2021/08/17
Selasa 10.13"Kau. Hentikan tangisanmu secepatnya," ucap Tae Hyung lalu pergi meninggalkan ruangannya sambil mengambil nafas panjang. Sejujurnya, pria itu tidak benar-benar ingin pergi, dia hanya berusaha terlihat seolah benar-benar ingin agar tangisan wanita itu bisa berhenti jika dirinya tidak di sana beberapa menit.
"Kau serius meninggalkan yang satu ini?"
Tae Hyung menatap mata wanita dihadapannya tajam, pertanyaan secara tiba-tiba yang dia dapat setelah menutup pintu itu terasa sangat mengganggu. Dia ingin sendiri di depan ruangannya tanpa melihat wanita menyebalkan terlebih dulu.
"Kau selalu menatap seperti itu," gerutu si wanita lalu menarik telinga Tae Hyung perlahan.
"Ini berlebihan, terlalu berlebihan. Ayolah tuan Kim, mulailah berhenti meninggalkan wanita-wanita yang sudah bercinta denganmu," bisik wanita itu lalu pergi tanpa menoleh lagi.
Pewaris tampan yang tinggalkan itu merosot terduduk didepan pintu, dirinya yang merasa bersalah gemetaran di lorong yang sunyi ini. Selama ini dia sudah berusaha tidak melakukan bersama wanita yang sama lebih dari yang sudah dia janjikan, namun wanita yang dia temui malam ini benar-benar berhasil membuatnya gila.
Hal yang menjadi alasan wanita itu ingin pulang terus memanasi dadanya, semua ucapan itu terasa seperti lelehan lilin panas yang tanpa sengaja terus mengalir di satu titik tertentu.
Kehidupan sempurna, pasangan, semua yang menjadi alasan wanita itu ingin pulang sama sekali tidak pernah dia miliki selama ini, rasa iri itu mencuat. Dia juga ingin memiliki alasan pulang yang seperti itu, dia ingin hidup dengan wanita yang memiliki semua itu, dia ingin wanita itu jadi miliknya, dia ingin membuat hubungan dengan wanita itu.
Dia ingin tau seperti apa rasanya pulang setelah melihat orang yang menjadi alasannya pulang. Tae Hyung tidak ingin pulang setelah diancam, tidak ingin pulang saat semua orang perlu menangis dulu agar dia pulang, dia benar-benar tidak ingin pulang dengan cara seperti itu.
"Kau benar-benar berbeda ternyata."
Kim Tae Hyung menangis, pria itu, dia menangis mengingat seperti apa balasan wanita itu saat dia bertanya apa dia wanita yang sama dengan wanita semalam atau tidak.
Harusnya dia tau lebih dulu bahwa wanita itu tidak wanita yang sama, harusnya dia bisa melihat perbedaan gaya bicara dan penampilannya terlebih dulu. Dia benar-benar menyesal, dirinya yang mulai lelah tidak mau berlama-lama meninggalkan wanita yang memiliki seluruh rasa bahagia itu, dia tidak mau meninggalkan alasannya ingin bahagia di dalam sana sendirian.
Tidak mau.
"Ini sudah terlalu lama, jangan meninggalkannya terlalu lama," gumamnya lalu buru-buru berdiri, meninggalkan pintu. Kembali masuk untuk melihat wanitanya, namun yang pertama dia lihat justru jendela yang sudah terbuka lebar-lebar.
***
Wanita itu berlari tanpa tau sudah berapa lama dan dimana dia berada saat ini. Jari jemarinya terlihat menyatu, wanita itu sedang berdo'a pada yang dia percayai. Meminta ampunan juga meminta pertolongan.
"Ya Tuhan, tolonglah. Bantu agar semua ini cepat selesai, tolong bawa hambamu ini pulang dengan selamat ...." Permintaan yang diminta sambil menangis itu terdengar begitu sendu, caranya berlari tertatih-tatih melewati jalanan sunyi terlihat sangat menyedihkan. Wanita itu benar-benar cemas, dia tidak mau pria yang meninggalkannya melihatnya lagi walaupun saat ini dia sudah sangat jauh meninggalkan tempat tersebut.
"Kumohon tahanlah, jangan berhenti di sini." Dia meminta dirinya sendiri agar masih bisa bertahan, namun rasa nyeri di miliknya sudah tidak dapat tertahan lebih lama. Tubuh ramping itu bergetar hebat, beberapa saat setelahnya dia mulai terbaring secara tiba-tiba di trotoar, di bawah teriknya sinar pusat tata surya yang menyengat.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM TAE❜
Fanfiction[M] Karena malam itu, semuanya jadi seperti ini. ©31 DES 2019