, Vano malah baik-baik saja tidak dendam,sakit hati atau apapun yang akan membuat pertemanan mereka hancur.
"Kenapa?" Dipta mulai merasa emosi karena Vano yang hanya menatapnya remeh.
"Ya gue gasuka." Vano tersenyum miring membuat Dipta mengerutkan dahinya.
"Lo suka sama Dara?" Pertanyaan Dipta sukses membuat Iki dan Dara yang menguping dari jauh lebih mempertajam pendengaran mereka.
"Emang itu penting? Lo temen gue kan? Selama ini gue selalu bantuin lo dalam hal apapun, gue minta yang sepele aja lo banyak nanya?" Vano masih dengan sneyum miringnya membuat Dipta meraih kerah bajunya.
YOU ARE READING
DAMAI
Novela JuvenilDara, gadis yang hidupnya penuh dengan kehaluan kini harus menghadapi masalah yang sangat menguras kinerja otaknya. Bagaimana tidak? Dia terjebak oleh tiga lelaki yang menaruh rasa padanya dan anehnya lagi dia juga suka sama ketiga lelaki itu. "Aduh...