fighting cha!

483 19 1
                                    

      Jam tanganku menunjukkan pukul 16.30, saatnya bersiap siap untuk mengemasi barang bawaanku, telingaku mulai menangkap satu persatu suara kendaraan yang berdatangan menyambut sebuah amanah nan agung, sebuah petualangan yang menantang dalam dunia dakwah. Ini waktuku!!

      Kutata oenampilnku dengan sangat sempurna bergamis abu abu tua dengan kerudung biru mint. Susah payah kuseret dua koper yang berisikan pakaianku dan barang barang lain.

      Kedua manik mataku menangkap seorang pria yang masih fokus dengan kitab kuning dan head set yang menutup kedua telinganya, kukira aku tak harus berpamitan dengannya lagipula kita sama sma orang asing, kembali kulangkahkan kakiku untuk segera keluar dari rumah umi

" sini biar sya yang bawa cha, nanti antum langsung ngumpul di Masjid aja. Rapat pembekalan azib azibat sekalian pembukaan tahun ajaran baru bakal dimulai 10 menit lagi, Umi juga udah dsna "

     Lelaki yang entah kedatangannya dari mana, seperti jailangkung. Masih berjarak dua meter lelaki berkumis tipis itu masih menungguku responku. Lumayan jika digikir fikir fikir aku tak harus menghabiskan banyak tenaga, lagi pula menolak kebaikan seseorang adalah hal yang sangat mubazir. Aku mengangguk mempersilahkannya untuk membantuku.

" Royyan, andaikata kita dipertemukan dalam dimensi lain apakah bisa membuat kita bertemu dalam satu taqdir? " 

       Astagfirulloh,, lagi lagi setan berhasil meracuni otakku membuat sebuah syahwat haram pada perasaanku

       Kubergegas melangkah pergi ikut berbaur dengan para astatidzah lain. Wajah wajah baru di bias  dengan senyuman merekah membuat hati menjadi tentram penuh dengan kedamaian. Kujabat tangan tangan orang mulia itu, aku yakin banyak ilmu baru yang nantinya akan aku dapatkan dari mereka.

        Dalam sebuah tim harus dibutuhkan Adanya kekompakan, kesolidaritasan dan persamaan tujuan dalam sebuah target. Apalagi berada pada posisi awal yang dimana semua harus dibentuk secara rinci untuk diaplikasikan disetiap periode.

      Satu persatu sapaan menghampiri, saling mengakrab menjalin awal ukhuwah Fillah berjalan diatas dakwah dalam embanan amanah, dapat terdeteksi bahwa banyak wajah wajah supel yang nantinya akan selalu bersama dalam menempuh banyak medan. La haula walaa quwwata illa billah

     Seorang gadis asal bali itu bernama Muti, dia menghampiriku dan memilih untuk duduk disampingku menyimak prakata dari pengurus pesantren. Jumlah azibat hanya 10 orang untuk mengayomi santri baru yang berjumlah 30 orang, sedangkan dari azib sendiri berjumlah 20 orang. Wajar karena dari pihak pondok putra sendiri sudah lebih lama berdiri dan beroperasi. Berbeda dengan status kami, para azibat

       Sama sama kami menyimak visi dan misi pesantren untuk kedepannya, kelihatannya memang menantang! Apalagi ditambah dengan kondisi anak jaman sekarang yang lebih dominan dengan kata kekinian. Tapi itu bukan jadi alasan untuk terus berada pada kepesimisan,apalagi ketika kita justru mencela keadaan yang sudah sangat parah ini, Ibarat kita berada pada kegelapan, kita tak bisa mencela kegelapan itu karna sama saja dengan mencela pun tak akan berubah menjadi terang justru akan memperburuk suasana. Sedangkan  tugas kita adalah menyalakan lilin sebagai pembantu penerang. Begitu pula dengan keadaan yang sekarang kita hadapi. Bukan menyalahkan keadaan melainkan berusaha keras untuk mendidik anak anak dengan sebaik pendidikan.

     Kuresapi setiap tutur kata berhikmah dari mulut ustadz Furqon. Baru kali ini kulihat beliau, sementara  sudah dua hari aku menginap di rumahnya. Pembawaannya santai tapi tak main main,jujur saja mampu untuk mengetuk hati yang labil pada niat awalnya

"Cha! Pesimis tauu" keluh muti abstrak meatapku
" gini deh mut, coba km nanya satu persatu para azibat aku jamin respon mereka sama..pesimis, sama aku juga kaya gtu tapi ketika sebuah kebersamaan itu terbentuk, InshaAllah semua rasa pesimis bakal melebur"

Allohuakbar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang