08/12/2022
Kamis 22.10‘Aku ingin lebih, kumohon ....’
Rosé kembali tertunduk malu, dia masih mengingat permintaan gilanya tadi malam. Dia bahkan sampai merasa gugup berada di dekat Tae Hyung saat ini.
"Kemarikan tangan mu, jangan menunduk terus," papar Tae Hyung tiba-tiba sambil menggenggam tangan mungil itu erat seolah tau apa alasan wanita terkasihnya itu menunduk.
Rosé yang diperlakukan lembut seperti itu justru tambah malu dibuatnya, rasanya seperti sudah benar-benar jatuh ke dalam pesona Tae Hyung, hingga berani meminta melakukan hal lebih. Walaupun permintaan itu disetujui oleh Tae Hyung, namun tetap saja Rosé masih merasa malu.
Dan sampai saat ini pun permasalahan rasa malu nya masih belum usai, namun dia tetap harus berusaha tenang sebab saat ini masalah baru melanda dirinya. Ya, saat ini Tae Hyung sedang membawanya menemui Ayah Ibu pria itu untuk bicara soal pernikahan mereka berdua.
"Queen, kenapa kau terus diam?" tanya Tae Hyung untuk yang ketiga kalinya.
"Ah ... tidak ... itu, aku hanya gugup!"
"Benarkah?" tanya Tae Hyung yang terlihat masih belum percaya.
"Ya, tentu saja ...."
"Ah, baiklah. Jangan terlalu gugup, Ayahku pasti mengurus pernikahan ini secara baik," papar Tae Hyung sambil mengecup dahi Rosé lembut.
Wanita yang pipi nya sedikit merona itu tersenyum malu. Pipinya tambah merona setelah Tae Hyung mengecupnya lembut, sambil berusaha tenang dia menyenderkan kepalanya di bahu Tae Hyung ; sekaligus menunggu pintu lift terbuka.
"Bagaimana jika pernikahan ini tidak disetujui?" tanya Rosé tiba-tiba putus asa.
Tae Hyung yang mendengarkan keluh kesah wanitanya itu menarik nafas sebelum berusaha meyakinkan kembali.
"Tidak, ini bukan kontrak kerja yang wajib mendapatkan persetujuan terlebih dulu olehnya. Kau adalah milikku, jika Ayahku menerimamu itu adalah hal bagus, jika tidak kita tetap menikah. Aku ingin mengenalkan mu, bukan ingin mendapatkan persetujuan nya," ujar Tae Hyung menyakinkan wanitanya itu tulus setulus-tulusnya.
Setelah pintu lift mulai terbuka, ke-dua nya mulai keluar lalu kembali berjalan beriringan. Kemudian berhenti tepat di pintu ruangan yang berbeda dari ruangan yang lainnya.
"Ini dia, ruangan Ayahku. Kau tunggu di sini, ya? Kita jadikan momen ini sebuah kejutan kecil buatnya. Tunggu aba-aba ku ya," ucap Tae Hyung sambil tersenyum.
Rosé yang merasa senang ikut tersenyum.
"Tunggulah di balik pintu ini."
Setelah mengecup wanitanya lembut, pria itu mulai masuk ke dalam ruangan sambil tersenyum manis. Namun bukannya tambah tersenyum setelah berada di dalam, pria itu justru dibuat terkejut karena melihat Lalice berada di dekat Ibunya yang berada di dalam ruangan ini juga.
"Tae Hyung?!"
"Ibu?! Lalice?!"
Tidak merasa aneh karena ke duanya saling terkejut karena kehadiran satu sama lain. Nyonya serta Tuan Kim lantas tersenyum bahagia, sebab merasa kedatangan Tae Hyung di saat seperti ini adalah hal yang paling tepat.
"Tae Hyung, Ibu bahagia sekali karena kau datang di saat yang tepat seperti ini. Ngomong-ngomong kalian sudah saling mengenal sebelumnya?" tanya nyonya Kim bahagia.
Tae Hyung memasang wajah kesalnya.
"Kenapa wanita jalang ini berada di sini?!" tanya Tae Hyung kesal.
"Tae Hyung, jaga ucapanmu! Jangan berkata seperti itu di depan calon istrimu!" bentak Nyonya Kim ikut kesal. Wanita paruh baya itu benar-benar tidak percaya putranya bakal berucap seperti itu.
"Dijaga apa nya? Aku berkata jujur, dia memang seperti itu!
Prang!
Semua tatapan tertuju ke arah Tuan Kim, pria paruh baya yang masih terlihat gagah dalam usia nya yang sudah tua itu terlihat sangat tampan walaupun menyimpan banyak kekesalan dalam tatapan nya.
Walaupun sudah tau sang Ayah dalam keadaan naik pitam, Tae Hyung tetap saja berada dalam posisi tegasnya tanpa menunduk sedikitpun.
