Aku kembali! Jangan lupa untuk vote dan komennya karena itu sangat berarti untuk saya! Jangan lupa follow akun WP author ya! Hope you like this chapter! Kuy lanjut!
Nesya POV
Aku membalikkan badanku saat melihat Kak Arga melangkah menghampiri ku.
"Kak Arga mau ngapain? Ini kan masih break sampai Kak Arga ujian dua minggu lagi," batinku.
Akhirnya aku berlari menjauh dari Kak Arga yang terus mengejarku. Niatnya mau ke kantin malah terjadi adegan drama India, alias kejar-kejaran.
Aku melewati beberapa kumpulan siswa-siswi. Berlari dari lorong ke lorong. Sesekali aku melirik ke belakang, untuk mengecek apakah Kak Arga masih mengejarku.
Aku menghentikan langkah saat merasa Kak Arga tak lagi mengejar. Aku menetralkan nafas, lalu melanjutkan langkahku yang tadi terhenti.
"Kamu nggak bisa lari lagi!" Damn, ternyata Kak Arga sudah berdiri di depanku.
Aku berbalik dan hendak berlari, tapi tanganku telah dicekal oleh Kak Arga. "Lihat aku, Nesya!" perintahnya tegas.
Aku membalikkan badanku tapi aku tidak berani menatap mata pacarku saat ini. Entahlah semua perkataan mama Kak Arga masih terngiang-ngiang di telingaku.
Sekarang aku rasakan Kak Arga menarik tanganku dengan halus, dia melangkah menuju rooftop. Sepertinya aku akan menghadapi pembicaraan yang serius lagi. Jantung ku berdak lebih kencang. Rasanya takut, dan khawatir.
Aku duduk di atas kursi usang yang ada di dekat pintu rooftop. Sedangkan Kak Arga berdiri di depanku dengan posisi membelakangi. Aku meneguk ludah dengan susah payah, apa ini? Kenapa aku se-gugup ini?
"Jawab jujur, Nesya!" Suara tegas khas seorang pemimpin pun keluar dari mulut Kak Arga.
"Apa alasan kamu minta break dari aku?" Kak Arga menatap mata ku dengan pandangan yang tak bisa diartikan, tetapi gaya bahasanya lebih lembut dari yang tadi.
Aku menghela nafas. "Apakah penjelasan ku kemarin belum jelas, Kak?"
"Kamu yakin hanya itu alasannya?" tanyanya sekali lagi.
"Ya-ya apa lagi?" jawabku gugup.
"See, bahkan kamu pun gugup menjawabnya." Tunggu sepertinya aku melupakan satu fakta, yaitu Kak Arga pandai dalam menginterogasi seseorang.
"Tapi memang itu alasannya," jawabanku masih sama.
Kak Arga terdengar menghela nafas. Dia melangkah mendekat lalu berlutut di depanku. Mata coklatnya menatapku lembut dan intens. Dan perkataannya kali ini sukses membuat ku mematung.
"Kamu jawab yang sebenarnya atau aku akan benar-benar pergi dari kehidupan mu!" kata-katanya tenang namun sarat akan ancaman.
Lagi-lagi aku meneguk ludah dengan susah payah. Haruskah aku mengalami dua pilihan yang begitu penting di dalam hidupku?
Kak Arga mengelus tanganku lembut, aku menatap mata Kak Arga yang memancarkan sinar kasih sayang. Ya Allah aku harus bagaimana? Sepertinya Kak Arga sungguh mengharapkan jawabanku. Haruskah aku jujur? Atau malah berbohong?
"Jangan takut untuk mengakui segalanya, Nesya! Jujurlah denganku sebelum terlambat! Kamu percaya aku, kan?" Terdengar suara lirih dan agak parau keluar dari mulut Kak Arga.
Mataku memerah, entahlah mengapa rasanya aku ingin menangis saja.
"Aku ... aku takut, Kak," jawabku lirih tentu saja belum berani menceritakan semuanya.
Kak Arga merengkuh tubuh mungilku dan menyenderkannya di dada bidang miliknya. Sepertinya ia paham kalau aku butuh pelukan. Aku menangis dalam pelukannya, dan mengurai pelukan itu setelah tangisku mulai mereda. Sepertinya aku bolos lagi kali ini.
"Aku akan tunggu sampai kamu berani berbicara," putus Kak Arga.
Hening sesaat
Aku menarik nafas dalam-dalam, memulai perbincangan yang benar-benar serius. "Aku diancam mamanya Kakak."
Pernyataan itu langsung membuat Kak Arga menoleh. Ada senyuman tipis yang aku tangkap dari sudut bibirnya.
"Akhirnya kamu mau mengakuinya, sayang,"
Dalam hatiku membatin, "Dia sudah tau?"
"Sudah aku bilang, jangan kamu sembunyikan semuanya dariku. Kita adalah pasangan, dan otomatis masalahmu adalah masalahku juga. Bukankah kamu sudah bilang kalau kita akan berjuang bersama? Lalu mengapa kamu melanggar perkataanmu sendiri? Kamu tau? Break ini menyiksa hatiku, sangat menyiksa, Nesya. Aku merasa tidak pantas menjadi pasanganmu, aku gagal dalam melindungimu. Sampai-sampai aku tidak tau kalau gadisku menangis karena kelakuan keluargaku. Maafkan aku Nesya!" perkataan panjang lebar Kak Arga membuatku kembali meneteskan air mata.
Dengan cepat Kak Arga merengkuhku kembali, bahkan lebih erat dari yang sebelumnya. Rasanya hangat, dan aku rindu dengan suasana ini.
"Maafkan aku Kak," kataku lirih di telinga Kak Arga.
Aku menutup mataku sejenak, merasakan momen ini sebaik mungkin. Aku masih ragu, apakah aku akan tetap melanjutkan hubungan ini? Atau benar-benar putus setelah aku berbaikan?
Kak Arga mengurai pelukannya. Tangan kekarnya mengusap air mata yang masih menetes melalui pipi manisku.
"Jangan nangis sayang! Kita lalui ini sama-sama! Aku janji bakal melindungi kamu dari mama aku! Kalau ada apa-apa jangan lupa bilang ke aku! Jadikan aku sandaran mu sayang! Dengan itu kita akan mudah melaluinya!" katanya tulus.
Aku mengangguk mengerti. Terimakasih Ya Allah, anda telah mengirimkan seseorang sebaik Kak Arga ke hidupku. Semoga dia memang yang terbaik untukku.
Mulai hari ini aku dan Kak Arga kembali menjalani hari-hari seperti biasanya. Aku tak lagi memikirkan ancaman Mama Kak Arga tempo hari lalu.
-END-
Tidak kawan! Masih lanjut kok! Masih ada beberapa part yang akan menemani kalian.
Bakal
HAPPY/SAD
Penuhi kolom komentar Ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG WAKTU
Teen Fiction꧁꧇ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA꧇꧂ Ini kisahku dengan dia Dia yang memiliki daya tarik tersendiri. Bahasanya yang halus serta sopan menambah nilai plus pada dirinya. Aku menyukainya bukan karena kelebihannya, tetapi juga kekurangannya. Lika-liku cin...