Pulang

329 19 10
                                    

Ke mana pun kaki kita melangkah dan di mana pun tempat yang kita pilih untuk membangun kehidupan, pada akhirnya kita akan pulang.

Allohuakbar cinta 🥀

***

" Tadz, sebelumnya afwan, saya sudah mempertimbangkan ini semua dengan baik dan saya.. Saya...mau minta resign.."

Bisa disebut ini sebagai keputusan mendadak. Tetiba aku meminta untuk resign dari pesantren, bukan karena aku tak ingin mengabdi lagi tapi salah satu faktornya adalah karena aku sangat trauma atas kejadian kemarin.

Banyak yang memintaku untuk mempertimbangkan semuanya, apalagi mengabdi adalah salah satu amanah yang dibebankan untukku. Akankah semudah itu kulunturkan amanah yang telah melekat pada janji saat wada dulu? Atau aku justru akan berjuang walau dengan ribuan kecemasan?

Pikiranku kadang masih sangat labil, bahkan untuk hal ini pun kurasa ego lebih mendahului dalam mengambil keputusan, seakan menghias kalimat resign menjadi sebuah perhiasan yang nampak berkerlipan di kelopak mataku, membutakan yang sebenarnya terjadi. Laa hawla wala quwwata illa billah..

Tak berani ku tatap sedikitpun wajah lelaki paruh baya yang berjenggot tebal, Tapi ada rasa menyesal saat akhirnya kalimat itu berhasil ku lontarkan. Penyesalan karena aku telah menjudge diriku sebagai pecundang! Iya aku pecundang!!

Suasana semakin mencengkam, mungkin ust Furqon sedang memilih kata kata untuk menegurku, sudahlah lagipula ini semua sudah terjadi,

Ritme jantungku berdegup kencang, seakan menggambarkan bahwa suasana saat ini lebih dari sekedar suasana horor biasa, namun lebih dari itu.. Kutundukkan pandanganku, menatap tiap tiap ubin kantor guna lampiasan untuk bermonolog menghibur diri.

" Begini cha, tidak semua yang kita putuskan harus terijabah spontan, perlu banyak pertimbangan yang harus berulang kali difikirkan untuk memutuskan masalah. Setiap masalah pasti punya jalan keluar, dan setiap jalan keluar pasti bercabang hanya saja antum belum menemukan cabang lainnya. Allah tidak suka orang yang mengambil keputusan dengan terburu buru, karena hakikatnya terburu buru dalam suatu urusan adalah sifat setan. Setan yang akan mengendalikan dirimu dengan mencampuri bubuk bubuk indah dalam setiap kesalahan, sehingga menyulap keburukan menjadi  hal yang menghipnotis setiap insan. Jadi saya sebagai pemilik pesantren ini jujur sangat keberatan atas permintaan resign antum , karena pondok putri sendiri semakin berkembang pesat akibat action antum , banyak yang sudah antum perjuangkan dan usahakan "

" Tapi tadz,.. "

" Begini cha, ustadz tau hati dan jiwa antum sedang tidak baik baik saja, mungkin karena kejadian kemarin antum sangat trauma dan terpukul, saya memaklumi hal itu. Terlebih lagi saya pun merasakan hal yang sama dengan antum, tapi apakah saya menyerah? Tidak nak.. Diluar sana banyak musuh musuh islam yang menunggu kehancuran umat islam, salah satunya dengan banyaknya pesantren yang bubar dari pengoperasiannya. Jadi bertahan lah untuk umat "

" Baik tadz, terimakasih untuk nasehatnya "

" Dan satu lagi, saya memberikan izin cuti untuk antum pulang, karena toh juga untuk menetralkan hati biar kedepannya lebih siap untuk mendapat lika liku tantangan di pesantren, masalah kembali itu terserah antum, setidaknya jika hati antum sudah pulih silahkan balik untuk meneruskan perjuangan mengabdi kepada umat, saya percaya antum akan mengambil keputusan dengan sangat bijak "

Allohuakbar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang