Chapter 1

229 20 3
                                    

Happy Reading Guys

Di malam yang sunyi, langit begitu cerah, rembulan bersinar terang. Namun tidak dengan diriku, hatiku sangat sedih meratapi nasibku yang begitu payah dalam pelajaran matematika. Bahkan akupun tak habis pikir dengan pelajaran satu ini.

Siang tadi aku mengikuti ulangan matematika. Semuanya mendapatkan nilai sempurna. Tapi aku...

Jangankan nilai sempurna, nilai baik saja susah. Aku hanya mendapat nilai tepat di kkm. Payah sekali diriku. Aku memang begitu bodoh dalam hal matematika. Aku menangis sesenggukan di taman ujung komplek, meratapi kebodohan yang aku punya. Aku memang cengeng.

"Hai!" Seorang lelaki datang menghampiriku, tersenyum teduh dan memberikan sapu tangannya.

Aku mengambilnya dengan ragu, dan cepat-cepat menghapus air mataku.

Anak lelaki itu, duduk di sampingku. Memandang lurus ke depan. Hening sejenak.

"Kenalin, Arga!" Anak itu menjulurkan tangannya.

"N-Nesya." Kusalami tangannya, dan mengenalkan diriku.

"Em ... btw kenapa nangis?" Dia mulai mengajakku bicara.

"Nilai ulangan pertamaku hancur, padahal semua temanku mendapat nilai sempurna. Aku payah!" ku jawab pertanyaannya dengan lirih.

"Benarkah? Lalu dimana kamu sekolah?" tanya Arga.

"Aku sekolah di SMA Narayana (bayangin aja ada!), kelas 11 B."

"Jadi kamu adalah adik kelas aku dong, Aku ketua OSIS di sekolah, kelas 12," Arga terlihat tersenyum.

"Manggil kakak boleh nggak?" tanya ku ragu.

"Boleh."

"Oke, Kak Arga."

"Kalau kamu mau, aku bisa kok bantu kamu belajar," Kak Arga tersenyum ke arahku.

"Apa nggak merepotkan kakak? Kan kakak udah mau lulus?" Aku menunduk sambil memainkan ujung jariku.

"Insyaallah nggak, nanti aku atur jadwalnya," Kak Arga mengulas senyum, lalu mengangguk yakin.

"Makasih banyak, Kak!" Aku tersenyum bahagia.

Sesaat setelah itu hening kembali menerpa. Aku maupun Kak Arga sama-sama berkelana dengan pikirannya sendiri.

semoga dengan bantuan Kak Arga, nilaiku jadi lebih baik lagi, amin.... kataku dalam hati.

"Kak, aku pulang dulu ya! Terima kasih buat semuanya." Aku bangkit dan berbalik badan.

Aku hendak melangkahkan kaki, tapi ada yang mencekalku dari belakang. Aku melirik, dan ternyata Kak Arga memegang lenganku cukup erat. Aku memutar tubuhku 180°, menatap kak Arga dengan penuh tanda tanya.

"Aku antar ya?" katanya sambil tersenyum.

Aku melepas pegangannya,lalu menggeleng.

"Nggak apa-apa, lagian ini udah malem," Kak Arga bersikukuh.

"Rumahku deket dari sini kok," tolakku halus.

Tetapi Kak Arga terus memaksaku, dan aku sibuk menolak. Akhirnya perdebatan ini dimenangkan oleh Kak Arga, aku terpaksa mengalah karena hari semakin larut.

Aku naik ke motor Kak Arga, Kak Arga lalu menyalakan mesin motornya dan mengendarainya menuju rumahku.

Aku turun saat sampai di rumah, bagian depan rumahku ada warung milik ibuku.

"Makasih kak," aku tersenyum simpul padanya.

"Iya, aku duluan ya!"  Kak Arga memutar balik motornya dan melesat pergi setelah aku melambaikan tanganku.

Aku masuk ke rumah. Sudah aku duga kalau kakak dan ibuku sudah tidur, karena suasana rumah ini sepi.

Aku mencuci sapu tangan Kak Arga, dan menganginkannya agar besok kering. Setelah itu aku tidur.

....

Nesya Aqiela

Nesya Aqiela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arga

Intan (teman Nesya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Intan (teman Nesya)

Maaf apabila masih terdapat kesalahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf apabila masih terdapat kesalahan. Jika memang ada bilang ke aku ya!!

Thanks for reading all

TENTANG WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang