Di sinilah aku sekarang. Di sebuah festival sekolah sebelah. Aku datang bersama Kak Arga tadi, dan kita sudah memakai pakaian olahraga sekolahan. Sekolah kita di undang untuk memeriahkan festival di sekolah sebelah, akan ada banyak acara hari ini. Dimulai dari tari saman, dan di buka dengan pertandingan futsal.
Aku dan Kak Arga duduk di pojok kanan tribun, di samping Kak Arga ada Kak Sandy, baru ada Kak Agatha, Kak Fani, Intan, dan di samping Intan ada Reyhan. Selebihnya aku tidak kenal siapa mereka. Setelah 3 hari lalu aku dan Kak Arga baikan, dan kini di suguhkan peristiwa yang mengharuskan bersama. Yaps, nonton festival. Harus bersama bukan? Sendiri juga bisa sih tapi nggak seru.
Kita bertujuh hanya ikut bersorak saja. Tidak ada yang kami dukung saat pertandingan ini berlangsung, karena yang bertanding bukan sekolah kami.
"TERJANG!"
"GO GO GO!"
"PEPET TEROSS! JANGAN KASIH KENDOR!!"
Begitulah teriakan-teriakan yang terus menggema di seluruh penjuru tribun. Di sini ada banyak murid dari sekolah lain, sekitar ada 4 sekolahan yang di gabung. Ada SMA Harapan, SMA Garuda, SMA Merdeka, dan tentunya sang tuan rumah SMA Jatinegara. Tidak heran di sini ramai sekali.
Tak terasa hari sudah sore, festival pun di tutup oleh penampilan para cheersleaders SMA Jatinegara.
Aku berjalan beriringan dengan Kak Arga, sedangkan lima bocah lainnya sudah ada di depan. Semuanya berhenti setelah tiba di parkiran. Kak Arga menghampiri Kak Agatha yang tengah berdiri di samping Kak Sandy.
"Pulang sama siapa, Tha?" tanyanya seraya tersenyum.
Oke Nesya tenang! Jangan cemburu! Mereka cuma sahabat, gak lebih. Aku mengatur emosi ku saat melihat Kak Arga menghampiri Kak Agatha. Mengapa aku begitu cemburuan?
"Gue pulang naik taksi ntar," jawab Kak Agatha.
Aku sudah berpikir macam-macam, apa Kak Arga akan mengantar Kak Agatha pulang? Yang benar saja, aku tidak mau masa berdua ku terganggu.
"Fani pulang sama siapa?" Sekarang Kak Arga berbalik bertanya kepada Kak Fani.
"Oh, gue mah nunggu pacar gue," jawabnya santai.
"Semuanya kita duluan ya! Babay!" Itu suara Intan yang sudah nangkring di atas motor Reyhan.
"Lo naik taksi sendiri? Ini jauh dari rumah lo, Tha," Dari nada bicaranya sepertinya Kak Arga khawatir kepada Kak Agatha. Huft sabar!
"Halah kayak nggak biasanya,"
"Agatha bareng gue aja, Ga, biar selamat sentosa," Kak Sandy menengahi. Ih emang deh tau aja kemauan aku, jadi gemesh sama Abang aku ini.
"Iya sama Kak Sandy aja, Kak, lebih aman," kataku kemudian.
"Hm ... oke deh," Akhirnya Kak Agatha menurut.
Kak Arga mengendarai motornya menuju jalanan kota yang ramai. Aku memeluk erat pinggang Kak Arga, sedangkan kepalaku aku biarkan bersender di punggung Kak Arga.
"Capek, Nes?" tanya Kak Arga keras agar aku bisa mendengarnya.
"Lumayan, Kak," balasku tak kalah keras.
Aku pun tersadar kalau ini bukanlah jalan menuju rumahku. "Kita mau kemana?"
"Kemana-mana hatiku senang," Reflek aku memukul lengan Kak Arga pelan. Dasar nyebelin.
Motor Kak Arga berhenti di sebuah lapangan luas. Ada festival ternyata.
"Festival apaan, Kak?" tanyaku pada Kak Arga yang kini mengajakku keliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG WAKTU
Teen Fiction꧁꧇ FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA꧇꧂ Ini kisahku dengan dia Dia yang memiliki daya tarik tersendiri. Bahasanya yang halus serta sopan menambah nilai plus pada dirinya. Aku menyukainya bukan karena kelebihannya, tetapi juga kekurangannya. Lika-liku cin...