Chapter 41 (END)

46 2 0
                                    

Are you ready? Hope you like this chapter. Semoga part ini ngena ya😂

Happy reading

"Kak Agatha tau dimana Kak Arga berada?"

Diam. Tidak ada sahutan dari seberang, membuatku tambah berpikir yang tidak-tidak.

"Apa Arga tidak memberitahu mu, Nesya?"

Memberi tahu? Jangankan memberi tahu, menghubungi saja tidak. Tapi memberi tahu tentang apa? Apa jangan-jangan tentang itu.

"Tidak," aku menjawabnya cepat.

Terdengar helaan nalas di seberang. Meski samar, tetapi aku yakin Kak Agatha menghela nafas. "Arga sudah berangkat ke Sydney kemarin."

Deg. Kemarin? Pantas saja ponselnya tidak aktif. Lalu kenapa kak Arga tidak menghubungiku sama sekali? Mengapa dia berjanji kalau tidak untuk ditepati? Apa aku yang terlalu berharap?

Tes

Satu bulir air mata telah mengalir melalui pipi. Entahlah mengapa ini rasanya begitu sesak. Setelah beberapa saat lalu aku dibuat terbang oleh kak Arga, dan sekarang kak Arga menjatuhkanku sejatuh-jatuhnya.

"Ka–kalau begitu hiks, aku titip salam buat kak Arga, Kak, Kakak pasti tau, hiks, gimana cara menghubungi kak Arga," kataku sambil terisak.

"Nesya, aku mau bilang sesuatu sama kamu. Tetapi kamu janji jangan marah ya!"

Mendengar itu, aku sudah berpikir lebih jauh lagi. Sepertinya kabar ini akan mendatangkan hal yang tidak baik.

"Iya, Kak, Insyaallah,"

"Aku ... aku sudah dijodohkan dengan Arga. Kamu jangan marah ya!" kata Kak Agatha.

Deg. Lagi-lagi aku mendengar kabar tidak mengenakkan lagi. Tetapi bukankah ini yang sudah aku pertimbangkan jauh-jauh hari. Ini adalah hal yang sudah aku prediksi sebelum aku menjadi pacarnya kak Arga. Dan ternyata dugaan ku tidak meleset. Ternyata merasakannya jauh lebih sakit daripada membayangkannya. Tetapi aku sudah berani jatuh cinta. Yang mana harus siap sakit saat terjatuh.

"Kenapa aku harus marah, Kak? Itu bagus dong karena cinta Kakak tidak bertepuk sebelah tangan lagi. Lagian, kan, Kakak juga cocok sama Kak Arga. Selamat ya, Kak, semoga langgeng!" Doaku dengan kondisi hati yang sudah tidak bisa dijelaskan lagi.

"Tapi, Nes, aku merasa bersalah karena udah memis–"

"Kakak nggak perlu merasa bersalah. Aku sama kak Arga bukanlah jodoh. Mau sekuat apapun aku mencoba bertahan, kalau Allah udah menakdirkan untuk memisahkan kita, tetap aja akan terpisah. Di sini, jodoh kak Arga itu Kakak, bukan aku." aku memotong perkataan Kak Agatha tadi.

Aku sudah bersiap kalau suatu saat hal ini terjadi. Tetapi tidak bisa dipungkiri kalau ini menyesakkan.

"Terimakasih Nesya. Nanti salam dari kamu bakal aku sampaikan ke Arga."

"Terimakasih kembali Kak. Aku tutup wassalamu'alaikum."

Aku memutuskan sambungan teleponnya. Lalu merebahkan diriku di atas ranjang. Menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Air mata terus mengalir tidak ingin berhenti. Biarlah, biarlah raga ini menangis sampai lelah. Biarlah hati ini terluka, aku yakin ada saatnya sembuh.

Kini kak Arga sudah memiliki pasangan hidupnya. Dan ternyata anganku tuk bersama bukanlah kenyataan. Karena aku hanya menjalankan takdirku, memilih pilihan hidupku selanjutnya. Dan akhirnya waktu menjawab atas pilihanku. Tuhan yang menentukan melalui takdir yang telah digariskan, dan waktu yang menjawab atas sebuah pilihan.

TENTANG WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang