Hari ini adalah hari Rabu. Aku sudah duduk anteng di samping Kak Arga yang mengajakku belajar bersama. Aku seneng-seneng aja sih, toh Kak Arga juga yang ngajakin.
"Matematikanya udah sampai mana?" tanya Kak Arga.
"Oh masih awalan kak, kemarin gurunya cuma nerangin sekilas," jawabku santai.
"Yaudah sini aku ajarin materinya aja, biar nanti pas diajarin sama guru udah bisa." Kak Arga membuka buku paket ku. Membolak-balik halaman, dan memahaminya.
Ku hanya diam:) awas jangan nyanyi!!. Melihat Kak Arga yang sedang mengamati deretan angka yang berjajar.
"Ayo sini aku ajarin! Bukunya buka!" Aku langsung membuka buku tulisku saat Kak Arga akan memulai pembelajaran.
Kak Arga menjelaskan secara pelan maksud dari materi ini, menulis angka dan menghitungnya. Aku melihatnya dengan seksama, sesekali mencuri pandang ke Kak Arga.
"Ehm, gimana udah ngerti?" tanya Kak Arga di ujung penjelasannya. Aku nyengir kecil, dan mengangguk dengan ragu.
Sepertinya kak Arga menemukan sorot keraguan dari gerak-gerikku. Dia mengangkat alisnya seolah bertanya 'beneran?'
Aku tersenyum kikuk, lalu mengangguk sekali lagi. Melihat itu Kak Arga melayangkan senyuman simpul dan mulai membolak-balik halaman bukuku.
"Kalau udah paham, coba nih soal kerjain!" perintahnya seraya menyodorkan 3 buah soal matematika dalam bentuk pilihan ganda.
Aku mengangguk kecil dan mulai mengerjakannya. Sesekali aku mengumpat lirih karena isinya tak kunjung ketemu. Terkadang pilihan ganda itu menyebalkan, dan sering sekali dipilih asal-asalan setelah di cap cip cup.
Kulihat Kak Arga sibuk dengan ponselnya, jadi aku urung tuk bertanya.
"Ah andai saja tadi aku memperhatikan penjelasan Kak Arga dengan baik pasti gak gini nih. Kamu sih Nes, kebanyakan nyuri-nyuri pandangnya." Aku memaki diriku sendiri dalam hati.
Oke kini tinggal soal ketiga. Dua soal lainnya sudah selesai, meski aku ragu akan kebenarannya. Aku menggoreskan tinta hitam itu sehingga membentuk jejeran angka yang memusingkan. Ah seperti sandi angka yang harus dipecahkan untuk memperoleh jawaban.
Aku menggaruk tengkukku yang gak gatal saking bingungnya. Aduh gimana nih gak paham!! Tolong dong panggilin Kak Arga yang lagi sibuk main hp! Aku takut mo manggil:)
Akhirnya dengan segala kegugupan aku memanggil Kak Arga.
"Em, Kak!" Panggilku dengan nada rendah.
Kak Arga masih saja berkutik dengan ponselnya, raut wajahnya juga keliatan sedikit serius. Ah jadi gak enak nih.
Kini Kak Arga sudah meletakkan ponselnya, dia mendekat ke arah ku.
"Belum paham ya? Mau aku jelasin lagi?" tanyanya.
Aku nyengir lalu mengangguk kecil, sedangkan Kak Arga tersenyum simpul.
'Ish jangan senyum dong kak! Ntar jantung aku copot!' teriakku dalam hati.
Kak Arga menerangkan materi sekali lagi dengan pelan-pelan. "Paham?"
Aku mengangguk lalu memberi jempol ku.
"Aku coba kerjain lagi ya?" Aku pun mengerjakan soal tadi dengan sungguh-sungguh. Kulihat Kak Arga tersenyum tipis sampai aku pun ragu apakah ia tersenyum.
"Nah udah kak," kataku setelah semua soal telah selesai. Kak Arga mengambil buku ku dan meneliti satu persatu.
"Yakin udah?" Pertanyaan Kak Arga membuatku bingung, dengan ragu aku mengangguk.
"Coba teliti lagi!" Mendengar itu aku cepat-cepat mengambil buku ku dan menelitinya kembali.
Soal pertama aman, soal kedua aman, soal ketiga? Oh pantesan saja Kak Arga minta aku buat meneliti lagi, orang aku ngitungnya gak bener. Di akhir pengerjaan, masak 3 dikali 9 jadinya 25? Malu deh:) Dasar pilihan ganda pengecoh!
"Hehe udah nih kak!" Aku menyodorkan buku ku kembali dengan cengar-cengir.
"Nah kan ini bener, masak perkalian kayak tadi salah," Dia tertawa yang membuatku cemberut sekaligus malu.
Kak Arga memang suka sekali membuatku malu seperti ini. Melihatnya tertawa lepas membuatku senang.
Halo aku update! Gak ada yang nungguin pasti ya??? Sad:)
Maaf dikit part-nya, soalnya pen update tapi otak ngadat.
Tetep stay ya! Jangan lupa buat mencet tombol bintang dipojok kiri!! Gak bayar kok! Thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG WAKTU
Teen Fiction꧁꧇ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA꧇꧂ Ini kisahku dengan dia Dia yang memiliki daya tarik tersendiri. Bahasanya yang halus serta sopan menambah nilai plus pada dirinya. Aku menyukainya bukan karena kelebihannya, tetapi juga kekurangannya. Lika-liku cin...