2021/06/20
Minggu 22.00
Lalice Bae memang sudah sangat sering melihat Adiknya menulis ucapan-ucapan manis yang selalu dibagikannya pada beberapa orang yang dia temui. Awalnya dia merasa biasa-biasa saja atas semua itu, namun malam ini dia justru merasa sangat emosi saat melihat Adiknya mulai menulis lagi.Segera dia melempar gelas wine nya, lalu menjerit, "Sial berhentilah! Apa kau tidak punya kegiatan lain selain ini?!"
Adiknya terdiam di sana, menatapnya sambil tersenyum manis, mencoba-coba agar tetap tenang walaupun sudah gemetaran.
"Ya?"
"Ya? Hah? Kau ini, wanita menyebalkan sepertimu selain menulis ucapan-ucapan manis seperti ini apa lagi?!" jerit Lalice lagi menggeram sambil menarik rambut Adiknya, dia benar-benar emosi setelah melihat senyum manis yang selalu berhasil mencuri perhatian semua orang itu.
"Hentikan senyum palsumu itu! Hentikan! Hentikan!"
"Kau pikir apa gunanya semua ini? Kau mau merubah dunia lewat menulis ucapan-ucapan seperti ini?! Kau ingin terlihat mulia lewat cara seperti ini?! Kau ingin dilihat seperti malaikat atas tulisan manismu yang menyebalkan?!" tanya nya lagi sambil menjerit, namun setelahnya dia meremas lengannya, melepas tarikan pada rambut adiknya.
Roséanne Bae - Adiknya, yang mempunyai rasa cemas berlebihan terhadap suara-suara tinggi hanya bisa terdiam dan bergetar di lantai, tatapan lurus dari mata indah yang dalam seperti lautan itu mulai terpejam saat jeritan beberapa menit tadi mulai terdengar lebih jelas di telinganya.
Tubuhnya perlahan lunglai, membuat beberapa buah puntungan pensil yang digenggamnya merosot perlahan.
"Maaf, tolong jangan lagi." Dia gemetaran dalam suara permintaan itu. Namun sayangnya emosi wanita yang lebih dulu lahir itu masih belum selesai.
"Apa untungnya semua tulisan ini, sialan?! Kenapa setiap saat tangan sialanmu itu terus saja menulis?!" jerit Alice frustasi, wanita yang punya arti nama suci itu benar-benar masih emosi.
Walau tau seperti itu pun, si pemilik mata indah tadi masih saja tetap diam di tempatnya, wanita malang nan manis itu sengaja diam lewat caranya yang seperti ini. Perasaannya selalu tercampur-campur di dalam diamnya, terlebih saat pertanyaan-pertanyaan yang sama terus terputar di pikirannya.
'Apa lagi semua ini?!'
'Kau menulis lagi? Apa gunanya menulis?'
'Kau tau artinya?! Kau tau arti semua ini?!'
Roséanne Bae yang saat ini benar-benar terlihat seperti ikan yang sudah lama tinggal di tempatnya ; namun secara tiba-tiba lupa di mana tempatnya sendiri. Dia benar-benar lupa caranya membela dirinya selama ini seperti apa.
"KAU TULI YA SIALAN?!" Alice menjerit lagi, Rosé yang masih berusaha menutup telinganya terus menangis tanpa suara.
"Ya!"
BRAK!
Rosé menjerit saat alat-alat tulisnya mulai dilempar, air matanya mulai mengalir seperti air terjun. Deras, tanpa peraturan.
"Kau tuli?!" Wanita itu menggeram lagi saat Rosé mulai mau menatapnya.
"Aih si sialan ini. Kau benar-benar selemah itu ya? Ya, itu sih sudah jelas. Kau dari dulu selalu menangis lalu berharap dilindungi dari berbagai arah sih," sindir Alice tersenyum manis seraya memijit pelipisnya pelan, sama persis seperti yang dia buat di hari sebelum-sebelumnya. Dia selalu saja tersenyum setelah melihat Rosé menangis gemetaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM TAE❜
Fanfiction[M] Karena malam itu, semuanya jadi seperti ini. ©31 DES 2019