"Jaga omonganmu, brengsek! Sejak kapan kau kuajarkan menjadi tidak sopan kepada wanita?!" Berang Tuan Kim.
"Apa Ayah ku pernah berusaha mengajariku lewat dirinya sendiri? Tidak kan? Ayah hanya memberikanku guru. Lantas mengapa Ayah harus sekesal ini jika aku begitu lancang?" tampik Tae Hyung santai.
"Sialan!"
"Aku yang lebih pantas berteriak seperti itu. Ayah hanya orang yang selalu mengatur hidupku. Sudah terbukti sampai saat ini kan? Apa yang dia lakukan sampai lolos menjadi calon istriku? Apa Ayah harus selalu melakukan permainan seperti di kerajaan kuno agar hidupku mulus seperti raja?" cerca Tae Hyung.
"Taeee, jangan berlebihan. Ayah kan memilihkan calon istrimu sebaik-baiknya. Ibu juga setuju saat—"
"Ibu mengapa masih sama saja? Kenapa Ibu selalu berada di pihak-nya? Ibu tak pernah berada di pihak ku barang sekalipun. Harus sampai kapan hidupku diatur? Memangnya apa kesalahanku sampai harus menikah dengan jalang ini? Memangnya Ibu sudah lama mengenal wanita ini? Tidak kan?" hardik Tae Hyung membantah.
Plak!
Satu tamparan melayang tanpa meleset tepat di pipi pria tampan yang menjadi pewaris satu-satunya Tuan Kim itu. Dengan berat hati Tuan Kim menampar buah hati tunggal nya itu, pria parah baya itu benar-benar tersulut emosi oleh tingkah lakunya yang arogan. Namun bukannya merasa kesakitan setelah ditampar, Tae Hyung tetap saja menjadi Tae Hyung.
"Apa pantas kau berbicara seperti itu kepada wanita yang telah melahirkanmu?!" tanya Tuan Kim dengan nada penuh penekanan.
"Aku tidak mau melakukannya. Aku punya hidup kali ini, punya pilihan juga untuk kali ini. Aku punya wanita yang membuatku ingin berumah tangga. Aku punya wanita yang membuatku ingin tetap hidup. Aku punya wanita yang membuatku tersenyum. Dan wanita itu bukan dia." Tegas Tae Hyung lalu berjalan keluar, dia ingin menemui Roséanne nya, mencium wanitanya itu lembut lalu menikahinya secara megah-megahan. Dia ingin memperlihatkan kepada semua orang bahwa wanita itu benar-benar berpengaruh besar dalam kehidupannya yang tidak berwarna sebelumnya.
Tetapi, langkahnya berhenti saat Ayahnya kembali membuka suara, "Kau ingin hidup bersama wanita yang kau bawa kemari kan? Ayolah Kim, jangan berusaha mendekati wanita yang masih mencintai kekasihnya. Kau mengambilnya tanpa membiarkannya menyelesaikan hubungannya terlebih dulu."
Seolah mengerti maksud hal itu, Tae Hyung segera berlari keluar hanya ingin memastikan Roséanne masih berdiri di sana. Tetapi sayangnya semuanya sesuai seperti apa yang berada di kepalanya, Rosé hilang di sana, tak lagi terlihat. Namun pria itu masih percaya bahwa Rosé bukan wanita yang bakal mengkhianatinya sedikitpun.
"Dimana dia?!"
"Tae Hyung ...," panggil Lalice lembut, wanita itu coba-coba merayu sekaligus ingin agar pria impiannya itu tetap tenang agar lebih cepat jatuh ke dalam pelukannya.
"Diam brengsek! Jangan berusaha mengambil kesempatan!" bentak Tae Hyung.
Lalice yang terkejut karenanya kembali bersembunyi di belakang punggung Nyonya Kim, memeluk salah satu lengan wanita paruh baya itu kuat-kuat.
"Jangan terlalu bodoh Kim Tae Hyung, bukankah Ayah katakan dia sudah kabur bersama kekasihnya?"
"Aku pastikan terus mencarinya!" kekeh pria tampan yang terlihat panik di sana, Tuan Kim yang sudah tidak tau lagi harus berbuat seperti lagi mengajari pewaris satu-satunya agar lebih menurut itu mengepalkan tangannya, darah dagingnya itu benar-benar keras kepala sepertinya.
"Kalau saja dirimu tetap ingin pergi mencarinya, maka akan kubuat kau melihat sisa tubuhnya saja!" Ancam Tuan Kim, kaki Tae Hyung yang semula kokoh perlahan mulai terasa lemas seperti tak bertulang.
💟
KAMU SEDANG MEMBACA
OM TAE❜
Fanfiction[M] Karena malam itu, semuanya jadi seperti ini. ©31 DES 2019