Kabur

382 16 1
                                    


     Saat ini jumlah santriwati keseluruhannya sudah 29 orang, 1 santri lagi yang entah akan datang atau tidak, malam ini kupakai waktu mereka untuk sesi pendekatan. Pendekatan untuk membantu beradaptasi. Satu persatu mulut mulut itu mulai berani melontarkan kalimat kalimat pendekatan yang membuat nyali mereka terdukung.

   berasal dari banyak perbedaan, kami berusaha untuk mampu masuk kedunia mereka bukan ikut campur tapi untuk menjaga saat kekhilafan menyambar. Dengan kalian, aku dituntut untuk menjadi dewasa dan bertanggung jawab


     Sejujurnya tubuh ini sangat letih sedari tadi dipaksa untukmenggotong beban berkilo kilo tapi semua hilang bak diterpaombak laut saat melihat wajah wajah perindu syurga. Sekali lagi bukan persoalan ijazahaku bisa bertahan diempat nan jauh ini, tapi karena besarnya pertanggung jawaban atas amanah untuk mengemban umat, tentang keikhlasan yang terpatri dari lubuk hati untuk mencetak generasi yang haqiqi.


     satu ruanagn berisikan 29 anak yang masih dalm tahap adaptasi. bertingkah seakan bersahabat tapi sejatinya bersifat mendidik. Ya begitulah cara pendekatan yang baik seakan memberikan kenyamanan bukan ketegangan, masuk menelisik bergabung ke dalam dunia mereka yang penuh dengan kelabilan jauh lebih baik dibanding hanya diam saja


 "ustadzah.. anima nangis."

celetuk Rachel yang tiba tiba mendatangiku. segera kuhampiri gadis berambut ikal itu, dia menunduk menenggelamkan kepalanya mencoba untuk be fine di depanku tapi sepertinya ia tak bisa karena suara sesenggukannya msih terdengar jelas di telingaku.Apa yang menjadi lukanya saat ini adalah yang dulu pernah aku rasa, jadi aku paham betul bagaimana cara menenangkan.  Satu pelukan pemberi kenyamanan dan ketenangan mendarat ditubuh mungilnya mendekap dalam hangatnya ukhuwah fillah, biarlah is  meneteskan air mata dengan begitu hatinya akan jauh lebih tenang setidaknya sudah terlampiaskan


"dulu ustadzah kaya kamu! ustadzah juga nangis kangen orang tua , kangen rumah juga tapi ustadzah berusaha buat kuat dipesantren"


gadis yang berada dihadapanku masih tenggelam dalam isakan tangisnya, kuajak yang lain untuk menghiburnya, memberi arti bahwa hidup dipesantren tak seburuk apa yang dipikirkannya. sembari memberi gambaran pada yang lain bahwa hidup butuh kebersaman,manusia makhluk yang sifatnya selalu bergantung memberi arti bahwa sebuah ukhuwah tak hanya berdiri tanpa pondasi kesetiaan.


wajah wajah antusias perlahan mendekat .Ada kehangatan dibalik bidikan kerinduan,terbalut rasa kekeluargaan dibalik kesendirian LA HAULA WALA QUWATA ILLA BILLAH. Ada sepotong kisah dibalik syahdunya malam ini. Nyatanya mereka semua weloce dengan diriku yang mencoba masuk dan bergabung dalam duinia mereka, bukan menyelusup tapi mendidik. jam sudah menunjukkan waktu yang tidak tepat untuk masih asyik dalam keramaian. sekarang saatnya tidur< ada tenaga yang harus dihemat untuk esok, ada tubuh yang harus diistirahtkan untuk hari ini dan ada kenangan yang hawus diabadikan dalam lubuk hati. Selamat malam dunia!


       pagi telah menyapa, memberi sinar kehangatan untuk jiwa jiwa para pejuang. Seusai qiro"ah, kami mengadakan piket bersama, menerapkan sebuah hadist " innalloha jamiilu yuhibbu jamaala" "annadhofatu minal iman" .  Bukan menjadi mandor tapi kami para astatidzah ikut terjun langsung kedalam mengambil andil job itu. Mengajarkan kekompakan serta mempererat ukhuwah.


      Amanah ini bukan sekedar amanah biasa, melainkan sebuah amanah yang agung, jadi kami harus semaximal mungkin mengayomi mereka yang masih labil. Mendidik dengan sebaik mungkin hingga mencetak pribadi yang membawa perubahan bangsa.

Allohuakbar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang