Aisyah Kanza

946 38 0
                                    

     Namaku Aisyah Kanza,Akrab dengan panggilan Acha.Aku tinggal dan dibesarkan oleh keluarga paman yang sudah akrab kupanggil dengan ayah dan bunda.

     Kedua orangtuaku, mereka tinggal di Jakarta bersama dengan tiga adik lelakiku.Aku bukan anak yang dibuang, tidak sama sekali, melainkan dulu saat usiaku menginjak satu tahun setengah,Qodarulloh mama melahirkan adik lelakiku sehingga menyebabkan pengasuhan atasku sedikit terbengkalai,kebetulan disaat hal itu juga pamanku beserta istrinya menawarkan diri untuk mengasuhku karna beliau memang belum di karuniai anak semenjak 12 tahun pernikahannya hingga saat ini sehingga semua perhatian tercurah padaku bak anak semata wayang mereka.

      Aku tak pernah kecewa dengan keputusan itu, karna sejatinya semua taqdir Allah itu baik tinggal bagaimana kita menyikapinya. Dulu saat aku belum mengerti apapun tentang kehidupan aku sempat membantah dengan taqdirku aku kira mama dan papa akan membuangku pada paman dan lebih memilih adik lelakiku tapi setelah kedua mataku terbuka, hati nuraniku menerima dengan ikhlas karna yang kurasa saat ini adalah kehangatan dibalik sebuah cahaya keimanan dan ketakwaan yang terbalut dalam indahnya Islam. La Haula wa laa quwwata illa billah

      Ada satu nikmat yang dimana kenikmatan itu tak pernah didapatkan oleh adik adikku yaitu sebuah kenikmatan mengenal islam yang diajarkan oleh paman (ayah dan bundaku), karena dari mama dan papa masi sangat awam dan cenderung lebih mengejar duniawi yang bergelimpangan materi dan bahkan islam mereka hanya sebatas identitas di ktp saja. Salah satu faktor yang membuat mereka sulit untuk mendapat hidayah adalah karena mereka di sibuk kan dengan karir hingga untuk mencari tahu tentang islam saja sangat sulit. Meskipun begitu, kami tak pernah membuat jarak,bahkan jikalau ada waktu luang pasti mama akan mengajak adik adikku untuk berkunjung ke rumah ayah dan bunda

      Seminggu yang lalu setelah tasyukuran kelulusanku, Mama banyak menawarkan berbagai macam channel untuk studyku di luar negri, mungkin beliau mengharapkan agar aku juga menjadi sesosok yang berkarir sepertinya, tapi untuk saat ini aku menolak.Ya, aku menolak karena ada kewajiban yang sifatnya lebih utama dibanding karir dan dunia, yaitu umat. Salah satu azzam terbesarku yaitu menuntaskan pengabdian pada umat sebagai wujud terimakasih pada para murobbi yang telah susah payah mewariskan ilmu ilmunya padaku, sepertinya bunda dan ayah sangat mendukungku cenderung bahagia karena sifat tanggung jawab telah mendarah daging pada jiwaku. Kulempar tawaran emas itu pada Naufal,adik sulungku yang sebentar lagi ia akan menamatkan status SMAnya, toh lagi pula Naufal bukan anak pesantren yang diharuskan untuk mengabdi, dia anak luar begitu juga dengan Rasya dan Azkayang juga di tempatkan oleh mama ke Sekolah luar yang berbasis Internasional

      Baru ku ketahui pesantren yang bakal ku singgahi adalah sebuah pesantren yang baru dirintis tahun ini untuk lokal putrinya, sedangkan untuk putra sudah beroperasi sekitar empat tahun yang lalu.All is well.. Begitulah sekiranya harapan terbesarku.Nasehat demi nasehat kudapati dari bunda yang sepertinya sangat bangga dengan tekad yang kupunya, tangan syurga itu perlahan mengusap pundak ku memberi tanda bahwa semua harus dilakukan dengan ikhlas "ndak papa lelah nduk, yang penting Lillah" satu pondasi untuk berbuat baik.

      Hari sudah semakin malam, aku harus cepat cepat tidur karena esok aku harus berangkat menuju tempat pengabdian yang harus di tempuh dengan pesawat "Rabby, kira kira besok gmn ya pesantren yang bakal Acha tempati?" sebuah monolog kecil pengisyarat bahwa aku sudah tak sabar untuk menyambut hari esok.. Selamat malam dunia

Allohuakbar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang