Sudah 1 Minggu aku menjaga jarak dengan Kak Arga. Kita jarang berhubungan, kita seolah kembali menjadi Nesya dan Arga yang dulu, atau mungkin lebih parah. Di sekolah kita hanya melempar senyum, tanpa menyapa apalagi mengobrol. Menyiksa? Tentu saja, tapi ini jalan yang aku pilih.
"Oy, ngelamun mulu!" Lamunanku buyar saat Intan menyenggol bahuku.
"Ngagetin tau!" sungutku.
"Lagian pagi-pagi udah ngelamun aja, galau ya?" tanya Intan dengan cengiran devilnya.
"Sotoy," jawabku sewot dan mempercepat langkahku agar cepat sampai ke kelas. Aku sedang menghindari Kak Arga.
"Nesya, lo lagi marahan sama Kak Arga?" tanya Intan yang berhasil membuatku berhenti.
"Memang ini anak ya suka banget nge-doain yang begituan," dumelku dalam hati.
"Nggak," jawabku singkat.
"Kok gue perhatiin lo kayak ngejauh gitu dari Kak Arga," kata Intan penuh selidik.
"Ah masa? Perasaan lo aja kali" Aku masih ngeles.
"Jangan ngehindar deh, lo ada masalah apaan si sama Kak Arga?" Intan memaksaku untuk cerita.
"Nggak ada." Aku kembali meneruskan langkah.
"Oke, awas lo kalau ntar minta diajarin, nggak bakal mau gue," Intan mengeluarkan jurus andalannya.
Malas sekali kalau Intan sudah memakai jurus ini. Aku akan kalah karena aku hanya bisa memanfaatkan Intan untuk membantuku belajar. Jangan mikir aneh-aneh! Maksud memanfaatkan itu, memanfaatkan kecerdasan orang lain untuk mengajari hal-hal yang tidak aku kuasai. Istilahnya biar nular pintarnya gitu.
"Ya janganlah!"
"Makanya ceritain! Kagak ada alasan!" final Intan lalu masuk ke dalam kelas duluan.
Aku duduk di samping Intan, menatap lurus ke depan. Sepertinya sahabatku ini harus tau, tapi bukan untuk alasan sebenarnya. Biarlah itu sebagai rahasia.
"Sekarang jelasin!" perintah Intan mutlak.
Aku menoleh ke Intan, bersiap untuk bercerita. "Gue break sama Kak Arga."
Brak
Intan menggebrak meja. Apa ini terlalu mengagetkan?
"Demi apa?!" tanyanya dengan nada tinggi, seolah tak percaya.
"Gue yang minta," ku jeda sebentar. "gue cuma pengen kita sama-sama fokus dengan pembelajaran. Minggu depan gue udah ulangan, dan gue mau gue fokus buat belajar."
"Ya nggak perlu break juga kali," komentar Intan.
"Maunya sih gitu Intan, tapi mau bagaimana lagi?" batinku.
"Itu keputusan gue,"
"Ya udahlah terserah lo, gue juga nggak paham sama jalan pikiran lo," jawabnya agak cuek. Apakah dia marah? Atas dasar apa emang?
"Ya udah jangan pikirin masalah gue, mendingan kita buat jadwal belajar bareng aja!" ajakku yang disambut antusias dari Intan.
Akhirnya kita berdua pun menyusun jadwal sesuai dengan kesibukan kita.
*****
Istirahat tiba, entah angin darimana aku malah memilih menuju ke perpustakaan. Padahal aku itu termasuk siswi yang tidak suka berkunjung ke perpustakaan.
Aku menyusuri rak buku yang di penuhi berbagai novel dan komik. Aku melihat sebuah buku yang cukup menarik, tanganku terjulur untuk mengambilnya.
"Yah kok diambil?" Aku kecewa saat ada seseorang yang telah mengambil buku tersebut.
Cowok itu menoleh. "Eh Nesya, kamu mau baca buku ini? Ya udah kamu aja yang baca!"
"Beneran?" Mataku berbinar mendengar itu, entahlah aku juga tidak pernah se-exited ini dalam membaca buku.
"Iya, kamu aja yang baca," jawab cowok itu yang tak lain adalah Kak Sandy. Dia memberikan buku yang ingin aku baca.
"Makasih, aku baca buku dulu ya, Kak!" pamitku seraya berjalan mencari tempat yang cocok untuk membaca buku.
Langkahku terhenti saat melihat Kak Arga tengah duduk berdua bersama Kak Agatha. Dadaku semakin sesak saat melihat mereka berdua tertawa bersama, serta Kak Arga yang menoel hidung Kak Agatha.
Aku berbalik badan, menyaksikan itu hanya membuatku tambah sakit. Tapi bukankah ini yang aku mau? Sudahlah lebih baik aku keluar dari sini. Aku yakin Kak Arga nggak akan berkhianat.
Aku memutuskan untuk pergi ke rooftop. Aku menatap jalanan dari atas.
"Kenapa melepaskan mu rasanya sesakit ini? Aku bingung dengan keadaan. Aku sangat mencintaimu, tapi di sisi lain aku harus merelakan mu bersama orang lain," monologku.
"Kak, sepertinya kita memang tidak jodoh. Bagaimanapun juga aku harus bisa melepaskan mu, aku akan usahakan itu. Kakak nggak perlu tau alasannya," Aku mengusap air mata yang tak terasa telah mengalir melalui pipi.
To Be Continued
Jangan lupa vote dan komen! Maaf kalau banyak typo😁
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG WAKTU
Teen Fiction꧁꧇ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA꧇꧂ Ini kisahku dengan dia Dia yang memiliki daya tarik tersendiri. Bahasanya yang halus serta sopan menambah nilai plus pada dirinya. Aku menyukainya bukan karena kelebihannya, tetapi juga kekurangannya. Lika-liku cin...