Namanya Arsyila

470 22 0
                                    

      Suara adzan samar samar masuk ke gendang telingaku membangunkan jiwa yang sedang berselimut dengan nyenyak. Sepertinya kedua mataku masih asing dengan kamar ini, aku jadi rindu pada kamarku yang penuh dengan cerita tersendiri. Segera ku pakain gamis dan kerudung untuk mengambil air wudhu, tapi tunggu saat kedua kakiku perlahan melangkah menuju kamar mandi sesosok lain tiba tiba mengikutiku bisa kurasakan pijakan kaki yang bergesekan langsung dengan keramik, secepat mungkin aku menoleh dan dugaan ku benar, aku takut. Siapa lelaki itu? Dan mau apa mengikutiku?? Sorotan mata tajam nya seakan mengintaiku menyelidik apa yang ku perbuat

"Siapa kamu?!" sempurna suara bazz membuatku sedikit ketakutan..
"Saya acha, calon ustadzah sini " jawabku menunduk.. Bulu kudukku berdiri layaknya polisi yang sedang berpatroli.. Ya Allah lindungi Acha
" oh saya kira penyeludup, ya uda tau kamar mandi dmn kan? "
Aku mengangguk dan cepat cepat pergi dari hadapannya. Untung lelaki itu tak macam macam denganku.. Tapi siapa dia?

  Fajar mulai menyingsing menerbitkan semangat pada bani Adam yang sudah siap menyambut kehidupan lembaran baru, tentunya dengan halaman yang masih putih bersih akan disulap menjadi polesan kisah hidup yang lebih bermakna.

    Selesai aktifitas ku, aku duduk membaur dengan wanita paruh baya yang sedang sibuk melantunkan ayat suci Al Quran dengan suara merdu, menetralkan setiap jiwa yang mendengarkan membuat hangat bagi hati yang dirundung kegundahan, katena sesungguhnya Al Quran adalah obat dan penyejuk bagi setiap manusia yang beriman. Merasa adanya kehadiranmu, umi menghentikan aktifitas membacanya dan beralih menjamuku. Sebenarnya banyak yang ingin aku tanyakan, tapi biarlah nanti saja toh pasti nanti ada waktu yang lebih memungkinkan

    Umi membuka obrolan dengan menceritakan bahwa suaminya (pak furqon) baru saja mendapat amanah untuk memberi ilmu pada seorang pemuda asing yang tiba tiba datang ditengah kilatan petir dan hujan deras. Pemuda itu mengaku ingin berguru dengan ustdz Furqon. Namanya Orhan Ghozi, sudah dua bulan terlewati tapi perihal asal usul pemuda itu masih belum diketahui dengan jelas tapi sudahlah kembali pada khusnudzon toh dya kemari ingin menuntut ilmu.

       Dari semua cerita umi bisa aku simpulkan bahwa lelaki bernama Royyan adalah anak semata wayang beliau yang kini juga berstats sebagai ustadz azib di asrama putra dan lelaki yang kutemui tadi subuh ada orhan. Sedikit beradaptasi membuatku ingin lebih mengenal sekitar sini

       Jam menunjukkan pukul enam, umi harus cepat cepat ke pasar sebelum kehabuisan. Kuambil sapu lantai untuk menyapu seluruh ruangan yg bisa kujangkau, lamat lamat kudengar lantunan ayat suci menghangatkan qolbu itu berasal dri teras rumah panggung, mengajak si pendengar pada kedamaian sedikit kuintip si empu suara merdu dan pradugaku benar lelaki itu adalah Royyan, secepat mungkin ku lanjutkan menyapu dan berusaha untuk tak memperdulikannya sekan tak ada hal yang aku lakukan selain menyapu tapi nyatanya actingku gagal suara dehaman seorang lelaki lain yg bernama Orhan justru lebih dulu membuatku salah tingkah karna ketahuan mengintip Royyan dri balik daun pintu , aku sedikit geram mengganggu saja! Tapi sudah lah lebih baik aku mengalah dan melanjutkan untuk menyapu

        Entah mengapa ada aura berbeda saat awal kali ku melihat Royyan, apakah sebuah rasa perlahan terbesit dalam benakku? Astagfirullah cha! Tobat!!

        Ada yang membuatku terperanjak tersentak bagai mimpi buruk yang datang dengan lancang tanpa kalimat permisi. Kedua manik mataku menatap sesosok Royyan dengan seorang wanita berpakaian dusty, wajahnya cantik sangat cantik melebihi ku sedikit, pipinya chubby bibirnya kecil dan berwajah bulat, wanita itu datang dengan satu pelukan yag tersambar pada tubuh Royyan. Jujur rasanya seperti tertohok anak panah yang dibidik tepat mengarah ke lubuk hati yang paling dalam.Aku salah menempatkan harapan yang seharusnya tak pernah kuselipkan untuk rasa yang masih syubhat ini, kini tugasku mencoba menghentikan rasa sebelum aku merasakan sakit yang lebih dari ini, cepat cepat ku selesaikan aktifitas menyapuku yang sempat terjeda, kutata hati yang sudah ambyar pondasinya..Allah menegurku karna telah lancang berharap pada yang tak seharusnya.Maa fi Qolbi Ghoirulloh

       Semua pekerjaan rumah sudah beres, saatnya aku kembali masuk ke dlm kamar tak baik jika aku berada di luar sedang posisiku dsni adalah orang asing.

        Sejenak kembali ku berkutat dengan kotak keramat yang sudah siuman dari lowbat lamanya, banyak pesan dari WA yang masuk seperti menyerang ku bertubi tubi, seperti chat dari Bunda dan Mama yang sangat menghawatirkan keadaanku karena sejak kakiku berada disini aku sama sekali tak memberi kabar pada mereka nyatanya aku memang selalu di hati dua wanita hebat itu

      Dua pesan terkirim pada tujuan yang berbeda, hati sedikit melega sebab yang di khawatirkan sudah menjadi penenang sekaligus penawar rasa cemas. Pikiranku kembali hanyut bak arus yabg perlahan tapi semakin deras. SkenarioNya memang lebih memenangkan, mambuka tabir diawal sebelum cintaku tubuh semakin dalam. La haula wa laa quwata illabillah

         Salam hangat terdengar jelas di balik kamar yang ku tempati, aku yakin pasti umi telah datang, cepat cepat kusambangi punggung tangan umi dan membawakan belanjaannya, senyuman bersahabat itu merekah melihat aksiku yang dengn cekatan mampu mengambil hatinya. Kami berjalan beriringan menuju dapur dan mempersiapkan untuk memasak. Aku sangat suka memasak itu sebabnya banyak resep yang kudapati dari bunda. Satu persatu sayur ku keluar kan dri plastik untuk dicuci begitu juga dengan daging, kini waktunya kami berdua bergulat dengan alat alat dapur untuk menciptakan makanan yang lezat untuk dinikmati.

       Tiba tiba saja wanita yang bersama dengan Royyan tadi datang menghampiri kami sekaan memecah canda tawa kami selama memasak.. Ah moodku yang tadinya baik baik saja malah memburuk. Rona sumringah masih kudapati dari wajah gadis ini, ia menghampiri umi dan asyik bercipika cipiki, satu rantang berisi lauk diberikan oada umi Secra cuma cuma, kelihatannya mreka bedua sangat akrab.. Siapa sebenarnya wanita itu?

      

     

Allohuakbar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang