Haunan maa

237 16 10
                                    

“Cintailah kekasihmu sewajarnya, karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi seorang yang engkau benci. Dan bencilah orang yang engkau benci sewajarnya  karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi kekasihmu” HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh syaikh Al Albani

Allohuakbar cinta🥀

###

Jikalau engkau mencintai seseorang, maka cintailah ia sewajarnya dan tidak perlu engkau berlebihan. Begitupula jika engkau membenci seseorang maka bencilah ia sewajarnya dan tidak perlu berlebihan.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu secara marfu’:

أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا،
وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا

___________________

Antara mencintai dan dicintai. Tak ada yang bisa mengelak tentang rasa, begitupun denganku.

Setengah jam setelah Zulfa menelfon ayah Rachel, Alhamdulillah beliau segera datang kemari dan menyuruh kita untuk pulang.

Aku masih melamun di ujung kasur, mengapa bukan rasa mantab yang kudapat? Mengapa justru kecemasan?
Astagfirulloh.

Mungkin titik masalah kecemasan ku hanya satu, yaitu umi.

Sebakda magrib ku beranikan diri untuk berbicara terus terang pada umi mengenai hal yang terjadi antara aku dengan Orhan. Mengapa aku mempercepat?
Sebab jika tertunda, akibatnya akan semakin fatal. Dan aku tak menginginkannya.

Kedua kakiku sedikit gemetar menapaki setapak yang menghantarkan ku pada rumah panggungnya, jari jari kiriku reflek memutar mutar cincin pemberian orhan yang telah terpasang pada jari manis kanan.

Sengaja cincin itu kupakai, bukan bermaksud untuk pamer, tapi untuk membuktikan bahwa aku memilih untuk yang lebih awal melamar ku.

Dan benar, degupan jantungku semakin tak karuan. Ku berdzikir memasrah pada Allah, Dzat yang maha Agung.

Mungkin ada yang berfikiran lebih enak menjadi lelaki, sebab lelaki bisa mencari dengan siapa ingin berpasang, tapi ketahuilah bahwa kaum hawa pun bisa memilih antara menerima atau menolak.

Jadi, tak ada yang lebih unggul antara lelaki dan perempuan. Bersebab keadilan Allah lah semua bisa berjalan serapi ini.

Bismillah! Kali ini ngilu bukan sekedar kaki saja, namun mulut pun seperti kelu untuk berbicara.. Ya Allah sulit sekali

"Assalamualaikum umi"

Tok tok

"Assalamualaikum umi. "

"Waalaikumsalam. Umi lagi ke rumah ustadzah zida, masuk dulu cha"

Ku mengangguk sembari masuk dan duduk di sofa. Setidaknya ada waktu untuk ku mempersiapkan kalimat kalimat pengakuan agar tak menyakiti umi.

"Um, maaf um tapi acha uda dilamar, aih.. To the point bgt sumpah!. Um, jadi gini umi tau kan ketika ada seorang yang sholih baik agama dan ahlaq datang untuk melamar, maka sangat baik apabila kita menerimanya? Ih ini terlalu monoton.. Apa yang harus aku bilang nanti?? Ya Allah bantu acha. "

Allohuakbar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang